A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi diluar endrometrium. ( Mochta R, 1998: 226 )
Kehamilan ektopik adalah kehamilan ditempat yang luar biasa. Kehamilan ektopik dapat terjadi diluar rahim, misalnyadalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar bias, misalnya dalam cerviks, pars interficialis tubae atau dalam tanduk rudimenter rahim. ( FKUI, 1984:21 )
Kehamilan ektopik merupakan gestasi diluar kavum uteri. Kehamilan ektopik mencakup gestasi pada pars intesfisialis tuba. Kehamilan kornu ( gestasi pada kornu uteri yang rudementer ) dan kehamilan servikalis ( gestasi dalam karalis servikalis ), kehamilan abdomen, kehamilan ovarial dan kehamilan tuba. ( taber B, 199:226 )
Kehamilan tuba biasanya tidak dapat mencapai cukup bulan, biasanya berahir pada minggu ke 6 sampai minggu ke 12 yang paling sering antara minggu ke 6 sampai minggu ke 8.
Kehamilan ektopik tergangu ( KET ) adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortur atau pecah dan hal ini dapat berbahaya bagi wanita, dpt terjadi abortur atau pecah dan hal ini dpt berbahaya bagi wanita tersebut.( mochtar, r, 1998, :226 )
Penyebabnya :
a. karena adanya hal-hal yang mempersulit perjalanan telur ke dalam cavum uteri misal:salpingitis cronica:tumor yang menekan tuba.
b. Tuba yang panjang seperti pd hypoplasma uteri.
c. Hal-hal yang memudahkan nidasi,adanya endometrium yang ektopik dalam tuba.
2. Etiologi ( mochtar ,R,1998: 228 )
Penyebab kehamilan ektopik ada yang di ketahui ada pula yang tidak atau belum di ketahui. Ada beberapa faktor penyebab kehamilan ektopik :
1. Faktor uterus
a. Tumor rahim yg merekan tuba
b. Uterus hipoplast
2. Faktor tuba
a. penyebab lumen tuba oleh karena infeksi endosalfing
b. tuba sempit, panjang dan berlekuk - lekuk
c. gangguan fungsi rambut getar ( silia ) tuba
d. operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna
e. endomertriosasai tuba
f. di fertikel tuba dan kelainan kongenital lainya
g. pelekatan peritubal dan letukan tuba
h. tumor lain menekan tuba
i. striktur tuba
j. lumen kembar dan sempit
3. Faktor avum
a. nigrasi eksterna dari ovum
b. perlekatan membran granulosa
c. rapid cell devision
d. migrasi internal ovum
3. Patofisiologi
Pertemuan antara ovum dan sperma menyebabkan terjadinya pembuahan ( fertilisasi ) dan secara normal hasil pembuahan / zygot akan berimplantasi di uterus, namun apabila ada hambatan ( seperti tumor rahim, penyempitan, lumen tuba, sterilisasi tuba yg tidak sempurna ), maka implantasi dapat terjadi di tuba atau di tempat lain seperti di intersticill tuba, di abdomen / luar uterus ovarial atau di seruiks, sehingga di namakan kehamilan ektopik, apabila menyebabkan abortus atau pecah maka peristiwa itu dinamakan ektopik terganggu.
Apabila implantasi itu di tuba maka ada 3 kemungkinan, antara lain janin dapat hidup tuba dapat ruptur dan janin akan mati, apabila janin hidup maka pertumbuhanya akan terganggu karena varkularisasinya kurang bila dinding dengan uterus sehingga dapat diambil masalah keperawatan resiko cedera janin.
Kemungkinan ke 2 yaitu tuba dapat menggalami ruptur / robek yg akan menimbulkan perdarahan dan selanjutnya dapat di ambil masalah keperawatan kekurangan volume cairan, dan kemungkinan ke 3 yaitu janin dapat mati sehingga akan terjadi kelepasan bedidua yg generatif, yg selanjutnya menimbulkan pendarahan dan dapat juga diambil masalah keperawatan kekurangan volume cairan.
Implantasi di tuba dapat membahayakan sang ibu apabila sudah terjadi ruptur sehingga di perlukan tindakan pembedahan (salpingo vorektomi) untuk menggu rangi terjadinya komplikasi.dengan adanya pembedahan maka terjadi pemutusan jaringgan dan pembulluh darah, maka dapat diambil masalah keparawatan nyeri.selain itu dari adanya pemutusan jaringgan dan pembulluh darah dapat menyebabkan pendarahan dan dapat diambil masalah keperawatan anemia dan resiko tinggi infeksi.
4. Pathway
Spinal anastesi
5. Tanda dan gejala
Gambaran kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak khas dan penderita maupun dokter biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan.
Pada umumnya penderita menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut :
a. Amenorhoe
b. Nyeri perut bagian bawah
c. Gejala kehamilan muda
d. Level HCG rendah
e. Pendarahan pervagina berwarna coklat tua
f. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bisa serviks
Digoyangkan dan kavum douglasi menonjol karena ada pembukaan darah.
Gejala dan tanda kehamilan ektopik sangat berbeda – beda dari pendarahan banyak tiba – tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosisnya, gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik, abortus atau ruptue tuba, tuanya kehamilan, derajat pendarahan yang terjadi dan keadaan umum penderitanya sebelum hamil.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium : Hb, leukosit urine B-Hcg (+)
Homogobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darahmerah dapat meningkat.
b. USG : tidak ada kantung kehamilan dalam kavum literi
- Adanya kantung kehamilan diluar kavum uteri
- Adanya massa komple di rongga panggul
c. Kuldosentasis : Suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum douglas ada darah
d. Diagnosis pasti hanya di tegakkan dengan kiparotomi
e. Ultra sonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
1. Sirkulasi : Hipotensi, talaycardi pelambatan pengisian kapiler kulit dingin dan lembab, pingsan, sirkopa.
2. Makanan / cairan abdomen mungkin lunak
3. Nyeri / ketidaknyamana : nyeri abdomen kollik
Nyeri bahu menyebar dapat dapat dirasakan saat abdomen terisi darah nyeri hebat satu sisi dapat terjadi pada adanya ruptur tub.
4. Keamanan : Suhu normal atau subnormal
5. Seksualitas : Nyeri tekan abdomen, pembesaran uterus dapat terlihat, Masa adnesa dapat diraba pada pemeriksaan pelvis.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN (carpenita)
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya kehilangan vaskuler berlebihan (pendarahan)
Definisi : keadaan dimana seorang individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vaskular, interstisial atau intravaskular.
Mayar : ketidak cukupan masukan cairan oral
Keseimbangan negatif antara masukan dan haluran penurunan berat badan kulit atau membra mulusa kering.
Minor : peningkatan patrium srum penurunan haluciran urine atau berlebihan urine memekat atau sering berkemih penurunan turgor kulit haus / mual / anakreda.
2. Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan hiporsia jaringan karena vaskulalisasi kurang di tuba.
Definisi : Keadaan dimana seseorang beresiko untuk mendapatkan bahaya karena deisit persophial atau fisiologis, kurangnya kesadaran tentang bahaya atau usia lanjut.
3. Ansietar berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman pada diri yang dirasakan atau actual.
Definisi : Keadaan dimana individu / kelompok mengalami perasaan gelisah ( penilaian atau opini ) dan aktivitas sistem saraf outonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas nonspesifik.
4. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan ( ruptur tuba fallopi ) dan pembedahan.
Definisi : Keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya.
Miyor : individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknya.
Minor : Respons outurum pada nyeri akut tekanan darah meningkat.
5. kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang kehamilan ektopik.
Definisi : Suatu keadaan dimana individu atau kelompok mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau ketrampilan – ketrampilan psikomotorik berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan.
Mayor : Mengungkapkan kurang pengetahuan atau ketrampilan – ketrampilan permintaan informasi mengekspresikan suatu ketidak akuratan persepsi status kesehatan melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang di anjurkan / yang disarankan.
Minor : Kurang integrasi tentang rencana pengobatan kedalam aktivitas sehari –hari. Memperlihtkan / mengekspresikan perubahan psikologis ( misal ansietas, depresi ) mengakibatka kesalahan informasi / kurang informasi.
6. Anemia berhubungan dengan pendarahan post operasi
Definisi : Gejala dari kondisi yang mendasari seperti kehilangan komponen darah elemen tidak atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskules berlebihan ( pendarahan )
Kriteria hasil : Tanda vital stabil TD : 120/80 mm Hg pengisian kabiler cepat dengan kriteria kapilery refill dari 2 detik.
Intervensi :
a. Kaji dan catat jumlah serta sifat kehilangan darah.
b. Lakukan tirah baring instruksikan klien menghindari valsava manuver.
c. Posisikan klien dengan tepat hindari posisi tendolemburg
d. Catat tanda – tanda vital.
e. Pantau aktivitas uterus status janin dan nyeri tekan abdomen.
f. Pantau masukan dan keluaran.
g. Kokibrasi pemberian cairan parenteraf
h. Cek Hb klien.
2. Resiko tinggi terhadap ciderajanin berhubungan dengan hipaksia jaringan karena vaskularisasi kurang di tuba.
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan profil darah dengan hitung SDP, Hb dan pemeriksaan koagulasi dengan normal.
b. Mempertahankan keluaran urin yang tepat untuk situasi individu.
Intervensi :
a. Kaji jumlah darah yang hilang, pantau tanda / gejala shock.
R/ hermologi berlebihan dan menetap mengancam hidup klien atau mengakibatkan infeksi pasca pantum yang disebabkan oleh hidoksia jaringan dan malnutrisi.
b. Catat suhu, hitung SDP dan bau serta warna rabas, vagina dapatkan kultur bila dibutuhkan.
R/ kehilangan darah yang berlebihan dengan penurunan Hb meningkatkan resiko klien untuk terkena infeksi.
c. Identifikasi faktor material seperti dehidrasi, asidosis atau sindrom vena kava
R/ membalikkan klien ke posisi rekamben lateral dapat meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen, serta dapat mencegah atau memperbaiki hipoksia janin.
d. Berikan antibiotik secara parenteral
R/ mungkin di indikasikan untuk mencegah atau meminimalkan infeksi.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman pada diri yang dirasakan atau aktual.
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan pengetahuan situasi yang akurat.
b. Menunjukkan berkurangnya ketakutan.
Intervensi :
a. Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan.
R/ memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.
b. Pantau respons verbal dan nonverbal klien / pasangan
R/ menandakan tingkat rasa takut yang sedang dialami klien / pasangan.
c. Dengarkan masalah klien dan dengarkan secara aktif.
R/ meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi dan memberikan kesempatan kepada klien untuk mengembangkan solusi diri.
d. Jelaskan prosedur dan anti gejala – gejala.
R/ pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi.
4. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan ( ruptur tuba fallopi ) dan pembedahan.
Kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri / keidak nyamanan hilang.
b. Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi.
Intervensi :
a. Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterius, hemorogi retropia senta atau nyeri tekan abdomen.
R/ membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan ruptur kehamilan ektopik mengakibatkan nyeri hebat, karena hemarogi tersembunyi saat tuba fallopi ruptur kedalam rongga abdomen.
b. Kaji setrees psikologis klien / pasangan dan respons emosional terhadap kejadian.
R/ Asietas sebagai respons terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan takut nyeri.
c. Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk mengalihkan rasa nyeri.
R/ Dapat membantu dalam menurunkan tingkat ansietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan.
d. Berikan narkotik atau sodoktif sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan kenyamanan, menurunkan resiko komplikasi pembedahan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kehamilan ektopi.
Kriteria hasil : Klien mengerti dan memahami tentang penyakitnya.
Intervensi :
a. Jelaskan tindakan dan rasional yang ditentukan untuk kondisi hemorogi.
Beri penguatan informasi yang diberikan oleh pemberi perawatan kesehatan lain.
R/ Memberikan informasi, menjelaskan kesalahan konsep dan dapat membantu menurunkan strees yang berhubungan.
b. Berikan kesempatan bagi klien untuk mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan kesalahan konsep.
R/ Memberikan klarifikasi dari konsep yang salah, klarifikasi masalah – masalah dan kesempatan untuk mulai mengembangkan ketrampilan koping.
c. Diskusikan kemungkinan implikasi jangka pendek pada ibu / janin dari keadaan pendarahan.
R/ Memberikan informasi tentang keungkinan komplikasi dan meningkatkan harapan realitis dan kerjasama dengan aturan tindakan.
d. Tinjau ulang implikasi jangka panjang terhadap situasi yang memerlukan evaluasi dan tindakan tambahan.
R/ Klien dengan KET dapat mengalami kesulitan setelah mempertahankan pengangkatan tuba yang sakit.
6. Anemia berhubungan dengan pendarahan post operasi.
a. Awasi tanda vital, kaji pengujian kapiler, warna kulit, membran mukosa, dasar kaki.
R/ Memberikan informasi derajat / kekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
b. Tinggikan kepala tempt sesuaikan indikasi
R/ meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan seluler
c. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan suhu hangat sesuai indikasi
R/ vasa kontraksi( ke organ vital ) menurut sirkulasi perifer kenyamanan / kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhab untuk menghindari panas berlebihan pencetus vaso dilatasi ( penurunan perfusi organ)
d. Awasi Px. Laboratorium misal Hb/Ht dan jumlah SDM, GDA
R/ mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan atau respon terhadap reaksi
e. Berikan SDM darah lengkap / packed produk darah sesuai indikasi, awasi ketat untuk komplikasi transfusi.
R/ meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen memperpaiki defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan
7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat insisi bedah
a. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan pasien
R/ mencegah kontaminasi silang / kolonisasi dari bakterial
b. Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur / perawatan luka
R/ menurunkan resiko kolonisasi / infeksi bakteri
c. Dorong perubahan posisi atau ambulasi yang sering, latihan batuk dan nafas dalam
R/ meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia
d. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardi dengan atau tanpa demam
R/ adanya proses inflamasi / infeksi membutuhkan evaluasi / pengobatan
e. Amati eritema / cairan luka
R/ indikator infeksi lokal. Catatn : pembentukan PUS mungkin tidak ada bila granulosit tertekan
f. Berikan antiseptik topikal antibiotik sistemik
R/ mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi lokal.
0 komentar:
Posting Komentar