Selasa, 27 September 2011

Asuhan Keperawatan GASRTOENTERITIS AKUT

(DIARE)

A.       Pengertian
Gastroenteritis atau diare, merupakan keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran  BAB, denan frekuensi lebih dari 3 x dan berat  lebih dari  250 gram setiap harinya.
Berdasarkan waktu timbulnya, gastroenteritis terbagi menjadi dua yaitu gastroenteritis akut (diare akut) dan gastroenteritis kronis (diare kronis).  Pada gastroenteritis akut serangan diare tiba-tiba yang secara berangsur menyembuh pada seseorang yang sebelumnya sehat, sedangkan pada gastroenteritis kronis, serangan timbul secara perlahan-lahan, berlanjut bermingu-minggu sampai berbulan-bulan baik menetap atau bertambah hebat.
B.       Etiologi
Penyebab diare (Lab IKA FKUA, 1984)
1.        Infeksi
a.        Infeksi enteral :
Ø  Bakteri             : Vibrio, entamoeba coli, salmonella, shigela
Ø  Virus                : enterovorus, adenovirus, rotavirus, asatrovirus
Ø  Parasit             : cacing, protozoa, jamur
b.        Infeksi parenteral
Infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan ( ISPA, saluran kemih dan OMA)
2.   Malabsorbsi
a.        Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa)
b.        Malabsorbsi protein
c.        Malabsorbsi lemak
3.        Faktor makanan
Makanan basi, beracun, atau elergi terhadap makanan
4.        Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas, walaupun frekuensinya jarang.

C.  Patofisiologi
 




































D.  Gejala Kilnis
Meningkatnya frekuensi  BAB menyebabkan daerah sekitar anus menjadi lecet, tinja makin lama makin asam karena banyaknya asam laktat, asam laktat tersebut berasal dari laktosa yang belum diserap oleh usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan lambung yang ikut meradang atau akibat gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elekrolit maka akan timbul dehidrasi , berdasarkan keadan klinisnya , dehidrasi dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu:
1)       Dehidrai ringan ( hilangnya cairan 2-5% dari BB)
Gambaran: dehidrasi, turgor kurang, suara serak, penderita belum jatuh dalam keadaan pre-syok.
2)       Dehidrasi sedang  (Kehilangan cairan 5-8% dari BB)
Gambaran: turgor jelek, suara serak, penderita jatuh dalam pre-syok atau syok, nadi cepat, nafas cepat dan dalam.
3)       Dehidrasi berat  (Kehilangan cairan 8 - 10% dari BB)
Gambaran: seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot –otot menjadi kaku, sianosis.
 Selain itu berdasarkan berat jenis plasmanya (normal: 1,025), dehidrasi juga bisa dibedakan tingkatanya, yaitu:
1)       Dehidrasi Berat: bila BJ plasma1,032 – 1,040
2)       Dehidrasi Sedang bila BJ plasma 1,028- 1,032
3)       Dehidrasi ringan bila BJ plasma 1, 025 – 1,028
Sedangkan berdasarkan CVP (Central Venous Pressur) dalam keadaan syok CVP kurang dari + 4 cm H2O
D.  Penatalaksanaan
1.        Pengembalian cairan an elektrolit yang hlang (rehidrasi)
Cairan yang dapat diberikan adalah : Ringer Laktat dan larutan NaCl 0,9% : Narium bikarbonat = 2 : 1(dengan tamahan KCL 3 x 1 gram secara oal).
Setelah diagnosaia ditegakan , maka rehidrasi dapat dilakukan menurut penilaian keadaan dehidrasi dengan menggunakan skor dibawah ini:
Pemeriksaan
Skor
1.        Muntah
2.        Vox
3.        Apatis
4.        Somnolent (soporus)
5.        Tekanan darah 90 mm Hg
6.        Tekanan darah 60 mmHg / takterukur
7.        Nadi 120 x/mnt
8.        Nafas 30 x/mnt (kusmaul)
9.        Turgor kurang
10.     facies chlorelaka
11.     Ekstrimitas dingin
12.     “washer woman hand”
13.     sianosis
14.     Umur antara 50-60
15.     Umur > 60
1
2
1
2
1
2
1
1
1
2
1
1
2
-1
- 2

Pada keadaan syok atau pe-syok cairan diberikan dengan memakai rumus :
                       skor / 15 x BB x 10% x 1 L 
jumlah cairan diberkan dalam kurun waktu 2 jam, kemudian dilanjutkan dengan pemberian sebanyak pengeluaran selama 2 jam sebelumnya. Bila setelah 3 jam syok sudah dapat teratasi, diberikan cairn elektrolit peroral. Bila masih dalam keadan pre-syok, maka skema diatas diulang.
Jika skor urang dari 3, maka hanya diberi cairan peroral (sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Sebaiknya infuse tetap dipertahankan bila volume tinja lebih dari 600 ml/jam dan boleh ihetikan bila dalam 6 jam tak ada berak dan muntah lagi.
Bila tak ada syok, langsung dieberikan peroral saja, bila kemudian terjadi pre-syok atau syok , diberikan infuse sesuai dengan penilaian.
2.        Pemberian cairan peroral
Cairan yang diberikan peroral, dimuim seperti biasa. Bila penderita tidak bisa minum , pasang NGT. Jumlah cairanpada 3 jam pertama 1800 cc aitu 600 cc caian perjam. Perhitungan pemberian cairan setelah 3 jam tersebut adalah 100 cc cairan peroral setiap jam ditambah sejumlah cian peroral sesai dengan pengeluaran tinja setiap jam sebelumnya.
Terapi tidak lagi diberikan bila pengeluaran tinja kurang dari 300 ml/ dalam 6 jam terakhir diit bubur saring diganti dengan bubur kasar. Bila penyebabnya adalah vibrio, maka setelah rehidrasi tercapai dapat langsung makan seperti sebelum sakit.
Bila dipakai penilaian dengan BJ plasma, maka secara empiric berlaku rumus:
Jumlah cairan   =   BJ Plasma sekarang – BJ plasma normal   . x  BB x 4 cc 
Dibutuhkan                                          0,001


 
 



Bila CVP yang jadi patokan, maka cairn etrus diberikan perinfus danpeningkatannya diamati hingga trcapai nilai CVP normal
3.        Medikamentosa 
a)       Tetrasiklin 4 x 500 mg selama 3 hari. Dapat juga diberikan kloramfenikol dengan dosis yang sama. Preparat tetrasiklin ( hostacycline P.250/500) (Tetraplex)
b)       Bila diberi infuse > 6 jam beturut-turut, berikan KCl 1 gram tiap 6 jam. KCl di berikan bila penderita diberi elektrolit peroral



E.  Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul.
Berdasarkan manifesasik klinis yang terjadi maka dapat ditegakan beberapa diagnosa antara lain
1.        Diare bd proses inflamsi
2.        Resiko defisiensi volume cairan bd kehilangan berlebih melalui rute normal (diare)
3.        Ketidakseimbangan  nutrisi kurang dari kebutuhan bd intake yang kurang
4.        Nyeri akut bd agen injuri fisik (fisiologis)
5.        Nausea bd iritasi gastrointestinal
6.        Resiko kerusakan integritas kulit bd sekresi dan ekskresi
F.  Intervensi  Keperawatan.
1.   Diagnosa No 1: Diare bd proses inflamsi
Tujuan (NOC):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diharapka pasien mampu:
·         Defekasi dengan feses berbentukm lunal dan maksimal seari 3 kali.
·         Mempertahankan arean rectal terbebas dari iritast
·         Terbebas dari kram dan dan diare
·         Menjelaskan penyebab diae dan rasionalisasi penanganannya
·         Mempertahankan turgor kulit dan BB dalam kondisi normal

Intervensi (NIC):
·         Pengelolaan Diare

No
Intervensi
1
Lakukan uji kultur dan sensitivity pada feses , jika diare terus berlanjut
2
Evalusi pengaruh obat terhadap gasrointestinal
3
Ajari pasien mengenai penggunan obat diae yang tepat
4
Inrtuksikan kepada pasien atau keluarga untuk emncatat warna, volume, frekuensi, dan konsistensi feses.
5
Avaluasi kandungan nutrisi yang dikonsumsi
6
Ajari kien untuk emmbatsi makanan yang menghasilkan gaas
7
Anjurkan untuk mencoa membatasi konsumsi  makanan yang mengandung laktosa
8
Identifikasi factor-faktor (obat, bateri, da makanan kaleng) yang mungkin  berkontriusi pada terjadinya diare
9
Monitor tanda dan gejala diare
10
Inruskikan pasien untuk memberitahu petugas setiap tahapan diare yang dialaminya.
11
Observasi turgor kulit secara teratur
12
Monitor kulit daerah perianal tehadap keberaaan iritasi dan atau ulcer
13
Ukur diare/ out put BAB
14
Ukur BB secara teratur
15
Beritahu dokter jika terdapat peningkatan frekuensi bising usus
16
Konsultasikan dengan dokter jika tnda dan gejala diaer memberat
17
Intruksikan pasien untuk mengkonsumsi makanan rendah serat, tinggi protein, dan tinggi kalori
18
Intruksikan untuk menghindari laksativ
19
Ajari pasien bagamana cara menjga makanan sehari-hari.
20
Ajari klien teknik menurunkan stress
21
Bantu klien dalam melakukan teknik penurunan stress
22
Monitor keamanan enyiapan makanan
23
Membantu klien untuk mengitirahatkan ususnya (missal: diet cair)



2.   Diagnosa No 2: Resiko defisiensi volume cairan bd kehilangan berlebih melalui rute normal (diare)
Tujuan (NOC):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diharapka pasien mampu:
·         Mempertahankan urin out put > 1300 ml/ hari (minimal 30 ml/jam)
·         Mempertahankan tekanan darah, nadi, an suhu tubuh dalam rentang normal
·         Mempertahankan elastisitas turgor kulit, kelembaban lidah dan membrane mukosa, dan kemampuan oientasi terhadaw tempat, waktu dan orang.
·         Menjelaskan ukuran yang dapat dijadikan patokan untuk  melakukan pengobatan atau mencegah kehilangan cairan berlebih.
·         Menjelaskan tanda dan gejala yang mengharuskanya menncari pertolongan pada petugas kesehatan.

Intervensi (NIC):
·         Pengelolaan hipovolumi

No
Intervensi
1
Monitor status cairn, termasuk intake dan out put
2
Pertahankan kepatenan akses IV
3
Monitor  kadar Hb dan Hmt
4
Menitor adanya kehilangan cairan (missal:
5
Monitor vital sign
6
Berikan larutan siostonik (missal: NS, dan RL) untuk rehidrasi ekrtaseluler
7
Berikan larutan hipotonik (missal: larutan D5W, D5) untuk rehidrasi intraseluler
8
Lakukan kombinasi larutan kristaloid (missal: NS dengan RL) dan koloid (missal hespon dan plasmanat)  untuk menggantikan volume Iintra vascular, sesuai dengan program
9
Monitor adanya kehilangan caiaran tak terlihat (missal diaphoresis)
10
Tingkatkan integras kulit
11
Bantu mobilisasi pasien dengan kasus postural hipotensi
12
Intrksikan kepada pasien untuk menghindari peruahan posisi secara cepat , khususnya dari berbaring ke posisi duduk atau berdiri
13
Berikan oral hygiene sesering mungkin
14
Observasi adanya indikasi dehidrasi (turgor kulit jelek, kafilari refill lambat, nadi lemah, haus yang berlebihan, membrane mukosa kering, penurunan urin out put, dan hipotensi)
15
Berikan cairan IV dalam suhu ruangan
16
Per tahankan kecepatan aliran infuse IV
17
Posisikan pasien memfasilitasi  perfusi periferr
18
Rencanakan kemungkinan pemberian tranfusi komponen darah
19
Monitor status hemodinamik , meliputi CVP, MAP, PAP, dan PCWP, jika ada
20
Kolaborasikan untuk pemberikan komponen darah (missal: platelet, plasma  darah beku)
21
Posisikan pasien trenelenburg jika etrjadi hipotensi
22
Montor tanda dan gejala klinis dari overhidrasi / cairan berlebih


3.   Diagnosa No 3: Ketidakseimbangan  nutrisi kurang dari kebutuhan bd intake yang kurang
Tujuan (NOC):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diharapka pasien mampu:
·         Menaikan BB secara progresif sesuai dengan yang diharapkan
·         BB daam batas normal berdasarkan TB dan BB
·         Mengenal factor-faktor yang berkontribusi  pada penurunan BB
·         Mengidentifikasi nutrisi yang dibutuhkan
·         Mengkonsmsi nutrisi yang adekuat
·         Terbebas dari tanda-tanda dan gejala malnutrisi.


Intervensi (NIC):
·         Pengelolaan nutrisi

No
Intervensi
1
Tanyakan apah pasien mempunyai riwayat elergi terhadap makanan tertentu
2
Kaji makanan pasien yang tersedia
3
Tentukan, berokolaborasi dengan ahli gizi, jumlah dan jenis nutrisi yang diutuhkan untuk memenuhi kebutuhan klien
4
Dukung   intake kalori yang tepat sesuai  jenis tubuh  dan gaya hidup.
5
Dukung peningkatan intake makanan  yang mengandung zat besi , dan vitamin C, sesuai dengan kebutuhan
6
Berikan makanan ringan (missal: minuman, buah segar/jus buah)
7
Berikan makanan yang  ringan, lunak, atau ekntal sesuai dengan kebutuhan
8
Sediakan pengganti luka
9
Pastikan diet mencakup makanan yang mengandung serat tinggi untuk mencegah konstipasi
10
Gunakan  bumbu dari rempah-rempah sebagai altenativ pengganti garam
11
Sediakan bagi pasien makanan tinggi kalori dan tinggi protein dan minuman  yang siap dikonsumsi
12
Berikan kesempatan kepada pasein untuk memilih makanan.
13
Sesuaikan diit pasien dengan gaya hidup pasien
14
Monitor catatan intake nutrisi berkaitan dengan isi dan kalori
15
Ajari klien begaimana mempertahankan diit sehari-hari
16
Berikan informasi yang adekuat kepada pasien mengenai kebutuhan nutrisi dan cara memenuhinya
17
Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya


4.   Diagnosa No 4: Nyeri akut bd agen injuri fisik (fisiologis)
Tujuan (NOC):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diharapka pasien mampu:
·         Menggunakan skala untuk mengidentifikasi intensitas nyeri terkini dan menentukan tingkat kenyamanan (jika pasien memiliki kemampuan kognitif yang adekuat)
·         Menggambarkan bagaimana nyeri yang takterukur bisa di kelola
·         Melaporkan adanya kepuasan dengan manajemen penurunan nyeri dan mampu mengatasi efek samping dari penanganan nyerinya.
·         Beristirahat dan tidur dalam jumlah yang cukup
·         Menggambarkan teknik non-farmakologik untuk mengatasi neyri.

Intervensi (NIC):
·         Pengelolaan  Nyeri

No
Intervensi
1
Lakukan pengkajian kompehensifterhadap nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frequency, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan factor pemicu.
2
Observasi pnyebab ketidaknyamanan, terutama bagi yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik.
3
Pastikan bahwa pasien menerima analgesic yang adekuat
4
Gunakan kiomuikasi terapeutik untuk mengetaui pengalaman klien dengan nyerinya dan menerima respon pasien terhadap nyerinya
5
Evaluasi bersama klien mengenai fektivitas manajemen nyeri yang telah dilakukan
6
Berikan informasi  mengenai nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berakhir dan mengantisifasi ketidaknyamanan dari prosedur  yang dilakukan.
7
Control factor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi ketidaknyamanan klien  (missal: suhu ruangan, cahaya, atau suasana gaduh
8
Dukung pasien untuk melakukan pengawasan dan penagnanan mandiri  secara tepat.
9
Ajarkan kepada pasien teknik penurunan nyeri non-farmakologi (missal : biofeedback, TENS, hypnosis, relaksasi, guiede imagery, distraksi, etrapi bermain, terapi aktivitas, acupressure, aplikasi panas/dingin, dan masase) sebelum dan sesudah dan jika mungkin selama nyeri berlangsung, sebelum yeri terjadi atau meningkat.
10
Berikan penurunan nyeri secara optimal dengan penggunaan analgesic yang telah diersepkan,
11
Lakukan  control nyeri sebelum nyeri mejadi parah
12
Berikan pengobatan sebelum meningkatkan aktivitas, tetapi evaluasi bahaya dari  efek sedasinya
13
Tingkatkan istirahat/tidur yang eadekuat untuk menurunkan nyeri
14
Beritahu dokter jika penanganan nyeri yang digunakan tidak efektif atau jika terdapat keluhan dari pasien mengenai nyerinya.

5.   Diagnosa No 5: Nausea bd iritasi gastrointestinal
Tujuan (NOC):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diharapka pasien mampu:
·         Menurunkan rasa mual
·         Menjelaskan metode yang dapat menurunkan rasa mual dan muntah.

Intervensi (NIC):

No
Intervensi
1
Etntukan penyebab mual dan muntah (missal efek medikasi, penyakit virus, makanan beracun, kecemasan berlebih, kehamilan)
2
Jaga kebersihan tempat makanan, dan sediakan tsue dalam jangkauan klien
3
Lakukan oral hygiene setelah pasien muntah
4
Berikan distraksi terhadap rangsangan mual dengan menggunakan musik lembut, TV, atau Videos
5
Perahankan suasana tenang, ventilasi lingkungan yang baik
6
Hindari pergerakan yang tiba-tiba, beri ksempatan kepada klien untuk tetap berbaring
7
Setelah muntah teratasi dan mual berkuang, mulai berikan cairan sedikit demi sedikit , misalnya soda, atau minuman jahe, kemudian krackers, yang meningkat ke makanan lunak.
8
Buka penutup baki makanan sebelum dibawa kepada pasien
9
Rekomendasikan untuk duduk ketika mengalami mual
10
Gunakan teknik relasasi dan distraksi untuk menurunkan rasa mualnya, dukungklien untuk mekan secara pelan-pelan, dan dengan nafas dalam.

6.   Diagnosa No 6: Resiko kerusakan integritas kulit bd sekresi dan ekskresi
Tujuan (NOC):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diharapka pasien mampu:
·         Mempertahankan keutuhan integritas kulit
·         Mencegah iritasi pad kulit
·         Kuli terbebas dari hyperemia atau ischemia
·         Menjaga kebersihan prianal
·         Keluarga dapat mendemonstrasikan dan melakasnakan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi (NIC):
·         Pencegahan pressre ulcer

No
Intervensi
1
Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga kebersihan di tempat tidur
2
Libatkan dan demonstrasikan cara perawatan perianal bila basah akibat diare atau kencing dengan mengeringkannya dan mengganti pakaian bawah. serta alasnya
3
Menganjurkan keluarga untuk mengganti pakaian bawah yang basah
4
Lindungi area perianal dari irtasi dengan pemeberian lotion
5
Hilangkan kelembaban berlebih padakulit sebagai hasil dari prespirasi, drainase luka, inkontnensia fecal dan urin termasuk iare)
Daftar Pustaka
a.  Noer at al, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FK UI Jakarta .
b. Joanne et al, Nursinbg Intervention Calsification, Mosby, USA
c. Swearingen. 2001. keperawatn Medikal Bedah. EGC. Jakarta
d. Nanda. 2004. Nursing Diagnosis A Guide to Planning Care. Down load from www.Us.Elsevierhealth

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...