1. Pengertian
Proses menua merupakan suatu proses normal yang ditandai dengan perubahan secara progresif dalam proses biokimia, sehingga terjadi kelainan atau perubahan struktur dan fungsi jaringan, sel dan non sel. (Widjayakusumah, 1992). Berbagai perubahan fisik dan psikososial akan terjadi sebagai akibat proses menua. Terjadinya perubahan pada semua orang yang mencapai usia lanjut yang tidak disebabkan oleh proses penyakit, menyebabkan kenapa penderita geriatrik berbeda dari populasi lain. (Brocklehurst and Allen, 1987).
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria)
Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya massa tulang sedemikian rupa sehingga hanya dengan trauma minimal tulang akan patah. Osteoporosis akan menghilangkan elastisitas tulang sehingga menjadi rapuh dan menyebabkan mudah terjadi patah tulang (fraktur).
2. Klasifikasi
Jenis – jenis osteoporosis menurut (Martono,2000) ada 3 macam ;
1. Osteoporosis postmenopausal
2. Osteoporosis senilis
3. Osteoporosis sekunder
3. Etiologi
3. Etiologi
1. Osteoporosis postmenopausal
Terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
Terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
2. Osteoporosis senilis
Kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
Kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
3. Osteoporosis sekunder
Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.
Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.
4. Manifestasi Klinis
Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala.
Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti:
1. patah tulang
2. punggung yang semakin membungkuk
3. hilangnya tinggi badan
4. nyeri punggung
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.
Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.
Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti:
1. patah tulang
2. punggung yang semakin membungkuk
3. hilangnya tinggi badan
4. nyeri punggung
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.
Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.
5. Patofisiologi
Penyebab pasti dari osteoporosis belum diketahui, kemungkinan pengaruh dari pertumbuhan aktifitas osteoklas yang berfungsi bentuk tulang. Jika sudah mencapai umur 30 tahun struktur tulang sudah tidak terlindungi karena adanya penyerapan mineral tulang
Dengan bertambahnya usia terjadi peningkatan kehilangan tulang secara linear. Kehilangan tulang ini lebih nyata pada wanita dibandingkan laki-laki. Tingkat kehilangan tulang ini sekitar 0,5 – 1 % pertahun dari total berat tulang pada wanita pasca menopause dan pada pria > 80 tahun. (Martono,2000)
Pada osteoporosis, penanda bone turn over dapat digunakan untuk memperkirakan kehilangan tulang pada wanita postmenopause, untuk memperkirakan kejadian fraktur osteoporotik dan untuk memantau efikasi pengobatan, terutama terapi anti resorpsi (HRT, bifosfonat dan calsitonin). Bebrapa studi cross-sectional menunjukan bahwa bone turnover meningkat dengan cepat setelah menopaouse, dengan 50 – 100 % peningkatan osteocalsin dan bone alkalin phosphatase (BAP). Pemeriksaan Bone Mineral Density (BMD) yang diukur pada beberapa tempat berkorelasi dengan bone turn over yang diperkirakan dengan beberapa penanda pada wanita postmenopause (Garnero,P.1999)
6. Patways
Menurunnya fungsi biologis dan organ
Gangguan fisik dan mental
Monepouse
osteoporosis primer osteoporosis sekunder
penurunan Hormon Estrogen kelainan endokrin
( terjadi pd wanita ) gangguan fungsi hati dan
ginjal
fraktur osteoporotik
7. Komplikasi
Dengan menurunnya fungsi biologis sel dan organ, maka daya adaptasi fungsi-fungsi tersebut untuk mengatasi gangguan fisik dan mental juga menurun. Dengan pertambahan usia yang ditandai gejala berkurangnya kemampuan fisik dan mental seseorang, maka beberapa keadaan patologis dapat timbul akibat proses penuaan. Berbagai komplikasi serius dapat timbul akibat adanya perubahan pada beberapa sistem organ dan fungsi metabolik yang disebabkan oleh imobilisasi. Dekubitus, osteoporosis, konstipasi, kelemahan dan perubahan psikologik merupakan beberapa komplikasi akibat imobilisasi. (Kahn, 1998).
8. Pencegahan
Pencegahan osteoporosis meliputi :
· Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup
· Melakukan olah raga dengan beban
· Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu).
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium. Olah raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang. Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron.
Konsep Dasar Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Mengidentifikasi resiko pasien dan pengenalan masalah-masalah yang berkaitan
a. Mengidentifikasi resiko pasien dan pengenalan masalah-masalah yang berkaitan
dengan osteporosis, wawancara pasien mengenai riwayat keluarga, fraktur yang terjadi
sebelumnya, kebiasaan diet, pola olah raga, awitan menopause dan penggunaan steroid
Amati terhadap fraktur, kifosis thorakal atau pemendekan batang tubuh saat melakukan
pemeriksaan fisik
b. Riwayat dislokasi pada wanita post menopouse atau kondisi yang diketahui sebagai
penyebab sekunder osteoporosis. Pasien (biasanya wanita tua) mungkin melaporkan
penurunan kemampuan untuk mengangkat . Pasien mengatakan nyeri beberapa lama
sampai beberapa tahun. Jika pasien mempunyai kolab vertebra, pasien merasakan nyeri
punggung dan nyeri menjalar ke tubuh. Selain itu didapatkan :
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA
1. Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang kondisi, faktor resiko, terapi nutrisi dan pencegahan.
2. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
3. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus
3. Pemeriksaan penunjang
1. Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang kondisi, faktor resiko, terapi nutrisi dan pencegahan.
2. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
3. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
a. Kalsium dan fosfat serum
b. Fosfat alkalin
c. Hidroksiprolin
d. Ekskresi kalsium urine
e. Hematokrit
f. Osteokalsin serum
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan sinar x
b. Absorpsimetri foton tunggal
c. Absorpsimetri sinar x energi ganda
d. Absorpsimetri foton ganda
e. Tomografi komputer kuantit
3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
a. Kalsium dan fosfat serum
b. Fosfat alkalin
c. Hidroksiprolin
d. Ekskresi kalsium urine
e. Hematokrit
f. Osteokalsin serum
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan sinar x
b. Absorpsimetri foton tunggal
c. Absorpsimetri sinar x energi ganda
d. Absorpsimetri foton ganda
e. Tomografi komputer kuantit
3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
4. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, faktor resiko, terapi nutrisi dan pencegahan.
Kriteria Pengkajian Fokus
Makna klinis
Pengetahuan atau pengalaman dengan osteoporosis
Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi
Pengkajian ini membantu perawat merencanakan strategi penyuluhan
Klien atau keluarga yang gagal untuk memenuhi tujuan belajar memerlukan rujukan untuk bantuan pasca pulang.
KRITERIA HASIL :
Klien atau keluarga akan :
a) Menyebutkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi atau dihilangkan
b) Menggambarkan modifikasi diet
c) Menyebutkan tanda dan gejala yang harus dilaporkan pada profesioal pelayanan kesehatan
d) Sasaran utama yang lain mencakup peredaan nyeri, perbaikan eliminasi usus dan tidak terdapat fraktur tambahan.
INTERVENSI KEPERAWATAN :
osteoporosis dengan menggunakan alat bantu pengajaran yang sesuai dengan tingkat pengertian klien dan keluarga (mis; gambar, slide, model). Jelaskan hal-hal berikut :
Penurunan densitas tulang
Peningkatan insiden fraktur vertebral, panggul dan pergelangan
a) Jelaskan faktor resiko dan yang mana dapat dihilangkan atau diubah.
a. Gaya hidup menoton
b. Kerangka tubuh kecil, kurus
c. Diet rendah kalsium dan vitamin D dan fosfor tinggi
d. Menopause atau ooforektomi
e. Obat-obatan
f. Meminum alkohol
g. Kafein
h. Kadar natrium florida rendah
i. Merokok
b) Rujuk ke sumber komunitas seperti kelompok berhenti merokok, yayasan artritis dan kelompok yang terkait.
c) Ajarkan untuk memantau dan melaporkan tanda dan gejala fraktur :
a. Nyeri hebat tiba-tiba pada punggung bawah, terutama setelah mengangkat atau
Kriteria Pengkajian Fokus
Makna klinis
Pengetahuan atau pengalaman dengan osteoporosis
Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi
Pengkajian ini membantu perawat merencanakan strategi penyuluhan
Klien atau keluarga yang gagal untuk memenuhi tujuan belajar memerlukan rujukan untuk bantuan pasca pulang.
KRITERIA HASIL :
Klien atau keluarga akan :
a) Menyebutkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi atau dihilangkan
b) Menggambarkan modifikasi diet
c) Menyebutkan tanda dan gejala yang harus dilaporkan pada profesioal pelayanan kesehatan
d) Sasaran utama yang lain mencakup peredaan nyeri, perbaikan eliminasi usus dan tidak terdapat fraktur tambahan.
INTERVENSI KEPERAWATAN :
osteoporosis dengan menggunakan alat bantu pengajaran yang sesuai dengan tingkat pengertian klien dan keluarga (mis; gambar, slide, model). Jelaskan hal-hal berikut :
Penurunan densitas tulang
Peningkatan insiden fraktur vertebral, panggul dan pergelangan
a) Jelaskan faktor resiko dan yang mana dapat dihilangkan atau diubah.
a. Gaya hidup menoton
b. Kerangka tubuh kecil, kurus
c. Diet rendah kalsium dan vitamin D dan fosfor tinggi
d. Menopause atau ooforektomi
e. Obat-obatan
f. Meminum alkohol
g. Kafein
h. Kadar natrium florida rendah
i. Merokok
b) Rujuk ke sumber komunitas seperti kelompok berhenti merokok, yayasan artritis dan kelompok yang terkait.
c) Ajarkan untuk memantau dan melaporkan tanda dan gejala fraktur :
a. Nyeri hebat tiba-tiba pada punggung bawah, terutama setelah mengangkat atau
membungkuk
b. Spasme otot paravertebral nyeri
c. Kolaps vertebral bertahap (dikaji dengan perubahan tinggi badan atau pengukuran
b. Spasme otot paravertebral nyeri
c. Kolaps vertebral bertahap (dikaji dengan perubahan tinggi badan atau pengukuran
tanda khiposis)
d. Nyeri punggung kronik
e. Keletihan
f. Konstipasi
d) Pertegas penjelasan untuk terapi nutrisi, konsul dengan ahli diet bila ada indikasi :
a. perbanyak masukan kalsium 1000 sampai 1500 mg/hari
b. Identifikasi makanan tinggi kalsium, mis; sardin, salmon, tahu produk dari susu dan
d. Nyeri punggung kronik
e. Keletihan
f. Konstipasi
d) Pertegas penjelasan untuk terapi nutrisi, konsul dengan ahli diet bila ada indikasi :
a. perbanyak masukan kalsium 1000 sampai 1500 mg/hari
b. Identifikasi makanan tinggi kalsium, mis; sardin, salmon, tahu produk dari susu dan
sayuran berdaun hijau
c. Pantau tanda dan gejala intoleransi laktosa, seperti; diare, flatulens dan kembung
d. Rekomendasikan multivitamin yang mengandung 400 sampai 800 IU vitamin D
c. Pantau tanda dan gejala intoleransi laktosa, seperti; diare, flatulens dan kembung
d. Rekomendasikan multivitamin yang mengandung 400 sampai 800 IU vitamin D
setiap hari
e. Identivikasi makanan yang menjadi sumber vitamin D, mis; susu diperkaya sereal,
e. Identivikasi makanan yang menjadi sumber vitamin D, mis; susu diperkaya sereal,
kuning telur, hepar dan ikan laut
f. Dorong masukan protein adekuat tetapi tidak berlebih, kurang lebih 44 g/hari pada
f. Dorong masukan protein adekuat tetapi tidak berlebih, kurang lebih 44 g/hari pada
kebanyakan klien
e) Jelaskan kebutuhan peningkatan aktivitas fisik dan pembatasan tertentu :
a. Dorong latihan yang menghasilkan gerakan, tarikan dan tekanan pada tulang
e) Jelaskan kebutuhan peningkatan aktivitas fisik dan pembatasan tertentu :
a. Dorong latihan yang menghasilkan gerakan, tarikan dan tekanan pada tulang
panjang, mis; berjalan, bersepeda statis dan mendayung
b. Instruksikan klien untuk latihan sedikitnya tiga kali seminggu selama 30 sampai 60
b. Instruksikan klien untuk latihan sedikitnya tiga kali seminggu selama 30 sampai 60
menit setiap bagian, sesuai kemampuan
c. Hindari latihan fleksi spina dan membungkuk tiba-tiba dan tersentak, mengangkat
c. Hindari latihan fleksi spina dan membungkuk tiba-tiba dan tersentak, mengangkat
beban berat
d. Rencanakan periode istirahat adekuat, berbaring pada posisi terlentang selama
d. Rencanakan periode istirahat adekuat, berbaring pada posisi terlentang selama
sedikitnya 15 menit saat nteri punggung meningkat atau interval tertentu selama
siang hari
e. Instruksikan klien dalam menggunakan sabuk punggung, korset, belat bila perlu
f. Dorong anggota keluarga atau pemberi perawatan lain untuk memberikan latihan
e. Instruksikan klien dalam menggunakan sabuk punggung, korset, belat bila perlu
f. Dorong anggota keluarga atau pemberi perawatan lain untuk memberikan latihan
rentang gerak pasif pada klien yang diimobilisasi di tempat tidur
f) Jelaskan pentingnya kewaspadaan keamanan seperti berikut ini :
a. Menyangga punggung dengan matras kuat, penyokong tubu dan mekanika tubuh
f) Jelaskan pentingnya kewaspadaan keamanan seperti berikut ini :
a. Menyangga punggung dengan matras kuat, penyokong tubu dan mekanika tubuh
yang baik
b. Lindungi terhadap kecelakaan jatuh dengan menggunakan sepatu dengan tumit
b. Lindungi terhadap kecelakaan jatuh dengan menggunakan sepatu dengan tumit
rendah; menyingkirkan bahaya lingkungan, seperti rak laci, lantai licin, kabel listrik
dijalan dan pencahayaan yang kurang baik dan menghindari alkohol, hipnotik dan
tranquilizer
c. Menggunakan alat bantu sesuai kebutuhan, mis; tongkat atau kruk
d. Hindari gerakan fleksi, seperti menunduk, membungkuk dan mengangkat. Jelaskan
c. Menggunakan alat bantu sesuai kebutuhan, mis; tongkat atau kruk
d. Hindari gerakan fleksi, seperti menunduk, membungkuk dan mengangkat. Jelaskan
bahwa fraktur kompresi vertebral dapat diakibatkan dari trauma minimal karena
membuka jendela, menggendong anak, batuk atau menunduk.
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Pantau tanda dan gejala fraktur (vertebral, panggul atau pergelangan tangan)
a. Nyeri pada punggung bawah atau leher
b. Nyeri tekan terlokalisasi
c. Nyeri menyebar pada abdomen dan pinggang
d. Spasme otot para vertebral
b) Pantau kifosis dari spina dorsal, ditandai dengan penurunan tinggi badan. Dikatakan kifosis bila jarak antara kaki dan simfisis pubis lebih dari 1 cm
tanda dan gejala paralitik ileus :
a. Tak terdengar bising usus
b. Ketidak nyamanan abdomen dan distensi
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Pantau tanda dan gejala fraktur (vertebral, panggul atau pergelangan tangan)
a. Nyeri pada punggung bawah atau leher
b. Nyeri tekan terlokalisasi
c. Nyeri menyebar pada abdomen dan pinggang
d. Spasme otot para vertebral
b) Pantau kifosis dari spina dorsal, ditandai dengan penurunan tinggi badan. Dikatakan kifosis bila jarak antara kaki dan simfisis pubis lebih dari 1 cm
tanda dan gejala paralitik ileus :
a. Tak terdengar bising usus
b. Ketidak nyamanan abdomen dan distensi
2. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Ajarkan cara menghilangkan nyeri punggung melalui tirah baring dan pengunaan matras yang keras dan tidak menggulung
b) Instruksikan pasien untuk menggerakkan trunkusnya sebagai satu unit dan hindari memutar ; berikan dorongan untuk melakukan postur tubuh yang baik dan melanik tubuh yang baik
c) Pasang korset lumbosakral untuk menyangga sementara ketika turun dari tempat tidur
d) Berikan analgesik narkotik oral saat awitan nyeri punggung ; gati menjadi analgesik non narkotik setelah beberapa hari
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Ajarkan cara menghilangkan nyeri punggung melalui tirah baring dan pengunaan matras yang keras dan tidak menggulung
b) Instruksikan pasien untuk menggerakkan trunkusnya sebagai satu unit dan hindari memutar ; berikan dorongan untuk melakukan postur tubuh yang baik dan melanik tubuh yang baik
c) Pasang korset lumbosakral untuk menyangga sementara ketika turun dari tempat tidur
d) Berikan analgesik narkotik oral saat awitan nyeri punggung ; gati menjadi analgesik non narkotik setelah beberapa hari
3. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Berikan dorongan untuk mengkonsumsi diet tinggi serat, tingkatan masukan cairan dan gunakan pelunak feces yang telah diresepkan
b) Pantau masukan pasien, bising usus dan aktivitas usus (defekasi); ileus dapat terjadi jika kolaps vertebra mengenai tulang vertebra T10-12.
5. Resiko terhadap cedera; fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis tulang
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Tingkatkan aktivitas fisik untuk menguatkan otot, mencegah atropi disuse, dan hambat demineralisasi tulang progresif.
b) Berikan dorongan untuk melakukan latihan isometrik untuk menguatkan otot-otot trunkus
c) Berikan dorongan untuk berjalan, penggunaan mekanik tubuh yang baik, dan postur tubuh yang benar
d) Hindari membungkuk tiba-tiba, gerakan mendadak, dan mengangkat berat
e) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas diluar rumah di bawah sinar matahari untuk meningkatkan kemampuan tubuh memproduksi vitamin D
window.google_render_ad();3. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Berikan dorongan untuk mengkonsumsi diet tinggi serat, tingkatan masukan cairan dan gunakan pelunak feces yang telah diresepkan
b) Pantau masukan pasien, bising usus dan aktivitas usus (defekasi); ileus dapat terjadi jika kolaps vertebra mengenai tulang vertebra T10-12.
5. Resiko terhadap cedera; fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis tulang
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Tingkatkan aktivitas fisik untuk menguatkan otot, mencegah atropi disuse, dan hambat demineralisasi tulang progresif.
b) Berikan dorongan untuk melakukan latihan isometrik untuk menguatkan otot-otot trunkus
c) Berikan dorongan untuk berjalan, penggunaan mekanik tubuh yang baik, dan postur tubuh yang benar
d) Hindari membungkuk tiba-tiba, gerakan mendadak, dan mengangkat berat
e) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas diluar rumah di bawah sinar matahari untuk meningkatkan kemampuan tubuh memproduksi vitamin D
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Berikan dorongan untuk mengkonsumsi diet tinggi serat, tingkatan masukan cairan dan gunakan pelunak feces yang telah diresepkan
b) Pantau masukan pasien, bising usus dan aktivitas usus (defekasi); ileus dapat terjadi jika kolaps vertebra mengenai tulang vertebra T10-12.
5. Resiko terhadap cedera; fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis tulang
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Tingkatkan aktivitas fisik untuk menguatkan otot, mencegah atropi disuse, dan hambat demineralisasi tulang progresif.
b) Berikan dorongan untuk melakukan latihan isometrik untuk menguatkan otot-otot trunkus
c) Berikan dorongan untuk berjalan, penggunaan mekanik tubuh yang baik, dan postur tubuh yang benar
d) Hindari membungkuk tiba-tiba, gerakan mendadak, dan mengangkat berat
e) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas diluar rumah di bawah sinar matahari untuk meningkatkan kemampuan tubuh memproduksi vitamin D
window.google_render_ad();3. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Berikan dorongan untuk mengkonsumsi diet tinggi serat, tingkatan masukan cairan dan gunakan pelunak feces yang telah diresepkan
b) Pantau masukan pasien, bising usus dan aktivitas usus (defekasi); ileus dapat terjadi jika kolaps vertebra mengenai tulang vertebra T10-12.
5. Resiko terhadap cedera; fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis tulang
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Tingkatkan aktivitas fisik untuk menguatkan otot, mencegah atropi disuse, dan hambat demineralisasi tulang progresif.
b) Berikan dorongan untuk melakukan latihan isometrik untuk menguatkan otot-otot trunkus
c) Berikan dorongan untuk berjalan, penggunaan mekanik tubuh yang baik, dan postur tubuh yang benar
d) Hindari membungkuk tiba-tiba, gerakan mendadak, dan mengangkat berat
e) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas diluar rumah di bawah sinar matahari untuk meningkatkan kemampuan tubuh memproduksi vitamin D
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328.
Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 752 – 779.
Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 (terjemahan). PT EGC. Jakarta .
Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press. Surabaya .
0 komentar:
Posting Komentar