Minggu, 09 Mei 2010

Asuhan Keperawatan BRONKITIS AKUT

BRONKITIS AKUT
A. Pengertian
        Bronkitis akut aalah penyakit saluran nafas akut ( inflamasi bronkus ) yang biasanya terjadi pada bayi dan anak, yang biasanya juga diserai dengan frakeitis.
( Ngastiyah. 1997 )
b. Etiologi
                Penyebab penyakit bronkitis akut ini antara lain disebabkan oleh :
  1. Virus seperti Rhinovirus, virus influinsa, virus sinsial pernafasan.
  2. Bakteri seperti Stapilokus, streptokokus, pnemokokus.
  3. Parasit askarlasis dan jamur.
Penyebab lain yaitu karena menghisap bahan kimia misalya debu, uap.
( Nelsen, 2000 )
C. Patofisiologi
        Asap mengiritasi jalan nafas, mengakibatkan hipertensi lendir dan inflamasi karena iritasi yang konstan ini, kelenjr-kelenjar yang mengsekresi lendir dan sel-sel golbet meningkat jumlahya. Fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang dihasilkan. Sehingga bronkeolus menyempit dan tersumbat. Alvioli rusak dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing ( bakteri ). Kemudian pasien menjadi rentan dengan penyakit infeksipernafasan.
( bruner dan suddart )
D. Manifestasi klinis.
  1. Infeksi saluran nafas atas ( ISPA )
  2. Batuk sering, tapi tidak produktif
  3. Batuk produktif dan memburuk ketika musim dingin, lembab.
  4. Takipnea, Dispnea
  5. Nyeri dada
  6. Mengi, ronchi
( Nelson, 2000.Brunner dan Suddart )
F. Pemeriksaan diaknosa
  1. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui hipoksia, hipoksimia.
  2. Rongen thorax, untuk mengetahui pembesaran jantung.
  3. Pemeriksaan fungsi paru, untuk menunjukan penurunan kapasitas vital (VC ) dan volume aspirasi akut ( FEV jumlah udara yang di ekalasi ) dan peningkatan volume residual ( RV ) uadara yang tersisa dalam paru-paru setelah ekalasi maksimal. Kapasitas paru total ( TLC ) normal atau meningkat.
  4. Pemerksaan hemoglobin dan hemotoksin.
( Brunner dan Suddart )
G. Penatalaksanaan Medis
                Dengan cara :
  1. Diberi bronkodilator.
  2. Postural drainage dan prekusi dada.
  3. Caran peroral dan parenteral.
  4. Kortikostiroid
  5. Henti rokok atau penyebablain.
  6. Anti biotik.
(Brunner dan Suddart, 2002)



H. Prognosis
        Penderita yang sebelumya sehat mempunyai prognosis yng baik, tetapi jika sebelumya itu sakit maka prognosisnya jelek. Prognosis ditentukan oleh kondisi sebelum, terken infeksi akut ini. Makin jelek kondisi sebelumya, makin mundur prognosisnya. Walaupun sering kali tidak berakibat fatl tetapi sering kali setelah serangan akut berhasil diatasi, masih ada kemungkinan akan tejadi kemunduran kondisi parunya lagi.
(Brunner dan Suddart, 2002)




Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
                Pengkajian yang harus diakuan adalah dapatkan riwayat
  1. Riwayat alergi keluarga, gangguan ginetik.
  2. Riwayat pasien tentang disfungsi penafasan sebelumya, bukti terbaru penularan terhadap alergan atau iritan lain, trauma.
·   Frekuensi :cepat, normal,/lambat untuk anak tertentu.
·         Kedalaman : normal, terlalu dangkal ( hippnea ) terlalu dalam ( hiperpnea )
·         Kemudahan : kurang upaya, sulit ( dispnea ) ortopnea.
·         Pernafasan sakit : kontinue, intermiten, menjadi meakin burak, menetap, awitan tiba-tiba pada saat kerja/istirahat.
·         Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafaan.
Observasi adanya :
1.       Bukti ifeksi ~ peningkatan suhu, pembesaran kelenjar limfe, servikal membrane mukosa terinflamasi dan purulen dari hidung, telinga/paru-paru.
2.       Batuk ~ karakteristik batuk, sifat batuk, frekuensi batuk.
3.       Mengi ( wheezing ) ~ ekspirasi/ inspirasi : nada tinggi/ musikal, secara lambat/ tiba-tiba.
4.       Sianosis ~perhatikan distribusi (perifer, paroral, fasial, batang tubuh serta wajah )derajad durasi.
5.       Nyeri dada ~ perhatikan situasi dan lokasi : terlokalisir /menyeba. Menyebar dari dasar leher/ abdomen, dangkal/ tajam, dalam / superfisal.
6.       Sputum ~ perhatikan volume, warna bauviskositas.
7.       Pernafasan buruk
(Rudolph, 2006)

II. Fokus Intervensi
  1. Diagnosa : Bersihkan jalan nafas tidak efetif berbanding dengan penigkatan sekresi, inflamasi.
Tujuan : Bersihkan jalan nafas efektif.
Kriteria hasil : Menunjukan potensi jalan nafas, cairan sekret mudah dikeluarkan, bunyi nafas jelas, wheezing berkurang.
Intervensi :
·         auskultasi bunyi dada, untuk karakter bunyi, nafas dan adanya sekret.
·         Posisikan pasien dengan semi fowler.
·         Lakukan fisioterapi dada dan batuk efektif.
·         Dorong masukan cairanper oral sedikitnya 2500ml/hari atau parenteral.
·         Berikan O2 sesuai indikasi.
·         Kolanrasi dengan bronkodolator, ekspektoran/ anal gesik lain sesuai indikasi.

  1. Diagnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan normalberbanding dengan intake kurang, peningkatan metabolisme.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi sesuai kebutuhan.
Kriteria hasil : Menunjukanperubahan berat badan, menunjukan pola makan , Hb, albumin dalam rentang normal.
Intervensi :
·         Catat status nutrisi pasien
·         Awasi pemasukan, pengeluaran dan BB secara periodik.
·         Selidiki mual, muntah, snoreksia dan cata kemungkinan hubunhan dengan obat.
·         Berikan diet TKTP.
·         Bila perlu berikan nutrisi parenteral.
·         Kolaborsi susuk ke ahli gizi tentang diit.

  1. Diagnosa : cemas berbanding dengan hospitalisasi pernafasan.
Tujuan : cemas menurun.
Kriteria hasil : klien tidak menunjukan tanda-tanda stres, klien melakukan aktivitas tenang yang sesuai dengan usia dan kondisi.
Intervensi :
·         Berikan lingkungan /suasna yang tenang.
·         Berikan relaksasi sehingga klien dapat mengekpresiakan rasa takut/ marahnya.
·         Dorong keluarga untuk mendorong pasien.
·         Anjurkan tentang adanya prosedur dan tindakan.
·         Berikan dukungan psikososial, sehingga klien tidak merasa sendiri.

  1. Diagnosa :hipertermi berbanding dengan proses inflamasi.
Tujuan : suhu badan menurun /kembali normal.
Kriteria hasil : klienmempertahankannormotermi dengan kriteria tidak ada tanda-tamda dan gejala hipertermi.
Intervensi :
·         berikan kompres hangat.
·         Anjurkan klien untuk minum yang banyak.
·         Pantau TTV.
·         Pantau haluaran dan masukan.
·         Kolaborasi dengan obat antipiretik dan anti bitik sesuai resep.

  1. Diaonosa : intoleran aktivitas berbanding dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhn O2.
Tujuan : mendemostrasikan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Kriteria hasil : keluhan-keluhan dan kelemahan berkurang bila melakukan AKS.
Intervensi :
·         Berikan bantuan pada AKS sesuai kebutuhan.
·         Seimbangkan antara istirahat dan tidur.
·         Kaji tingkat toleransi klien.

  1. Diagnosa : gangguan pertukaran gas berbabding dengan aliran udara kealvioli, perubahan membran alveolar  kaliper.
Tujuan : pertukaran gas efektif.
Kriteria hasil : EDA normal, tidak menunjukan ventilasi adekuat, tidak menunjukanperbaikan distress pernafasan.
Intervensi :
·         pantau TTV.
·         Auskultasi paru untuk penurunan  bunyi nafas dan adanyabunyi tambahan.
·         Lakukan tindakan untukmemperbaiki jalan nafas.
·         Posisikan klien denganfowler/semi fowler.
·         Berikan O2 dengan metode yang tepat.
(Rudolph, 2006)
  
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Ikram, Ainal,  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...