Minggu, 28 Maret 2010

Asuhan Keperawatan INFARK MIOKARD AKUT

ASUHAN KEPERAWATAN
 


KONSEP MEDIS


A.      PENGERTIAN


Infark miokard akut adalah kematian jaringan miokard akibat oklusi akut pembuluh darah koroner (Suryono, Bambang dkk. 2005: 120).
Infark Miokard akut ialah nekrosis sebagian otot jantung akibat berkurangnya suplai darah kebagian otot tersebut karena oklusi atau trombosis arteria koronaria, dapat juga akibat keadaan syok atau anemia akut (Purwadianto, Agus dan Sampurna, Budi dkk, 1998:33).
Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung (Arif, Mansjoer. 1999: 437)
Infark miokard adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan oksigen oksiggeen beerkepanjangan (Corwin, E. 2000: 367).
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Infark Miokard akut (IMA) adalah suatu keadaan kematian jaringan pada otot jantung yang diakibatkan oleh karena berkurangnya suplai oksigen kejaringan tersebut.


B.      ETIKOLOGI

Infark miokard dapat disebabkan oleh :
·         Penyempitan kritis arteri koroner akibat ateriosklerosis atau oklusi arteri komplit akibat embolus atau trombus
·         Penurunan aliran darah koroner dapat juga disebabkan oleh syok dan hemoragi.
·         Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
C.      TANDA DAN GEJALA

1.       Klinis
ü  Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus menerus tidak mereda, biasanya di atas ragion sterna bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
ü  Keparahan nyeri dapat meningkatkan secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi.
ü  Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan terus kebawah menuju lengan.
ü  Nyeri mulai secara spontan.
ü  Nyeri dapat menjalar kea rah rahang dan leher.
ü  Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, pening atau kepala terasa melayang dan mual, muntah.
2.       Laborat
Pemeriksaan enzim jantung
CPK – MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4 – 6 jam, memuncak dalam 12 – 24 jam,kembali normal dalam 36 – 48 jam.

3.       EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang tertinggi dan simetris.

D.      PATOFISIOLOGI

Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik dan aritmia. Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark meluas.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia.

E.      DIAGNOSIS BANDING

1.       Angina Pectoris tidak stabil/insufisiensi koroner akut.
2.       Diseksi aorta (nyeri dada umumnya sangat hebat, dapat menjalar ke perut dan punggung).
3.       Kelainan saluran cerna bagian atas (hernia diafragmatika, esofagitis refluks)
4.       Kelainan lokal dinding dada (nyeri bersifat lokal, bertambah dengan tekanan atau perubahan posisi tubuh)
5.       Kompresi saraf (terutama C8, nyeri pada distribusi saraf tersebut)
6.       Kelainan intra-abdominal (kelainan akut, pankreatitis dapat menyerupai IMA)

F.       KOMPLIKASI

1.    Aritmia
2.    Bradikardia sinus
3.    Irama nodal
4.    Gangguan hantaran atrioventrikular
5.    Gangguan hantaran intraventrikel
6.    Asistolik
7.    Takikardia sinus
8.    Kontraksi atrium premature
9.    Takikardia supraventrikel
10. Flutter atrium
11. Fibrilasi atrium
(Soeparman & Waspadji. 2000)

G.      PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan medis adalah untuk meminimalkan kerusakan miokard dengan : menghilangkan nyeri, memberikan istirahatdan mencegah timbulnya komplikasi seperti disritma letak  dan syok kardiogenik.
1.       Pemberian oksigen di lakukan saat awitan nyri dada.
2.       Analgenik (morfin sulfat)
Farmokoterapi :
v  Vasodilator untuk meningkatkan suplai oksigen (NTG)
v  Antikoagulan (Heparin)
v  Trombolifik (Streptokinase, activator plasminogen jenis jaringan (t – PA),  anistreplase) hanya akan efektif bila diberikan dalam 6 jam awitan nyeri dada, selama terjadi neurosis jaringan transmural.













H.      PATHWAYS


Ateroskterosis
Thrombosis
 

Aliran arteri koronaria
 

Oksigen dan nutrisi turun
 

Jaringan miocard iskemik
 

Nekrose lebih dari 30 menit
 

Suplai O2 ke miocard turun
 



v
 
Metaboliusme anaerob                                                               Seluler Hipoksia                                                                     
Kerusakan            Timbunan asam  Nyeri                                      Integritas membrane sel berubah

 
Pertukaran            lakat meningkat 
Gas                                                         Regional sentral bawah      Kontraktilitas                  Resiko
     Fatique             &abdomen bag atas                                turun        penurunan
                                                                                                                                      Curah jantung
        Intoleransi aktifitas     Sesak nafas
Cop turun              Kegagalan
                                                                                Cemas                                                   Pompa
Gangguan             jantung
   Perfusi
                                                                                                                  Jaringan               Gagal jantung
 

Resiko kelebihan volume
   Cairan ekstravaskuler    



(Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta)



ASUHAN KEPERAWATAN

A.      PENGKAJIAN

a.       Riwayat atau adanya factor-faktor resiko :
ü  Penyakit pembuluh darah arteri
ü  Serangan jantung sebelumnya
ü  Riwayat keluarga atas penyakit jantung/serangan jantung positif
ü  Kolesterol serum tinggi (diatas 200 mg/l)
ü  Perokok
ü  Diet tinggi garam dan tinggi lemak
ü  Kegemukan (BB ideal TB – 100 kurang lebih 100 %)
ü  Wanita pasca menopause karena terapi estrogen

b.       Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajian kardiovaskuler dapat menunjukan :
ü  Nyeri dada berkurang dengan istirahat atau pemberian nitrat (Temuan yang paling penting) sering juga disertai :
v  Perasaan ancaman pingsan dan atau kematian
v  Diaphoresis
v  Mual dan muntah kadang-kadang
v  Demam (didalam 24 – 48 jam)
v  Sindrom syok dalam berbagai tingkatan (pucat, dingin, kulit lembab atau basah, turunnya tekanan darah, denyut nadi yang cepat, berkurangnya nadi parifer dan bunyi jantung)

c.        Kaji nyeri dada sehubungan dengan :
-          Faktor perangsang
-          Kualitas
-          Lokasi
-          Beratnya

d.       Pemeriksaan diagnosis
·         EKG
·         Enzim jantungt
·         Test tambahan






B.       DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.       Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner
v  Intervensi :
a.       Berikan lingkungan yang tenang
b.       Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi)
c.        Pemberian obat
v  Rasional :
a.       Menurunkan rangsang eksternal yang dapat memperburuk keadaan nyeri yang terjadi.
b.       Membantu menurunkan persepsi-respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh terhadap nyeri.
c.        Memornitor nyeri

2.       Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
v  Intervensi :
a.       Pantau TTV sebelum, selama dan sesudah aktivitas
b.       Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas
c.        Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan klien
d.       Kolaborasi pelaksanaan program rehabilitasi pasca serangan IMA.
v  Rasional :
a.       Menentukan respon klien terhadap aktivitas.
b.       Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan risiko komplikasi.
c.        Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai dengan kemampuan kerja jantung.
d.       Menggalang kerjasama tim kesehatan dalam proses penyembuhan klien.

3.       Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
v  Intervensi :
a.       Pantau respon verbal dan non verbal yang menunjukkan kecemasan klien
b.       Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah, cemas/takut terhadap situasi krisis yang dialaminya.
c.        Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
v  Rasional :
a.       Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan secara langsung tetapi kecemasan dapat dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan adanya kegelisahan, kemarahan, penolakan dan sebagainya.
b.       Respon klien terhadap situasi IMA bervariasi, dapat berupa cemas/takut
c.        Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi


4.       Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
v  Intervensi :
a.       Auskultasi bunyi napas.
b.       Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah
c.        Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien
v  Rasional :
a.       Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard.
b.       Makan dalam volume yang besar dapat meningkatkan kerja miokard dan memicu rangsang vagal yang mengakibatkan terjadinya bradikardia.
c.        Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard dan menurunkan iskemia.

5.       (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
v  Intervensi :
a.       Pantau perubahan kesadaran/keadaan mental yang tiba-tiba seperti bingung, letargi, gelisah, syok.
b.       Pantau fungsi gastrointestinal (anorksia, penurunan bising usus, mual-muntah, distensi abdomen dan konstipasi).
v  Rasional :
a.       Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh curah jantung di samping kadar elektrolit dan variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik.
b.       Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat menimbulkan disfungsi gastrointestinal.
(Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta)










DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...