Selasa, 27 September 2011

Asuhan Keperawatan Combustio



A.       KONSEP DASAR MEDIS

1.        Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Luka Bakar adalah keadaan sakit yang dapat membawa pemderitaan pada morbiditas yang sangat kompleks dan merupakan trauma yang paling berpotensi menyebabkan gangguan berat integritas penampakan dan psikologis apabila berpotensi menyebabkan gangguan berat integritas ( Teddy O.H SMF Bedah Plastik RSUD Dr. Soetomo)

2.        Etiologi
a.        Luka bakar termal
        Agen pecendera dapat berupa api, air panas, ataukontak dengan objek panas, luka bakar api berhubungan dengan asap/cedera inhalasi (cedera terbakar, kontak dan kobaran api).
b.        Luka bakar listrik.
        Terjadi dari tife/voltase aliran yang menghasilkan proporsi panas untuk tahanan dan mengirimkan jalan sedikit tahanan (contoh saraf memberikan tahanan kecil dan tulang merupakan tahanan terbesar) Dasar cedera menjadi lebih berat dari cedera yang terlihat.
c.        Luka bakar kimia.
        Terjadi dari tife /kandungan agen pencedera, serta konsentrasi dan suhu agen.
d.        Luka bakar radiasi.
        Luka bakar bila terpapar pada bahan radioaktif dosis tinggi.
(Doenges E.M,2000) &(long,1996)

3.        Patologi
                Jejas sel mulai pada suhu 44oC makin tinggi suhu naik diatas angka ini makin cepat kerusakan terjadi, sedangkan kerusakan ini memerlukan beberapa menit bila suhu 44 oC dan akan memerlukan beberapa  detik bila 1000oC atau lebih, jejas bahwa derajat dan luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu (penyebab) , besarnya agen pembakar dan lamanya pemaparan serta derah yang terkena : seperti pengaruh telapak tangan yang tebal karena lapisan tanduk pada pekerja tangan dan pakaian yang dipakai, perfusi pada jaringan yang kurang akan mendapat kerusakan yang lebih berat dari pada yang penuh dengan peredaran darah.
(Dudley,AF hugh,1992)

4.        Fase Luka Bakar
a.        Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.

b.       Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1)       Proses inflamasi dan infeksi.
2)       Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
3)       Keadaan hipermetabolisme.

c.        Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

5.        Klasifikasi Luka Bakar
a.        Dalamnya luka bakar.
Kedalaman
jaringan
Penyebab
Penampilan
Warna
Perasaan
Ketebalan partial superfisial /sebagian lapisan permukaan kulit
(tingkat I)
Epidermis, bagian dermis
Jilatan api, uap air sinar ultra violet (terbakar oleh matahari).
Kering tidak ada gelembung.
Oedem minimal atau tidak ada.
Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.
Bertambah merah.
Nyeri, gatal, hiperestetik
Lebih dalam dari ketebalan partial/sebagian lapisan kulit lebih dalam
(tingkat II)
-     Superfisial
-     Dalam

Epidermis dan dermis
Kontak dengan bahan air atau bahan padat.yang panas
Jilatan api kepada pakaian.
Jilatan langsung kimiawi.
Sinar ultra violet.

Blister  besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar.
Pucat bial ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali.
Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat.
Sangat nyeri, hiperestetik
Ketebalan sepenuhnya/ seluruh lapisan kulit
Baik dermis bagian dalam
(tingkat III)
Epidermis, dan dermis, jaringan subkutan
Kontak dengan bahan cair atau padat.
Nyala api.
Kimia.
Kontak dengan arus listrik.
Kering disertai kulit mengelupas.
Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas.
Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar.
Tidak pucat bila ditekan.
Putih, kering, hitam, coklat tua.
Hitam.
Merah.
Tidak sakit, sedikit sakit.
Rambut mudah lepas bila dicabut.
Derajat Iv
Semua lapisan kulit
Semua diatas ditambah dengan otot dan tulang
Listrik
hangus, hancur, edema, imobilisasi
Hitam
Sedikit nyeri

b.       Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
1) Kepala dan leher                                                                         : 9%
2) Lengan masing-masing 9%                                        : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18%                  : 36%
4) Tungkai maisng-masing 18%                                      : 36%
5) genetalia/perineum                                                     : 1%
     Total                                                                                           : 100%


                                                       9 %
                                  9 %                                    9 %                        

                                                 Depan 18 %
                                             Punggung 18 %
                   

                                                        1 %

                                           18 %                   18%



Gambar.1 aturan sembilan  memperkirakan luasnya luka bakar
                (Dudley A.F.Hugh,1992)
               
c.        Berat ringannya luka bakar
American college of surgeon membagi dalam:
1)       Parah – critical:
a) Tingkat II                             : 30% atau lebih.
b) Tingkat III                            : 10% atau lebih.
c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
2)       Sedang – moderate:
a) Tingkat II                             : 15 – 30%
b) Tingkat III                            : 1 – 10%
3)       Ringan – minor:
a) Tingkat II                             : kurang 15%
b) Tingkat III                            : kurang 1%

6.        Oval: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhanPatofisiologi Luka Bakar
 





























                       

o    Gangguan perfusi jaringan
o    Resiko kekurangan volume cairan
o    Nyeri
o    Ansietas
o    Kerusakan mobilitas fisik




 ( Hudak & Gallo; 1997)
               &
         (Long, 1996)


























7.        Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar

Peruba-
han
Tingkatan hipovolemik
( s/d 48-72 jam pertama)
Tingkatan diuretik
(12 jam – 18/24 jam pertama)
Mekanisme
Dampak dari...
Mekanisme
Dampak dari...
Pergeseran cairan ekstra
seluler.
Vaskuler ke insterstitial.
Hemokonsentrasi oedem pada lokasi luka bakar.
Interstitial ke vaskuler.
Hemodilusi.
Fungsi renal.
Aliran darah renal berkurang karena desakan darah turun dan CO berkurang.
Oliguri.
Peningkatan aliran darah renal karena desakan darah meningkat.
Diuresis.
Kadar sodium/
natrium.
Na+ direabsorbsi oleh ginjal, tapi kehilangan Na+ melalui eksudat dan tertahan dalam cairan oedem.
Defisit sodium.
Kehilangan Na+ melalui diuresis (normal kembali setelah 1 minggu).
Defisit sodium.
Kadar potas
sium.
K+ dilepas sebagai akibat cidera jarinagn sel-sel darah merah, K+ berkurang ekskresi karena fungsi renal berkurang.
Hiperkalemi
K+ bergerak kembali ke dalam sel, K+ terbuang melalui diuresis (mulai 4-5 hari setelah luka bakar).
Hipokalemi.
Kadar protein.
Kehilangan protein ke dalam jaringan akibat kenaikan permeabilitas.
Hipoproteinemia.
Kehilangan protein waktu berlangsung terus katabolisme.
Hipoproteine-
mia.
Keseim-
bangan nitrogen.
Katabolisme jaringan, kehilangan protein dalam jaringan, lebih banyak kehilangan dari masukan.
Keseimbangan nitrogen negatif.
Katabolisme jaringan, kehilangan protein, immobilitas.
Keseimbangan nitrogen negatif.
Keseim-
bnagan asam basa.
Metabolisme anaerob karena perfusi jarinagn berkurang peningkatan asam dari produk akhir, fungsi renal berkurang (menyebabkan retensi produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonas serum.
Asidosis metabolik.
Kehilangan sodium bicarbonas melalui diuresis, hipermetabolisme disertai peningkatan produk akhir metabolisme.
Asidosis metabolik.
Respon stres.
Terjadi karena trauma, peningkatan produksi cortison.
Aliran darah renal berkurang.
Terjadi karena sifat cidera berlangsung lama dan terancam psikologi pribadi.
Stres karena luka.
Eritrosit
Terjadi karena panas, pecah menjadi fragil.
Luka bakar termal.
Tidak terjadi pada hari-hari pertama.
Hemokonsentrasi.
Lambung.
Curling ulcer (ulkus pada gaster), perdarahan lambung, nyeri.
Rangsangan central di hipotalamus dan peingkatan jumlah cortison.
Akut dilatasi dan paralise usus.
Peningkatan jumlah cortison.
Jantung.
MDF meningkat 2x lipat, merupakan glikoprotein yang toxic yang dihasilkan oleh kulit yang terbakar.
Disfungsi jantung.
Peningkatan zat MDF (miokard depresant factor) sampai 26 unit, bertanggung jawab terhadap syok spetic.
CO menurun.

8.        Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
a.        Luka bakar grade II:
1)       Dewasa > 20%
2)       Anak/orang tua > 15%
b.        Luka bakar grade III.
c.        Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.

9.        Penatalaksanaan
Seperti menangani kasus emergency umum yaitu:
a.        Resusitasi A, B, C.
1)       Pernafasan:
a)       Udara panas à mukosa rusak à oedem à obstruksi.
b)       Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à iritasi à Bronkhokontriksi à obstruksi à gagal nafas.
2)       Sirkulasi:
a)       gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler à hipovolemi relatif à syok à ATN à gagal ginjal.

b.        Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
c.        Resusitasi cairan  à  Baxter.
1)       Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
2)       Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
3)       Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun              : BB x 75 cc
3 – 5 tahun              : BB x 50 cc
½ à diberikan  8 jam pertama
½ à diberikan  16 jam berikutnya.
Hari kedua:
Dewasa   : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
          100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
Anak                        : Diberi sesuai kebutuhan faal.

d.        Monitor urine dan CVP.
e.        Topikal dan tutup  luka
-       Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
-       Tulle.
-       Silver sulfa diazin tebal.
-       Tutup kassa tebal.
-       Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
f.         Obat – obatan:
- Antibiotika      : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
- Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
- Analgetik       : kuat (morfin, petidine)
- Antasida        : kalau perlu
.


B.       KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.        Pengkajian ( Doengoes, 2000 )
Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2 tahun dan diatas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebih rentan terkena infeksi.

Riwayat kesehatan sekarang
@  Sumber  kecelakaan
@  Sumber panas atau penyebaba yang berbahaya
@  Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar  terjadi
@  Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
@  Keadaan fisik disekitar luka bakar
@  Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
@  Beberapa keadaan lain yang memeperbaat luka bakar

Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien ,mempunyai penyakit yang merubah kemampuan utuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap infeksi (seperti DM, gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan pernafasan)

Pemeriksaan Fisik dan psikososial
a.        Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b.        Sirkulasi:
Tanda ( dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c.        Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d.        Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e.        Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f.         Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g.        Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h.        Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i.          Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).

j.          Pemeriksaan diagnostik:
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada  cedera inhalasi asap.
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

Diagnosa Keperawatan ( Doengoes ; 2000)
1.        Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif  berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia ; luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada.
2.        Resiko tinggi  kekurangan volume cairan b/d. Kehilangan cairan melalui rute abnormal; status hypermetabolik
3.        Resiko kerusakan pertukaran gas b/d cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
4.        Resiko infeksi b/d. Pertahanan primer tidak adequat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik.
5.        Nyeri b/d. Kerusakan kulit/jaringan; bentukam edem; manifulasi jaringan cidera.
6.        f.  Resiko kerusakan perfusi jarinagn b/d luka bakar melingkari ekstremitas    atau luka bakar listrik dalam.
7.        Gangguan citra tubuh (penampilan peran) b/d krisis situasi; kecacatan ;nyeri.
8.        Kerusakan  integritas kulit b/d destruksi lapisan kulit


RENCANA KEPERAWATAN DAN RASIONAL


Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional

Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi trakheobronkhial; oedema mukosa; kompressi jalan nafas .












































Resiko kekurangan volume cairan b/d luka bakar luas.

Bersihan jalan nafas tetap efektif.
Kriteria Hasil : Bunyi nafas vesikuler, RR dalam batas normal, bebas dispnoe/cyanosis.














































Pasien dapat mendemostrasikan status cairan dan biokimia membaik.
Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam batas normal, haluaran urine di atas 30 ml/jam.

Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer.

Awasi pengeluaran urine dan berat jenisnya. Observasi warna urine dan hemates sesuai indikasi.



Pantau drainase luka dan kejilangan yang tampak



Timbang berat badan setiap hari


Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar tiap hari sesuai indikasi


Selidiki perubahan mental



Observasi distensi abdomen,hematomesis,feces hitam.
Hemates drainase NG dan feces secara periodik.

Lakukan program kolaborasi meliputi :

Pasang / pertahankan kateter urine

Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin.
Awasi hasil pemeriksaan laboratorium ( Hb, elektrolit, natrium ).
Berikan obat sesuai idikasi :
-       Diuretiaka

-       Kalium

-       Antasida




Pantau:
-   Tanda-tanda vital setiap jam selama periode darurat, setiap 2 jam selama periode akut, dan setiap 4 jam selama periode rehabilitasi.
-   Warna urine.
-   Masukan dan haluaran setiap jam selama periode darurat, setiap 4 jam selam aperiode akut, setiap 8 jam selama periode rehabilitasi.
-   Hasil-hasil JDL dan laporan elektrolit.
-   Berat badan setiap hari.
-   CVP (tekanan vena sentral) setiap jam bial diperlukan.
-   Status umum setiap 8 jam.

Pada penerimaan rumah sakit, lepaskan semua pakaian dan perhiasan dari area luka bakar.
Mulai terapi IV yang ditentukan dengan jarum lubang besar (18G), lebih disukai melalui kulit yang telah terluka bakar. Bila pasien menaglami luka bakar luas dan menunjukkan gejala-gejala syok hipovolemik, bantu dokter dengan pemasangan kateter vena sentral untuk pemantauan CVP.

Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, CVP < 6 mmHg, bikarbonat serum di bawah rentang normal, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap.

Konsultasi doketr bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.





Tes guaiak muntahan warna kopi atau feses ter hitam. Laporkan temuan-temuan positif.



Berikan antasida yag diresepkan atau antagonis reseptor histamin seperti simetidin.


Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler.

Penggantian cairan dititrasi  untuk meyakinkan rata-2 pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada orang dewasa. Urine berwarna merah pada kerusakan otot masif karena adanyadarah dan keluarnya mioglobin.

Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi dan kehilangan cairan melalui evaporasi mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.

Penggantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya

Memperkirakan luasnya oedema/perpindahan cairan yang mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.

Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat mengindikasikan ketidak adequatnya volume sirkulasi/penurunan perfusi serebral

Stres (Curling) ulcus terjadi pada setengah dari semua pasien yang luka bakar berat(dapat terjadi pada awal minggu pertama).

Observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah stasis atau refleks urine.
Resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan membantu mencegah komplikasi.
Mengidentifikasi kehilangan darah/kerusakan SDM dan kebutuhan penggantian  cairan dan elektrolit.

Meningkatkan pengeluaran urine dan membersihkan tubulus dari debris /mencegah nekrosis.
Penggantian lanjut karena kehilangan urine dalam jumlah besar
Menurunkan keasaman gastrik sedangkan inhibitor histamin menurunkan produksi asam hidroklorida untuk menurunkan produksi asam hidroklorida untuk menurunkan iritasi gaster.

Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Periode darurat (awal 48 jam pasca luka bakar) adalah periode kritis yang ditandai oleh hipovolemia yang mencetuskan individu pada perfusi ginjal dan jarinagn tak adekuat.








Inspeksi adekuat dari luka bakar.

Penggantian cairan cepat penting untuk mencegah gagal ginjal. Kehilangan cairan bermakna terjadi melalui jarinagn yang terbakar dengan luka bakar luas. Pengukuran tekanan vena sentral memberikan data tentang status volume cairan intravaskular.


Temuan-temuan ini mennadakan hipovolemia dan perlunya peningkatan cairan. Pada lka bakar luas, perpindahan cairan dari ruang intravaskular ke ruang interstitial menimbukan hipovolemi.

Pasien rentan pada kelebihan beban volume intravaskular selama periode pemulihan bila perpindahan cairan dari kompartemen interstitial pada kompartemen intravaskuler.
Temuan-temuan guaiak positif ennandakan adanya perdarahan GI. Perdarahan GI menandakan adaya stres ulkus (Curling’s).

Mencegah perdarahan GI. Luka bakar luas mencetuskan pasien pada ulkus stres yang disebabkan peningkatan sekresi hormon-hormon adrenal dan asam HCl oleh lambung.
Resiko kerusakan pertukaran gas b/d cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.

Pasien dapat mendemonstrasikan oksigenasi adekuat.
Kriteroia evaluasi: RR 12-24 x/mnt, warna kulit normal, GDA dalam renatng normal, bunyi nafas bersih, tak ada kesulitan bernafas.
Pantau laopran GDA dan kadar karbon monoksida serum.


Beriakan suplemen oksigen pada tingkat yang ditentukan. Pasang atau bantu dengan selang endotrakeal dan temaptkan pasien pada ventilator mekanis sesuai pesanan bila terjadi insufisiensi pernafasan (dibuktikan dnegna hipoksia, hiperkapnia, rales, takipnea dan perubahan sensorium).

Anjurkan pernafasan dalam dengan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam selama tirah baring.

Pertahankan posisi semi fowler, bila hipotensi tak ada.
Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu dokter bila terjadi dispnea disertai dengan takipnea. Siapkan pasien untuk pembedahan eskarotomi sesuai pesanan.
Mengidentifikasi kemajuan dna penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Inhalasi asap dapat merusak alveoli, mempengaruhi pertukaran gas pada membran kapiler alveoli.
Suplemen oksigen meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan. Ventilasi mekanik diperlukan untuk pernafasan dukungan sampai pasie dapat dilakukan secara mandiri.




Pernafasan dalam mengembangkan alveoli, menurunkan resiko atelektasis.


Memudahkan ventilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap diafragma.
Luka bakar sekitar torakal dapat membatasi ekspansi adda. Mengupas kulit (eskarotomi) memungkinkan ekspansi dada.
Resiko infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat, kerusakan perlindunga kulit.

Pasien bebas dari infeksi.
Kriteria evaluasi: tak ada demam, pembentukan jaringan granulasi baik.
Pantau:
-   Penampilan luka bakar (area luka bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur bial tandur kulit dilakukan) setiap 8 jam.
-   Suhu setiap 4 jam.
-   Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan.
-    
Bersihakn area luka bakar setiap hari dan lepaskan jarinagn nekrotik (debridemen) sesuai pesanan. Berikan mandi kolam sesuai pesanan, implementasikan perawatan yang ditentukan untuk sisi donor, yang dapat ditutup dengan balutan vaseline atau op site.

Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril dan beriakn krim antibiotika topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari. Berikan krim secara menyeluruh di atas luka.

Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari area luka bakar, sisi donor atau balutan sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan berikan antibiotika IV sesuai ketentuan.



Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang mengenai area luas tubuh. Gunakan linen tempat tidur steril, handuk dan skort untuk pasien. Gunakan skort steril, sarung tangan dan penutup kepala dengan masker bila memberikan perawatan pada pasien. Tempatkan radio atau televisis pada ruangan pasien untuk menghilangkan kebosanan.

Bial riwayat imunisasi tak adekuat, berikan globulin imun tetanus manusia (hyper-tet) sesuai pesanan.

Mulai rujukan pada ahli diet, beriakn protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan makanan kurang dari 50%. Anjurkan NPT atau makanan enteral bial pasien tak dapat makan per oral.

Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimapngan dari hasil yang diharapkan.






Pembersihan dan pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan pembentukan granulasi.





Antimikroba topikal membantu mencegah infeksi. Mengikuti prinsip aseptik melindungi pasien dari infeksi. Kulit yang gundul menjadi media yang baik untuk kultur pertumbuhan baketri.


Temuan-temuan ini mennadakan infeksi. Kultur membantu mengidentifikasi patogen penyebab sehingga terapi antibiotika yang tepat dapat diresepkan. Karena balutan siis tandur hanya diganti setiap 5-10 hari, sisi ini memberiakn media kultur untuk pertumbuhan bakteri.

Kulit adalah lapisan pertama tubuh untuk pertahanan terhadap infeksi. Teknik steril dan tindakan perawatan perlindungan lainmelindungi pasien terhadap infeksi. Kurangnya berbagai rangsang ekstrenal dan kebebasan bergerak mencetuskan pasien pada kebosanan.




Melindungi terhadap tetanus.



Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi paling baik status nutrisi pasien dan merencanakan diet untuk emmenuhi kebuuthan nutrisi penderita. Nutrisi adekuat memabntu penyembuhan luka dan memenuhi kebutuhan energi.
Nyeri b/d kerusakan kulit/jaringan, pembentukan oedema, manipulasi jaringan cedera.

Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.
Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks.
Berikan anlgesik narkotik yang diresepkan prn dan sedikitnya 30 menit sebelum prosedur perawatan luka. Evaluasi keefektifannya. Anjurkan analgesik IV bila luka bakar luas.



Pertahankan pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut ekstra untuk memberikan kehangatan.

Berikan ayunan di atas temapt tidur bila diperlukan.


Bnatu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat membantu membalikkan badan sendiri.

Analgesik narkotik diperlukan utnuk memblok jaras nyeri dengan nyeri berat. Absorpsi obat IM buruk pada pasien dengan luka bakar luas yang disebabkan oleh perpindahan interstitial berkenaan dnegan peningkatan permeabilitas kapiler.

Panas dan air hilang melalui jaringan luka bakar, menyebabkan hipoetrmia. Tindakan eksternal ini membantu menghemat kehilangan panas.

Menururnkan neyri dengan mempertahankan berat badan jauh dari linen temapat tidur terhadap luka dan menuurnkan pemajanan ujung saraf pada aliran udara.
Menghilangkan tekanan pada tonjolan tulang dependen. Dukungan adekuat pada luka bakar selama gerakan membantu meinimalkan ketidaknyamanan.
Resiko kerusakan perfusi jaringan b/d luka bakar melingkari ekstremitas atau luka bakar listrik dalam.









Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi lapisan kulit.

Pasien menunjukkan sirkulasi tetap adekuat.
Kriteria evaluasi: warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nadi perifer dapat diraba.








Memumjukkan regenerasi jaringan
Kriteria hasil:  Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.
Untuk luka bakar yang mengitari ekstermitas atau luka bakar listrik, pantau status neurovaskular dari ekstermitas setaip 2 jam.

Pertahankan ekstermitas bengkak ditinggikan.


Beritahu dokter dengan segera bila terjadi nadi berkurang, pengisian kapiler buruk, atau penurunan sensasi. Siapkan untuk pembedahan eskarotomi sesuai pesanan.
                                                                          


Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.

Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi.

Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi.




Tinggikan area graft bila mungkin/tepat. Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area bila diindikasikan.


Pertahankan balutan diatas area graft baru dan/atau sisi donor sesuai indikasi.

Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki dengan krim, beberapa waktu dalam sehari, setelah balutan dilepas dan penyembuhan selesai.

Lakukan program kolaborasi :
- Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan biologis.
Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.


Meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan pembengkakan.

Temuan-temuan ini menandakan keruskana sirkualsi distal. Dokter dapat mengkaji tekanan jaringan untuk emnentukan kebutuhan terhadap intervensi bedah. Eskarotomi (mengikis pada eskar) atau fasiotomi mungkin diperlukan untuk memperbaiki sirkulasi adekuat.

Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada aera graft.

Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan resiko infeksi/kegagalan kulit.

Kain nilon/membran silikon mengandung kolagen porcine peptida yang melekat pada permukaan luka sampai lepasnya atau mengelupas secara spontan kulit repitelisasi.

Menurunkan pembengkakan /membatasi resiko pemisahan graft. Gerakan jaringan dibawah graft dapat mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal.

Area mungkin ditutupi oleh bahan dengan permukaan tembus pandang tak reaktif.

Kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan perawatan khusus untuk mempertahankan kelenturan.


Graft kulit diambil dari kulit orang itu sendiri/orang lain untuk penutupan sementara pada luka bakar luas sampai kulit orang itu siap ditanam.



A.                   DAFTAR PUSTAKA

1.        Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
2.        Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
3.        Donna D. Ignatavicius (1991), Medical Surgical Nursing: A Nursing Process Approach, WB. Sauders Company, Philadelphia.
4.        Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
5.        Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume I, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
6.        Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya (2001), Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan Luka Bakar Secara Paripurna, Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
7.        Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
8.        R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
9.        Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Tn. H DENGAN  COMBUSTIO GR. II B- III 43 %
DI RUANG BEDAH G, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL  16 – 19 SEPTEMBER 2002


Nama Mahasiswa                    : Subhan
N I M                                       : 010030170 B
Ruang                                     : Bedah G Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya.
Pengkajian diambil tanggal      : 29 juli 2002. Jam 08.30 BBWI


1.          IDENTITAS PASIEN


Nama                                 : Tn Heri Samsul             No. Regester : 10196338
Umur/tgl lahir                                     : 28 Tahun.
Jenis Kelamin                                     : Laki-laki.
Suku/Bangsa                                      : Jawa/Indonesia
Agama                                               : Islam
Status Perkawinan                             : -
Pekerjaan                                           : -
Pendidikan                                         : SMA
Bahasa yang digunakan     :  jawa/Indonesia
Alamat                                               : Boto putih II/65 surabaya
Kiriman dari                                       : GBPT
Tanggal MRS                                     : 25 juli 2002.
Cara Masuk                                       : Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo
                                                      Surabaya
Diagnosa Medis                 : Combustio
Alasan Dirawat                   : Usaha Bunuh diri dengan membakar diri
Keluhan Utama                                   : luka bakar (combustio) derajat II B – III 43 % 
Upaya yang telah dilakukan               : pertolongan oleh tetangga sekitar rumah dengan mematikan api dengan
                                                        seadanya                                               

2.          RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

1)          Riwayat Penyakit Dahulu
Pada tanggal   september 2002 pukul 04.00, klien pernah berusaha membunuh diri dengan meminum cairan baygon tapi dapat ditolong di istalasi rawat darurat Soetomo surabaya dan hanya sempat menginaf sementara di IRD selama sehari. Klien juga mempunyai riwayat pemakai dan pencandu obat-obat narkotika dan pernah menjalani rehabilitatif ditempat panti anak-anak pencandu obat-obatan terlarang . Dm dan riwayat HT disangkal, luka bakar sebelumnya (-), epilepsi (-).

2)          Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 7 agustus 2002 ( ± 3 minggu yang lalu)  klien berusaha membunuh diri dengan membakar diri menggunakan minyak tanah yang disiramkan ke tubuh dan sempat dotolong oleh warga setempat dan langsung di bawa IRD RSUD Dr Soetomo Surabaya dan Pada hari itu juga pasien dilakukan bulectomy untuk mengangkat bula pada luka bakar, dilakukan pemasangan infus (terapi baxter), CVP, kateter urine, pencucian luka di IRD. Kemudian pasien dirawat di unit luka bakar di GBPT, hingga pada tanggal 7 september  pasien dipindahkan ke Ruang Bedah G untuk mendapat perawatan lanjutan. Dengan keluhan Pada saat pengkajian tanggal 16 september 2002 pukul 09.00 WIB, pasien dalam keadaan sadar baik (CM) GCS E4V5M6, keluhan nyeri dan panas pada luka bakar, suara serak, sulit menelan (-), pasien mengeluh haus.
Total luas luka bakar:
abdomen                    : gr II AB                  : 9 %
punggung                   : gr II AB                  : 13,5%
    tulang                     : gr II A-B : 10%
Ext sup S                    : gr  III                      : 1 %
             D                   : gr II B - III              : 55%
Cat ing D/S : gr II & III                : 5 + 5 %
Total                           : gr II B - III              : 43%


3)          Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien saat ini.
Bapak (almarhum) mempunyai riwayat  hipertensi dan ibu dari klien tidak mempunyai riwayat Hipertensi dan penyakit Diabetes Militus.


GENOGRAM :



                                                                                                               




 
    Keterangan :
                                                  
                                                   : Laki-laki
                                                   : Perempuan
                                                   : Tinggal serumah
                                                                  : klien yang sakit
                                                                  : meninggal
                                                               

4)          Keadaan Kesehatan Lingkungan
Menurut keluarga pasien keadaan lingkungan rumah cukup bersih, karena kebiasaan warga sekitar membersihkan lingkungan rumah masing-masing setiap minggu secara teratur..


3.          OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

Pada awal pengkajian 29 juli 2002
1)          Keadaan Umum :
Kesadaran compos mentis, penampilan lusuh, klien tampak kurus, BB : 35 kg, TB 162.

2)          Tanda-tanda vital
Suhu                          : 37,8 0C
Nadi                           : 80 X/menit. lemah dan teratur
Tekanan darah          : 100/80 mmHg.
Respirasi    : 28 x/menit

3)          Body Systems
(1)        Pernafasan (B 1 : Breathing)
Inspeksi : terdengar suara stridor inspirasi dan ekspirasi Pernafasan cepat dan dalam. Frekuensi 28 x/menit, Irama teratur, tidak terlihat gerakan cuping hidung, terlihat pucat /anemi pada sekitar bibir, mulut dan dasar kuku, terdengar suara nafas tambahan ronkhi, whizziing (-) bentuk dada simetris, terdapat luka bakar grade II B-III 55 %
Palpasi : pergerakkan asimetris kiri dan kanan, fremitus raba sama pada kiri dan kanan dinding dada ,
Perkusi : dilakukan lebih proksimal keatas adanya suara sonor pada kedua paru, suara redup pada batas paru dan hepar, agak susah dilakukan pengkajian karea luas luka bakar yang terjadi sebagian besar dibagain dada
Auskultasi dilakukan lebih proksimal terdengar adanya suara vesikuler dikedua lapisan paru, suara amporik tidak ada
,
(2)        Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan  kiri, denyut jantung pada ictus cordis. Pulsasi jantung tidak tampak
Palpasi frekuensi Nadi 80 X/menit lemah dan teratur, tekanan darah 100/80 mmHg, Suhu 37,8 0C, perfusi dingin
Auskultasi Cor S1 S2 tunggal,S3 S4 tidak ada. irama reguler, ekstra sistole/murmur tidak ada.
.
(3)        Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan pada saat sesudah
                                           disentuh (4)
Verbal : Orientasi baik, penuh mampu orientasi waktu, tempat, orang, siapa dirinya, berada dimana, tanggal, hari.  (5)
Motorik : mampu menurut perintah, mengangkat tangan, menunjukkan jari dan angka yang ditunjukkan pemeriksa (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik.
Keadaan nervus I –XII tidak ada kelainan
         Kepala dan wajah                           : terdapat luka bakar gr II A-B 6%.
         Mata                                               : Konjungtiva merah muda, sklera puith bersih, pupil isokor, reflek 
                                                            pupil baik, bulu mata hangus,  bulu alis hangus, luka sudah agak
                                                            mengering, warna merah muda pucat, bula (-).
         Mulut                                              : Bibir mengalami luka bakar, sudah agak kering, mukosa bibir (+).
         Leher                                              : DVJ (-), pembesaran kelenjar limfe (-).                                                              
        Reflek fisiologis                                : dbn
        Reflek patologis                               : taa
        Pendengaran                  : dbn
        Penciuman                                      : dbn
        Pengecapan                                    : Klien mengatakan tidak mengalmai penurunan rasa sensasi
                                                            pengecapan.
        Penglihatan                                     : dbn
        Perabaan                                        : Pasien mengatakan pada area luka bakar nyeri bila disentuh
                                                           (terutama     saat merawat luka dan mandi), rasa kesemutan (-),
                                                            refleks saraf III, IV, V, VI, VII, tidak ada kelainan Lainnya           

(4)        Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Inspeksi :Jumlah urine 400 ml/ 8 jam, warna urine kuning.gangguan perkemihan tidak ada. Pemeriksaan genetalia eksternal tidak ada infeksi, jamur, ulkus, lesi dan keganasan
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar inguinalis, nyeri tekan.tidak ada,
Perkusi ; tidak ada nyeri pada perkusi daerah ginjal


(5)        Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Inspeksi : mulut dan tenggorokan tampak kering, Abdomen terdapat luka bakar gr II AB : 9 %, keluhan nyeri, gangguan pencernaan tidak ada, , tidak kembung, tidak terdapat obstipasi maupun diare, klien buang air besar 3 X/hari. Tanpa terasa oleh klien
palpasi : hepar tidak teraba, ginjal tidak teraba, anoreksia,tidak ada nyeri tekan
perkusi : suara tympani (+) pada abdomen, kembung tidak ada suara pekak pada daerah hepar,
auskultasi : Peristaltik normal

(6)        Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi range of mation terganggu, akibat luka bakar yang dialami
Tonos otot pada ekstrimitas baik dengan nilai (4) kekuatan kurang dibandingkan sisi lain kanan dan kiri
          Kemampuan pergerakan sendi:     555  555
                                                              555  555
Ekstrimitas        :  ada kelainan
                                      Atas                   : ada kelainan pergerakan khususnya pada persendian tangan kiri mengalmi
                                                            kontraktur , kekuatan otot baik, terdapat luka bakar gr II B-III 55 %
                                                             14 %  pada tangan kanan, , luka masih basah, warna merah
                                                             , bula (+)                         
                                   Bawah  : ada kelainan, khususnya persendian pada daerah femoralis mengalami kontraktur.
Tulang Belakang               :  khusunya punggung gr II AB : 13,5 %Tidak ada kelainan, pergerakan
                                        kurang baik, kekuatan otot kurang baik.
Abdomen                          :  grade II AB : 9 %
Warna kulit                        : tampak anemi
Akral                                 : Hangat
Turgor                              : Baik
terdapat kontraktur maupun dikubitus.


Pola aktivitas sehari-hari
(1)        Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan
Saat sehat : klien mempunyai kebiasaan merokok ± 1 bungkus sehari, klien juga pernah riwayat peminum alkohol dan pemakai dan pencandu obat –obat narkotika, klien juga jarang  mengikuti senam tiap hari lamanya 1 jam dan diselingi dengan jalan-jalan.
Pada saat sakit : klien tidak mampu melakukan seperti dulu lagii sejak ia mengalami sakit, tidak pernah berolahraga dan beraktivitas seperti biasanya selama sakit.

(2)        Pola Nutrisi dan Metabolisme
Saat sehat : menurut keluarganya klien makan teratur 3 x sehari, klien minum perhari sebanyak 1,5 liter air dan terbiasa minum susu, tidak ada kesulitan menelan, klien tidak pernah diet khusus , BB 45 kg postur tubuh kurus ddengan tinggi badan 167 cm
Saat sakit : klien makan tidak teratur (porsi makan tidak dihabiskan) dengan alasan ada rasa  mual, minum 5-6 gelas sehari Adanya perasaan mual - mual dan kadang-kadang sampai muntah dan rasa kering pada rongga mulut, BB 35 kg dengan tinggi badan 167 cm dan tidak ada diet khusus. 

(3)        Pola Eliminasi
Saat sehat : klien BAB dengan jumlah feses normal, warna feses kuning dan berbau khas, pasien BAK dengan Jumlah urine 400 ml / 8 jam, warna urine kuning muda dengan kejernihan : Jenih. Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan. Klien buang air besar 1 X/hari.
Saat sakit : selama masuk klien BAB.dengan feses yang encer.  BAK jumlah 1200 per hari

(4)        Pola tidur.dan Istirahat
Saat sehat : menurut keluarga Klien mempunyai kebiasaan sehari-hari klien lebih banyak istirahat selama 6 jam mulai jam 21.00 – 03.00  pagi, klien mengatakan kalau sudah bangun sulit untuk bisa tidur lagi dan biasanya sering bangun terlalu awal. Pasien terbiasa tidur dengan suasana tenang.
Saat sakit :menurut keluarganya klien tampak sering tidur mengatakan pada awal masuk klien tidak dapat tidur sama sekali karena luka bakar yang dialaminya,

(5)        Pola Aktivitas dan latihan
Saat sehat : menurutkeluarganya Untuk aktivitas sehari-hari klien mengatakan lebih banyak dilakukan ditempat teman-temannya. apabila ada waktu senggang klien menggunakan waktu untuk membaca jalan-jalan
Saat sakit :  tampak imobilisasi ,aktivitas  sebatasnya semampunya ditempat tidur
Aktivitas di RS lebih banyak istirahat di Tempat Tidur dan aktivitas terbatas dibantu di Tempat Tidur.

(6)        Pola Hubungan dan Peran
Saat sehat dan sakit : Hubungan klien dengan orang lain dan keluarga kurang baik, klien termasuk orang yang keras kepala , selama sakit klien tidak bisa menjalankan peran sepertinya biasanya.

(7)        Pola Sensori dan Kognitif
Saat sehat Klien mampu melihat dan mendengar serta meraba dengan baik, klien tidak mengalami disorientasi.reflek (+)
Saat sakit : proses melihat, mendengar, mencium dan meraba cukupbaik, berfikir lancar, isi pikiran dapat dimengerti namun daya ingatnya sedang,klien mengerti  akan pertayaan yang diberikan

(8)        Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Saat sehat : selama sehat klien mengatakan sering ditegur melakukan kebiasaan jelek seperti merokok oleh istrinya. Klien mengatakan juga sangat senang ngobrol dan berkumpul dengan keluaraga maupun teman-temannya
Saat sakit : selama perawatan, menyebabkan klien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem). Selain itu klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan. Tampak tidak ada kontak mata yang jarang dilakukan.

(9)        Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien beluym menikah

(10)     Psikososial
       Konsep diri: --
       Citra diri:
o    Tanggapan tentang tubuh: taa
o    Bagian tubuh yang disukai: taa
o    Bagian tubuh yang tidak disukai:  taa
o    Persepsi thd kehilangan bagian tubuh: pasien bertanya kemungkinan cacat pada tubuh bekas
        luka bakar dan kemungkinan penyembuhannya.
o    Lainnya, sebutkan: (-).

      Identitas:
o    Status klien dalam keluarga: anak, pertama
o    Kepuasan klien thd status dan posisi dlm keluarga: puas
o    Kepuasan klien thd jenis kelamin: puas
o    Lainnya, sebutkan: taa
     Peran:
o    tanggapan klien thd perannya: cukup puas.
o    Kemampuan/kesanggupan klien melaksanakan perannya: sanggup melaksanakan peran.
o    Kepuasan klien melaksanakan perannya: puas.
      Ideal diri/harapan:
§  harapan klien thd:
o    Tubuh: supaya cepat sembuh.
o    Posisi (dlm pekerjaan): taa
o     Status dlm keluarga: taa
o    Tugas/pekerjaan:taa.
§  Harapan klien thd lingkungan: taa
§  Harapan klien thd penyakit yg diderita: penyakitnya dapat segera disembuhkan dan 
        kondisi fisiknya dapat kembali seperti sedia kala.
     Harga diri:
o    Tanggapan klien thd harga dirinya: pasien merasa malu dengan keadaan tubuhnya dan
        tubuhnya bekas luka bakar dan pasien harus memakai balutan pada tangan dan badan
        sehingga tampak seperti mummy.
Klien mengatakan dirinya seorang tidak berguna.
o    Lainnya, sebutkan: taa
     Sosial/interaksi:
o    Hubungan dengan klien: adik perempuannya
o    Dukungan keluarga: kurang baik
o    Dukungan kelompok/teman/masyarakat: kurang baikbaik
o    Reaksi saat interaksi: tidak kooperatif, komunikasi kurang lancar dan jelas, suaraagak serak
        semenjak kejadian luka bakar.
o    Konflik yang terjadi terhadap: masalah putus dengan kekasih

Personal Higiene
Kebiasaan di rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari, dan cuci rambut 1 X/minggu.

Ketergantungan
Karena penyakit paru obstruktif kronik yang dideritanya sehingga klien mempunyai ketergantungan mentaati hal-hal yang berkaitan dengan faktor-faktor yang dapat mencetus parahnya penyakit

(11)     Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping
Dalam menghadapi sakit yang dideritanya sekarang ini klien mengatakan apa yang sudah terjadi biarlah terjadi dan berlalu toh engga bisa berubah lagi.klien mengatakan lebih baik memikirkan bagaimana sekarang bisa sehat, klien tampak berlapang dada dengan menerima keadaannya berbesar hati,. Masalah anak merupakan masalah yang sering  menjadi stressor menyebabkan strees pada klien, tapi klien termasuk orang  yang terbuka baik dengan anak-anaknya dan istrinya untuk dipecahkan bersama.                                                                                                                                       

(12)     Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta penyakit luka bakar ini menghambat klien dalam melaksanakan ibadah walaupun tetap merubah  pola ibadah yang biasanya klien lakukan seperti biasanya.

Pemeriksaan penunjang:
Tanggal
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
02-09 2002
Darah Lengkap (automatik)
Leuko (WBC) :
HB (HGB)
PCV (HCT)
MCV
MCH
MCHC
Trombo (PLT)

20,5
3,18
9,2
28,5
89,6
32,3
576
X1000/ul (L : 4,7-10,3 P : 4,3-11,3)
X1000000/ul (L : 4,33-5,95 P : 3,9-4,5)
9/dl (L : 13,4-17,7 ; P 11,4-15,1)
%(40-47 ; P 38-42)
fl (80 – 93)
pg (27 – 31)
9/dl (32-36)
x/1000/ul (150 – 350)


Diff
Eos
Baso
Stab
Seg
Lym
Mono

2
-
2
89
7
-

1-2
0-1
3-5
54-62
25-33
3-7

LED
PPT
KPTT
SGOT
SGPT
S. Albumin
Globulin
BUN
Creatinin
Kalium
Natrium
43 mm/jam
13,3 c:11,3)
28,6 c:30,6)
66
40
2,8
2,1
8
1,2
4,6
143
Mm/jam (L<15 ; 8<20)
+/-2 detik dari c
+/-7 detik dari c
L : <37 ; P <31<31 U/l
L :<40 ; P < 31 u/l
3,6 – 5,2 g/dl
2,6 – 3,6 gr/dl
9 -18 mg/dl
l : 1,52-p <1,19 mg/DL
3,5 – 5,5 mEg/dl
135 – 145 mEg/dl

Antigen(Elisa)
ADS
c.ott
HIV

(-)
0,019
0,53
menyusul

(-)


(-)

Terapi:
Tanggal 16 september 2002, IFUD RD 5 % 1000, diet TKTP ekstra susu, cefrazide 3 x 1 gr, novalgin 3 x 1 amp, Sucralfat 3xCI, rantinidin 3 x 1rawat luka tertutup dengan SSD 1% dan Gentamycin zalf 1% untuk wajah.
ANALISA DATA:
DATA
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
MASALAH
S: Pasien mengeluh nyeri dan panas pada area luka bakar.
O: Pasien mengalami luka bakar gr IIB-III 4%, luka masih basah, 3 pasien meringis kesakitan saat luka dirawat, skala nyeri 7-8, N: 92 x/mnt.
Cedera luka bakar.
Luka bakar

Terpajan sampai lapisan dermis

Rangsang saraf nosiseptor terputus

Rangsang nyeri ke pusat saraf otak

Dimanifestasikan sebagai nyeri
Nyeri.
S: Pasien mengeluh luka bakar terasa nyeri dan panas.
O: Area luka bakar masih basah, pasien mengalami luka bakar gr IIB-III 43%, warna merah muda pucat, HB: 9 gr/dl, LED: 43 mm/jam, albumin: 2,8 gr/dl.
Kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar.
Luka bakar luas

Terpajan sampai lapisan dermis

Folikel rambut dan lapisan epidermis terkena

Epitel pelindung tidak ada

Port de entry kuman infeksi
Resiko infeksi.
S: Pasien mengatakan malu dengan luka bakar yang mengenai wajah dan bertanya apakah dapat sembuh maksimal dan wajah dapat kembali seperti semula.
O:   Pasien mengalami luka
       Bakar abdomen gr II AB, 9
       punggung, gr II A:13,5,
       tulang:  gr II A-B : 10%, Ext
       sup S : gr,  III, : 1 % D : gr
       II B - III:, 55%,Cat ing D/S,
       : gr II & III : 5
      + 5 %

Cedera luka bakar luas pada daerah wajah.
Luka bakar luas

Terpajan sampai lapisan dermis

Ketidakmampuan pasien beradaptasi dengan kondisi baru

Perubahan harga diri

Murung, cemas, depresi.
Perubahan harga diri.

DIAGNOSA KEPERAWATAN:
  1. Nyeri b/d cedera luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh nyeri dan panas pada area luka bakar.
O: Pasien mengalami luka bakar gr IIB-III 43%, luka masih basah, pasien meringis kesakitan saat luka dirawat, skala nyeri 7-8, N: 92 x/mnt.
  1. Resiko infeksi b/d Kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh luka bakar terasa nyeri dan panas.
O: Area luka bakar masih basah, pasien mengalami luka bakar gr II B-III 43%, warna merah muda pucat, HB: 9 gr/dl, LED: 43 mm/jam, albumin: 2,8 gr/dl.
  1. Perubahan harga diri b/d Cedera luka bakar luas pada daerah tubuh, badan dan ekstrimitas
Data penunjang:
S: Pasien mengatakan malu dengan luka bakar yang mengenai tubuh dan bertanya apakah dapat sembuh maksimal dan tubuhnya dapat kembali seperti semula.
O: Pasien mengalami luka bakar gr II B-III 43%, luka bakar abdomen gr II AB, 9 punggung,  gr II A     :13,5, tulang: 
     gr II A-B : 10%, Ext sup S : gr  III, : 1 % D : gr II B - III: 55%,Cat ing D/S, : gr II & III : 5 + 5 %



Diagnosa Keperawatan
Rencana Intervensi
Implementasi
Evaluasi
Tujuan
Intervensi
Rasional
Nyeri b/d cedera luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh nyeri dan panas pada area luka bakar.
O: Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka masih basah, pasien meringis kesakitan saat luka dirawat, skala nyeri 7-8, N: 92 x/mnt.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.
Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks, pasien dapat istirahat tidur dengan nyaman.
Kaji skala nyeri.


Observasi vital sign.



Pertahankan pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut ekstra untuk memberikan kehangatan.
Beriakn ayunan di atas temapt tidur bila diperlukan.



Bnatu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat membantu membalikkan badan sendiri.
Berikan anlgesik (mef acid 3x 500 mg) yang diresepkan prn dan sedikitnya 30 menit sebelum prosedur perawatan luka. Evaluasi keefektifannya.

Memantau tingkat nyeri pasien sehingga dapat diberikan intervensi lebih lanjut.
Memantau keberhasilan serta adanya penyimpangan atau kemajuan dari perawatan yang diberikan.
Panas dan air hilang melalui jaringan luka bakar, menyebabkan hipoetrmia. Tindakan eksternal ini membantu menghemat kehilangan panas.
Menuurnkan neyri dengan mempertahankan berat badan jauh dari linen temapat tidur terhadap luka dan menuurnkan pemajanan ujung saraf pada aliran udara.
Menghilangkan tekanan pada tonjolan tulang dependen. Dukungan adekuat pada luka bakar selama gerakan membantu meinimalkan ketidaknyamanan.


Analgesik diperlukan utnuk memblok jaras nyeri dengan nyeri berat.

Tgl 16-09-2002
08.00 Inj Novalgin 1 amp.
08.30 Mengkaji skala nyeri.
11.00 Mengukur vital sign.

13.30 Memberi obat oral Mef Acid 500 mg.
14.00 Mengkaji skala nyeri




10.30 Memberi selimut ekstra.
13.00 membantu posisi duduk.

Tgl 17-09-2002

14.00 Memberi obat oral Mef Acid 500 mg.
19.30 Memberi posisi yang nyaman pada klien
20.00 Memberi obat oral Mef Acid 500 mg.

.

Alergi (-)
Skala nyeri 7-8, pasien meringis dan menolak dilakukan nekrotomy pada luka di area punggung dengan alasan sangat nyeri.
Pasien merasa hangat.
Pasien merasa nyaman.


Obat sudah diminum.

Pasien terlihat senang.

Pasien merasa nyaman.

Pasien ikut bernyanyi mengikuti lagu.
Obat sudah diminum.



Obat sudah diminum, mual (-).
Pusing (-), pasien berjalan tanpa ragu-ragu.
S: 36,30C, N: 80 x/mnt; TD: 110/70 mmHg.
Obat sudah diminum.

Skala nyeri 5-6, pasien tenang, meringis (-), gelisah (-).

Resiko infeksi b/d Kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh luka bakar terasa nyeri dan panas.
O: Area luka bakar masih basah, pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, warna merah muda pucat, HB: 12 gr/dl, LED: 70 mm/jam, albumin: 33,3 gr/dl.

Setelah diberikan asuhan keperatan selama 3 hari, pasien bebas dari infeksi.
Kriteria evaluasi: tak ada demam, pembentukan jaringan granulasi baik.
Pantau:
-   Penampilan luka bakar (area luka bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur bial tandur kulit dilakukan) setiap 8 jam.
-   Suhu setiap 4 jam.
-   Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan.
Bersihakn area luka bakar setiap 4 hari dan lepaskan jarinagn nekrotik (debridemen) sesuai pesanan. Berikan mandi kolam sesuai pesanan, implementasikan perawatan yang ditentukan untuk sisi donor, yang dapat ditutup dengan balutan vaseline atau op site.
Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril dan beriakn krim antibiotika topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari. Berikan krim secara menyeluruh di atas luka.
Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari area luka bakar, sisi donor atau balutan sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan berikan antibiotika IV sesuai ketentuan.


Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang mengenai area luas tubuh. Gunakan linen tempat tidur steril, handuk dan skort untuk pasien. Gunakan skort steril, sarung tangan dan penutup kepala dengan masker bila memberikan perawatan pada pasien. Tempatkan radio atau televisis pada ruangan pasien untuk menghilangkan kebosanan.
Bial riwayat imunisasi tak adekuat, berikan globulin imun tetanus manusia (hyper-tet) sesuai pesanan.
Muali rujukan pada ahli diet, beriakn protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan makanan kurang dari 50%. Anjurkan NPT atau makanan enteral bial pasien tak dapat makan per oral.

Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimapngan dari hasil yang diharapkan.







Pembersihan dan pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan pembentukan granulasi.







Antimikroba topikal membantu mencegah infeksi. Mengikuti prinsip aseptik melindungi pasien dari infeksi. Kulit yang gundul menjadi media yang baik untuk kultur pertumbuhan baketri.


Temuan-temuan ini mennadakan infeksi. Kultur membantu mengidentifikasi patogen penyebab sehingga terapi antibiotika yang tepat dapat diresepkan. Karena balutan siis tandur hanya diganti setiap 5-10 hari, sisi ini memberiakn media kultur untuk pertumbuhan bakteri.
Kulit adalah lapisan pertama tubuh untuk pertahanan terhadap infeksi. Teknik steril dan tindakan perawatan perlindungan lainmelindungi pasien terhadap infeksi. Kurangnya berbagai rangsang ekstrenal dan kebebasan bergerak mencetuskan pasien pada kebosanan.






Melindungi terhadap tetanus.



Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi paling baik status nutrisi pasien dan merencanakan diet untuk emmenuhi kebuuthan nutrisi penderita. Nutrisi adekuat memabntu penyembuhan luka dan memenuhi kebutuhan energi.
Tgl 16-9-2002
08.30 Memandikan pasien, merawat luka, melakukan nekrotomy, mencuci rambut pasien.
09.30 Merawat luka pasien dengan SSD dan bethadine dan Gentamycin zalf untuk luka pada wajah, menuutp luka denga gas steril.

11.00 memantau vital sign.

13.00 Membantu pasien makan.
13.30. Memberi penjelasan pada pasien dan penunggu tentang:
- pentingnya pasien menghabiskna makan yang diberikan.
- Pentingnya minum banyak 2-3 liter perhari.
- Pentingnya pasien makan protein tinggi (puith telur, daging, tahu, tempe, ikan, hati) dan buah-buahan yang mengandung vit A,C dan E.

Tgl 17-9-2002
08.00 Membantu pasien makan pagi.
08.30 Memberi obat oral: 09.00 Membersihkan tt dan menggnati linen penderita.
09.30 Merawat luka pada wajah denagn zalf gentamycin.
    Memberi kompres PZ pada luka wajah.
10.00 Memberi ekstra susu.

13.00 memantau makan siang pasien.
13.30 Memberi kompres PZ.



Luka pada ext atas masih basah.


Serum pada luka wajah mengerak dan sulit dibersihkan.
Luka pada bagian tubuh yang lain, bersih (+), bula(-).
TD: 100/60 mmHg, N: 92 x/mnt; S: 370C.
Pasien makan ½ porsi, minum 400 cc.
Pasien dan keluarga mengatakan mengerti dengan penjelasan yang idberikan dan berjanji akan mentaati petunjuk yang diberikan.










Pasien makan 1 porsi habis, minum 400 cc.
Obat oral sudah diminum.


Linen bersih, tt rapi.

Luka terdapat serum yang mengerak, sulit dibersihkan.
Kompres PZ sudah dipasang.
Susu 200 cc diminum habis.
Pasien makan 1 porsi habis, minum 400 cc.
Pasien mengatakan nyaman.

Pasien makan ½ porsi habis, minum 400 cc.
Obat oral sudah diminum.


Serum yang mnegerak pada bagian pipi sudah terkelupas, luka kering dan bersih.

Susu 200 cc sudah diminum.
TD: 100/70 mmHg, N: 100 x/mnt; S: 37,40C.
Pasien merasa nyaman.
Pasien makan 1 porsi habis, minum 400 cc.
Obat oral sudah diminum.
Perubahan harga diri b/d Cedera luka bakar luas pada daerah wajah.
Data penunjang:
S: Pasien mengatakan malu dengan luka bakar yang mengenai wajah dan bertanya apakah dapat sembuh maksimal dan wajah dapat kembali seperti semula.
O: Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka bakar pada wajah dan leher  6%, bulu mata, alis, bulu hidung hangus.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, pasien menunjukkan perubahan harga diri yang adaptif.
Kriteria hasil:
Pasien tidak murung lagi, mau bercakap-cakap dengan petugas dan pasien lain, kooperatif dalam pengobatan dan perawatan yang diberikan, pasien dapat menerima adaptasi situasi baru terhadap perubahan pada wajahnya.
Sediakan waktu untuk pasien dan orang terdekat untuk mengekspresikan perasaannya. Beriakn informasi pada pasien tentang regimen pengobatan dan perawatan yang dilakukan.

Hindari pemberian informasi bertubi-tubi pada pasien selama fase awal proses berduka. Jawab pertanyaan dengan jelas. Masukkan informasi dan instruksi tambahan jika pasien menunjukkan kesiapan mempelajari tindakan perawatan diri.

Bila pasien menyangkal, terima tanpa menguatkan penyangkalan. Hindari berdebat dnegan pasien dan membebani pasien dnegan realita.
Beriakn penghargaan untuk emngekspresikan perasaan. Arahkan pasien pada kelompok pendukung sesuai indikasi bila ada.

Pertahankan keluarga mendapat informasi tentang kemajuan pasien. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.

Anjurkan latihan rentang gerak sendi aktif setiap 2 jam. Posisikan bagian yang luka bakar pada kesejajaran tubuh fungsional. Denagn cedera luka bakar luas pada ekstremitas, rujuk pada terapis fisik untuk evaluasi terhadap kebutuhan dengan splint, alat atau traksi yang dibutuhkan.


Anjurkan pasien untuk melakukan AKS. Bnatu sesuai kebutuhan.
Mengekspresikan perasaan membantu memudahkan koping. Pengetahuan akurat tentang hasil yang diharapkan membantu memudahkan transisi melalui proses berduka.


Interaksi terapi dapat membantu perubahan individu untuk menerima. Informasi yang berlebihan dapat menambah ansietas yang menyebabkan frustasi dan depresi.





Pendekatan ini menunjukkan penerimaan pasien dan membuka pintu untuk pasien merasakan nyaman dalam ekspresi perasaan jujur.

Dukungan kontinu penting untuk meningkatkan kemajuan ke arah penerimaan.



Membantu pasien menyatukan kembali harga diri yang baru.




Mencegah pengencangan jarinagn parut progresif dan kontraktur. Terapis fisik adalah spaesialis rehabilitatif yang dapat mengevaluasi potensial pemulihan pasien dan merencanakan program latihan untuk memaksimalkan pemulihan pasien. Latihan aktif membantu mempertahankan fleksibilitas sendi dan tonus otot dan meningkatkan sirkulasi.

Melakukan AKS memberikan latihan aktif, memudahkan pemeliharaan fleksibilitas sendi dan tonus otot, juga meningkatkan sirkulasi sehingga terjadi penyembuhan luka.
Tgl 19-9-2002
08.00 Menemani pasien makan pagi.
10.00 Memberikan hiburan radio pada pasien.
11.00 Menemani pasien bercakap-cakap tenatng perasaanya setelah kejadian luka bakar.



12.00 menganjurakn apsien untuk aktif latihan ROM.
    Melatih pasien latihan ROM secraa sederhana.

Tgl 17-9-2002

09.00 Melatih pasien ROM.

10.00 melibatkan keluarga dalam memberiakn kompres PZ pada luka wajah pasien.
    Menerangkan pada keluarga perlunya memberikan kesempatan pada pasien utnuk melakukan AKS seperti makan, minum, ke kamar mandi secara mandiri.



Pasien tampak senang karena ditemani makan.
Pasien ikut bernyanyi dengan gembira.
Pasien mengatakan senang bila ditemani oleh perawat bercakap-cakap dan mengemukakan keinginannya untuk dapat sembuh seperti sedia kala tanpa cacat pada wajah.
Pasien mengatakan mau berlatih secara kontinu.
Pasien mau mengikuti contoh gerakan yang diajarkan oleh perawat.

Pasien aktif berlatih sesuai petunjuk yang diberikan.
Keluarga mau mengikuti petunjuk yang diberikan.










Pasien makan sambil mengobrol tentang anak-anaknya.
Keluarga mengatakan paham dnegan petunjuk yang diberikan perawat.
Suami pasien mengatakan akan berusaha sesering mungkin meluangkan waktu untuk menunggui pasien di RS.








CATATAN PERKEMBANGAN:

Tanggal / jam
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
16-9-2002
12.00 WIB
Nyeri b/d cedera luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh nyeri dan panas pada area luka bakar.
O: Pasien luka bakar gr II B-III 43%, luka
 bakar abdomen gr II AB, 9 punggung,  gr II A: 13,5,  tulang:   gr II A-B : 10%, Ext sup S : gr  III, : 1 % D : gr II B - III: 55%,Cat ing D/S, : gr II & III : 5 + 5 %

S: Pasien mengatakan rasa nyeri dan perih pada luka bakar terutama pada daerah wajah sudah jauh berkurang, nyeri masih dirasakan pada daerah lengan kanan atas. Pasien mengatakan malam hari dapat istirahat dnegan nyenyak.
O: Skala nyeri 5-6, pasien tidak meringis kesakitan lagi saat diobati, luka pada wajah sudah mengering, luka pada ext atas maish basah N: 100 x/mnt.
A: Masalah belum teratasi.
P: lanjutkan planning seluruhnya.
17-9-2002
12.00 WIB
Resiko infeksi b/d Kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh luka bakar terasa nyeri dan panas.
O: Area luka bakar masih basah, pasien
mengalami luka bakar gr II B-III 43%, luka bakar abdomen gr II AB, 9 punggung,  gr II A : 13,5,  tulang:  gr II A-B : 10%, Ext sup S : gr  III, : 1 % D : gr II B - III: 55%,Cat ing D/S, : gr II & III : 5 + 5 %

S: Pasien mengatakan rasa nyeri dan apans pada luka sudah agak berkurang.
O: Area luka bakar pada wajah sudah kering, luka bakar masih basah pada area ext atas kanan, pasien rencaa dialkukan pemeriksaan ulang: DL, RFT, LFT, FH, SE, albumni pada tanggal 14-3-2002.
A: Masalah tidak  terjadi.
P: Lanjutkan planning sampai luka bakar kering.
17-3-2002
12.00 WIB
Perubahan harga diri b/d Cedera luka bakar luas pada daerah wajah.
Data penunjang:
S: Pasien mengatakan malu dengan luka bakar yang mengenai wajah dan bertanya apakah dapat sembuh maksimal dan wajah dapat kembali seperti semula.
O: Pasien mengalami luka bakar gr II B-III
43%, luka bakar abdomen gr II AB, 9 punggung,  gr II A             : 13,5,  tulang: 
     gr II A-B : 10%, Ext sup S : gr  III, : 1 % D : gr II B - III: 55%,Cat ing D/S, : gr II & III : 5 + 5 %

S: Pasien mengatakan sudah pasrah dnegan keadaan luka pada wajah dan tubuhnya, pasien berjanji akan mentaati semua petunjuk yang diberikan demi kesembuhan lukanya.
O: Luka bakar pada area wajah sudah kering, luka bersih, pasien mau diajak bercakap-cakap, pasien tidak menujukkan gejala murung, menarik diri, pasien kooperatif terhadap semua perawatn yang dilakukan, pasien mau melakuakn AKS (mandi, makan, minum, ke kamar mandi) secara mandiri.
A: Masalah tidak terjadi.
P: Pertahankan keberhasilan yang dicapai.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...