(DIARE)
A. Pengertian
Gastroenteritis atau diare, merupakan keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran BAB, denan frekuensi lebih dari 3 x dan berat lebih dari 250 gram setiap harinya.
Berdasarkan waktu timbulnya, gastroenteritis terbagi menjadi dua yaitu gastroenteritis akut (diare akut) dan gastroenteritis kronis (diare kronis). Pada gastroenteritis akut serangan diare tiba-tiba yang secara berangsur menyembuh pada seseorang yang sebelumnya sehat, sedangkan pada gastroenteritis kronis, serangan timbul secara perlahan-lahan, berlanjut bermingu-minggu sampai berbulan-bulan baik menetap atau bertambah hebat.
B. Etiologi
Penyebab diare (Lab IKA FKUA, 1984)
1. Infeksi
a. Infeksi enteral :
Ø Bakteri : Vibrio, entamoeba coli, salmonella, shigela
Ø Virus : enterovorus, adenovirus, rotavirus, asatrovirus
Ø Parasit : cacing, protozoa, jamur
b. Infeksi parenteral
Infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan ( ISPA, saluran kemih dan OMA)
2. Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa)
b. Malabsorbsi protein
c. Malabsorbsi lemak
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, atau elergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas, walaupun frekuensinya jarang.
C. Patofisiologi
D. Gejala Kilnis
Meningkatnya frekuensi BAB menyebabkan daerah sekitar anus menjadi lecet, tinja makin lama makin asam karena banyaknya asam laktat, asam laktat tersebut berasal dari laktosa yang belum diserap oleh usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan lambung yang ikut meradang atau akibat gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elekrolit maka akan timbul dehidrasi , berdasarkan keadan klinisnya , dehidrasi dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu:
1) Dehidrai ringan ( hilangnya cairan 2-5% dari BB)
Gambaran: dehidrasi, turgor kurang, suara serak, penderita belum jatuh dalam keadaan pre-syok.
2) Dehidrasi sedang (Kehilangan cairan 5-8% dari BB)
Gambaran: turgor jelek, suara serak, penderita jatuh dalam pre-syok atau syok, nadi cepat, nafas cepat dan dalam.
3) Dehidrasi berat (Kehilangan cairan 8 - 10% dari BB)
Gambaran: seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot –otot menjadi kaku, sianosis.
Selain itu berdasarkan berat jenis plasmanya (normal: 1,025), dehidrasi juga bisa dibedakan tingkatanya, yaitu:
1) Dehidrasi Berat: bila BJ plasma1,032 – 1,040
2) Dehidrasi Sedang bila BJ plasma 1,028- 1,032
3) Dehidrasi ringan bila BJ plasma 1, 025 – 1,028
Sedangkan berdasarkan CVP (Central Venous Pressur) dalam keadaan syok CVP kurang dari + 4 cm H2O
D. Penatalaksanaan
1. Pengembalian cairan an elektrolit yang hlang (rehidrasi)
Cairan yang dapat diberikan adalah : Ringer Laktat dan larutan NaCl 0,9% : Narium bikarbonat = 2 : 1(dengan tamahan KCL 3 x 1 gram secara oal).
Setelah diagnosaia ditegakan , maka rehidrasi dapat dilakukan menurut penilaian keadaan dehidrasi dengan menggunakan skor dibawah ini:
Pemeriksaan | Skor |
1. Muntah 2. Vox 3. Apatis 4. Somnolent (soporus) 5. Tekanan darah 90 mm Hg 6. Tekanan darah 60 mmHg / takterukur 7. Nadi 120 x/mnt 8. Nafas 30 x/mnt (kusmaul) 9. Turgor kurang 10. facies chlorelaka 11. Ekstrimitas dingin 12. “washer woman hand” 13. sianosis 14. Umur antara 50-60 15. Umur > 60 | 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 -1 - 2 |
Pada keadaan syok atau pe-syok cairan diberikan dengan memakai rumus :
skor / 15 x BB x 10% x 1 L
jumlah cairan diberkan dalam kurun waktu 2 jam, kemudian dilanjutkan dengan pemberian sebanyak pengeluaran selama 2 jam sebelumnya. Bila setelah 3 jam syok sudah dapat teratasi, diberikan cairn elektrolit peroral. Bila masih dalam keadan pre-syok, maka skema diatas diulang.
Jika skor urang dari 3, maka hanya diberi cairan peroral (sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Sebaiknya infuse tetap dipertahankan bila volume tinja lebih dari 600 ml/jam dan boleh ihetikan bila dalam 6 jam tak ada berak dan muntah lagi.
Bila tak ada syok, langsung dieberikan peroral saja, bila kemudian terjadi pre-syok atau syok , diberikan infuse sesuai dengan penilaian.
2. Pemberian cairan peroral
Cairan yang diberikan peroral, dimuim seperti biasa. Bila penderita tidak bisa minum , pasang NGT. Jumlah cairanpada 3 jam pertama 1800 cc aitu 600 cc caian perjam. Perhitungan pemberian cairan setelah 3 jam tersebut adalah 100 cc cairan peroral setiap jam ditambah sejumlah cian peroral sesai dengan pengeluaran tinja setiap jam sebelumnya.
Terapi tidak lagi diberikan bila pengeluaran tinja kurang dari 300 ml/ dalam 6 jam terakhir diit bubur saring diganti dengan bubur kasar. Bila penyebabnya adalah vibrio, maka setelah rehidrasi tercapai dapat langsung makan seperti sebelum sakit.
Bila dipakai penilaian dengan BJ plasma, maka secara empiric berlaku rumus:
|
Bila CVP yang jadi patokan, maka cairn etrus diberikan perinfus danpeningkatannya diamati hingga trcapai nilai CVP normal
3. Medikamentosa
a) Tetrasiklin 4 x 500 mg selama 3 hari. Dapat juga diberikan kloramfenikol dengan dosis yang sama. Preparat tetrasiklin ( hostacycline P.250/500) (Tetraplex)
b) Bila diberi infuse > 6 jam beturut-turut, berikan KCl 1 gram tiap 6 jam. KCl di berikan bila penderita diberi elektrolit peroral
E. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul.
Berdasarkan manifesasik klinis yang terjadi maka dapat ditegakan beberapa diagnosa antara lain
1. Diare bd proses inflamsi
2. Resiko defisiensi volume cairan bd kehilangan berlebih melalui rute normal (diare)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan bd intake yang kurang
4. Nyeri akut bd agen injuri fisik (fisiologis)
5. Nausea bd iritasi gastrointestinal
6. Resiko kerusakan integritas kulit bd sekresi dan ekskresi
F. Intervensi Keperawatan.
1. Diagnosa No 1: Diare bd proses inflamsi
Tujuan (NOC):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diharapka pasien mampu:
· Defekasi dengan feses berbentukm lunal dan maksimal seari 3 kali.
· Mempertahankan arean rectal terbebas dari iritast
· Terbebas dari kram dan dan diare
· Menjelaskan penyebab diae dan rasionalisasi penanganannya
· Mempertahankan turgor kulit dan BB dalam kondisi normal
Intervensi (NIC):
· Pengelolaan Diare
No | Intervensi |
1 | Lakukan uji kultur dan sensitivity pada feses , jika diare terus berlanjut |
2 | Evalusi pengaruh obat terhadap gasrointestinal |
3 | Ajari pasien mengenai penggunan obat diae yang tepat |
4 | Inrtuksikan kepada pasien atau keluarga untuk emncatat warna, volume, frekuensi, dan konsistensi feses. |
5 | Avaluasi kandungan nutrisi yang dikonsumsi |
6 | Ajari kien untuk emmbatsi makanan yang menghasilkan gaas |
7 | Anjurkan untuk mencoa membatasi konsumsi makanan yang mengandung laktosa |
8 | Identifikasi factor-faktor (obat, bateri, da makanan kaleng) yang mungkin berkontriusi pada terjadinya diare |
9 | Monitor tanda dan gejala diare |
10 | Inruskikan pasien untuk memberitahu petugas setiap tahapan diare yang dialaminya. |
11 | Observasi turgor kulit secara teratur |
12 | Monitor kulit daerah perianal tehadap keberaaan iritasi dan atau ulcer |
13 | Ukur diare/ out put BAB |
14 | Ukur BB secara teratur |
15 | Beritahu dokter jika terdapat peningkatan frekuensi bising usus |
16 | Konsultasikan dengan dokter jika tnda dan gejala diaer memberat |
17 | Intruksikan pasien untuk mengkonsumsi makanan rendah serat, tinggi protein, dan tinggi kalori |
18 | Intruksikan untuk menghindari laksativ |
19 | Ajari pasien bagamana cara menjga makanan sehari-hari. |
20 | Ajari klien teknik menurunkan stress |
21 | Bantu klien dalam melakukan teknik penurunan stress |
22 | Monitor keamanan enyiapan makanan |
23 | Membantu klien untuk mengitirahatkan ususnya (missal: diet cair) |
2. Diagnosa No 2: Resiko defisiensi volume cairan bd kehilangan berlebih melalui rute normal (diare)
Tujuan (NOC):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diharapka pasien mampu:
· Mempertahankan urin out put > 1300 ml/ hari (minimal 30 ml/jam)
· Mempertahankan tekanan darah, nadi, an suhu tubuh dalam rentang normal
· Mempertahankan elastisitas turgor kulit, kelembaban lidah dan membrane mukosa, dan kemampuan oientasi terhadaw tempat, waktu dan orang.
· Menjelaskan ukuran yang dapat dijadikan patokan untuk melakukan pengobatan atau mencegah kehilangan cairan berlebih.
· Menjelaskan tanda dan gejala yang mengharuskanya menncari pertolongan pada petugas kesehatan.
Intervensi (NIC):
· Pengelolaan hipovolumi
No | Intervensi |
1 | Monitor status cairn, termasuk intake dan out put |
2 | Pertahankan kepatenan akses IV |
3 | Monitor kadar Hb dan Hmt |
4 | Menitor adanya kehilangan cairan (missal: |
5 | Monitor vital sign |
6 | Berikan larutan siostonik (missal: NS, dan RL) untuk rehidrasi ekrtaseluler |
7 | Berikan larutan hipotonik (missal: larutan D5W, D5) untuk rehidrasi intraseluler |
8 | Lakukan kombinasi larutan kristaloid (missal: NS dengan RL) dan koloid (missal hespon dan plasmanat) untuk menggantikan volume Iintra vascular, sesuai dengan program |
9 | Monitor adanya kehilangan caiaran tak terlihat (missal diaphoresis) |
10 | Tingkatkan integras kulit |
11 | Bantu mobilisasi pasien dengan kasus postural hipotensi |
12 | Intrksikan kepada pasien untuk menghindari peruahan posisi secara cepat , khususnya dari berbaring ke posisi duduk atau berdiri |
13 | Berikan oral hygiene sesering mungkin |
14 | Observasi adanya indikasi dehidrasi (turgor kulit jelek, kafilari refill lambat, nadi lemah, haus yang berlebihan, membrane mukosa kering, penurunan urin out put, dan hipotensi) |
15 | Berikan cairan IV dalam suhu ruangan |
16 | Per tahankan kecepatan aliran infuse IV |
17 | Posisikan pasien memfasilitasi perfusi periferr |
18 | Rencanakan kemungkinan pemberian tranfusi komponen darah |
19 | Monitor status hemodinamik , meliputi CVP, MAP, PAP, dan PCWP, jika ada |
20 | Kolaborasikan untuk pemberikan komponen darah (missal: platelet, plasma darah beku) |
21 | Posisikan pasien trenelenburg jika etrjadi hipotensi |
22 | Montor tanda dan gejala klinis dari overhidrasi / cairan berlebih |
3. Diagnosa No 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan bd intake yang kurang
Tujuan (NOC):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diharapka pasien mampu:
· Menaikan BB secara progresif sesuai dengan yang diharapkan
· BB daam batas normal berdasarkan TB dan BB
· Mengenal factor-faktor yang berkontribusi pada penurunan BB
· Mengidentifikasi nutrisi yang dibutuhkan
· Mengkonsmsi nutrisi yang adekuat
· Terbebas dari tanda-tanda dan gejala malnutrisi.
Intervensi (NIC):
· Pengelolaan nutrisi
No | Intervensi |
1 | Tanyakan apah pasien mempunyai riwayat elergi terhadap makanan tertentu |
2 | Kaji makanan pasien yang tersedia |
3 | Tentukan, berokolaborasi dengan ahli gizi, jumlah dan jenis nutrisi yang diutuhkan untuk memenuhi kebutuhan klien |
4 | Dukung intake kalori yang tepat sesuai jenis tubuh dan gaya hidup. |
5 | Dukung peningkatan intake makanan yang mengandung zat besi , dan vitamin C, sesuai dengan kebutuhan |
6 | Berikan makanan ringan (missal: minuman, buah segar/jus buah) |
7 | Berikan makanan yang ringan, lunak, atau ekntal sesuai dengan kebutuhan |
8 | Sediakan pengganti luka |
9 | Pastikan diet mencakup makanan yang mengandung serat tinggi untuk mencegah konstipasi |
10 | Gunakan bumbu dari rempah-rempah sebagai altenativ pengganti garam |
11 | Sediakan bagi pasien makanan tinggi kalori dan tinggi protein dan minuman yang siap dikonsumsi |
12 | Berikan kesempatan kepada pasein untuk memilih makanan. |
13 | Sesuaikan diit pasien dengan gaya hidup pasien |
14 | Monitor catatan intake nutrisi berkaitan dengan isi dan kalori |
15 | Ajari klien begaimana mempertahankan diit sehari-hari |
16 | Berikan informasi yang adekuat kepada pasien mengenai kebutuhan nutrisi dan cara memenuhinya |
17 | Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya |
4. Diagnosa No 4: Nyeri akut bd agen injuri fisik (fisiologis)
Tujuan (NOC):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diharapka pasien mampu:
· Menggunakan skala untuk mengidentifikasi intensitas nyeri terkini dan menentukan tingkat kenyamanan (jika pasien memiliki kemampuan kognitif yang adekuat)
· Menggambarkan bagaimana nyeri yang takterukur bisa di kelola
· Melaporkan adanya kepuasan dengan manajemen penurunan nyeri dan mampu mengatasi efek samping dari penanganan nyerinya.
· Beristirahat dan tidur dalam jumlah yang cukup
· Menggambarkan teknik non-farmakologik untuk mengatasi neyri.
Intervensi (NIC):
· Pengelolaan Nyeri
No | Intervensi |
1 | Lakukan pengkajian kompehensifterhadap nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frequency, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan factor pemicu. |
2 | Observasi pnyebab ketidaknyamanan, terutama bagi yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik. |
3 | Pastikan bahwa pasien menerima analgesic yang adekuat |
4 | Gunakan kiomuikasi terapeutik untuk mengetaui pengalaman klien dengan nyerinya dan menerima respon pasien terhadap nyerinya |
5 | Evaluasi bersama klien mengenai fektivitas manajemen nyeri yang telah dilakukan |
6 | Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berakhir dan mengantisifasi ketidaknyamanan dari prosedur yang dilakukan. |
7 | Control factor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi ketidaknyamanan klien (missal: suhu ruangan, cahaya, atau suasana gaduh |
8 | Dukung pasien untuk melakukan pengawasan dan penagnanan mandiri secara tepat. |
9 | Ajarkan kepada pasien teknik penurunan nyeri non-farmakologi (missal : biofeedback, TENS, hypnosis, relaksasi, guiede imagery, distraksi, etrapi bermain, terapi aktivitas, acupressure, aplikasi panas/dingin, dan masase) sebelum dan sesudah dan jika mungkin selama nyeri berlangsung, sebelum yeri terjadi atau meningkat. |
10 | Berikan penurunan nyeri secara optimal dengan penggunaan analgesic yang telah diersepkan, |
11 | Lakukan control nyeri sebelum nyeri mejadi parah |
12 | Berikan pengobatan sebelum meningkatkan aktivitas, tetapi evaluasi bahaya dari efek sedasinya |
13 | Tingkatkan istirahat/tidur yang eadekuat untuk menurunkan nyeri |
14 | Beritahu dokter jika penanganan nyeri yang digunakan tidak efektif atau jika terdapat keluhan dari pasien mengenai nyerinya. |
5. Diagnosa No 5: Nausea bd iritasi gastrointestinal
Tujuan (NOC):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diharapka pasien mampu:
· Menurunkan rasa mual
· Menjelaskan metode yang dapat menurunkan rasa mual dan muntah.
Intervensi (NIC):
No | Intervensi |
1 | Etntukan penyebab mual dan muntah (missal efek medikasi, penyakit virus, makanan beracun, kecemasan berlebih, kehamilan) |
2 | Jaga kebersihan tempat makanan, dan sediakan tsue dalam jangkauan klien |
3 | Lakukan oral hygiene setelah pasien muntah |
4 | Berikan distraksi terhadap rangsangan mual dengan menggunakan musik lembut, TV, atau Videos |
5 | Perahankan suasana tenang, ventilasi lingkungan yang baik |
6 | Hindari pergerakan yang tiba-tiba, beri ksempatan kepada klien untuk tetap berbaring |
7 | Setelah muntah teratasi dan mual berkuang, mulai berikan cairan sedikit demi sedikit , misalnya soda, atau minuman jahe, kemudian krackers, yang meningkat ke makanan lunak. |
8 | Buka penutup baki makanan sebelum dibawa kepada pasien |
9 | Rekomendasikan untuk duduk ketika mengalami mual |
10 | Gunakan teknik relasasi dan distraksi untuk menurunkan rasa mualnya, dukungklien untuk mekan secara pelan-pelan, dan dengan nafas dalam. |
6. Diagnosa No 6: Resiko kerusakan integritas kulit bd sekresi dan ekskresi
Tujuan (NOC):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diharapka pasien mampu:
· Mempertahankan keutuhan integritas kulit
· Mencegah iritasi pad kulit
· Kuli terbebas dari hyperemia atau ischemia
· Menjaga kebersihan prianal
· Keluarga dapat mendemonstrasikan dan melakasnakan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi (NIC):
· Pencegahan pressre ulcer
No | Intervensi |
1 | Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga kebersihan di tempat tidur |
2 | Libatkan dan demonstrasikan cara perawatan perianal bila basah akibat diare atau kencing dengan mengeringkannya dan mengganti pakaian bawah. serta alasnya |
3 | Menganjurkan keluarga untuk mengganti pakaian bawah yang basah |
4 | Lindungi area perianal dari irtasi dengan pemeberian lotion |
5 | Hilangkan kelembaban berlebih padakulit sebagai hasil dari prespirasi, drainase luka, inkontnensia fecal dan urin termasuk iare) |
Daftar Pustaka
a. Noer at al, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FK UI Jakarta .
b. Joanne et al, Nursinbg Intervention Calsification, Mosby, USA
c. Swearingen. 2001. keperawatn Medikal Bedah. EGC. Jakarta
d. Nanda. 2004. Nursing Diagnosis A Guide to Planning Care. Down load from www.Us.Elsevierhealth.
0 komentar:
Posting Komentar