Senin, 21 Februari 2011

Asuhan Keperawatan Asma


A.    PENGERTIAN
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana takhea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Bunner and Suddarth, 2002 : 611).
Asma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon yang berlebihan dari trakhea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan derasatnya dapat berubah secara spontan atau mendapatkan pengobatan (Tjen Daniel, 1991).

B.     ETIOLOGI
Asma dapat disebabkan oleh (menurut Bunner and Suddarth, 2001:611) :
1.      Alergi, misalnya alergi terhadap serbuk, binatang, makanan, dan jamur.
2.      Infeksi fraktus respiratorius
3.      Latihan
4.      Emosi
5.      Polutan lingkungan
6.      Agen farmatologi seperti aspirin
7.      Pewarna rambut
8.      Pengawet makanan
9.      Adanya spasme otot lunak bronchial, sekresi mucosa yang berlebihan.
10.  Oedem selaput lendir.


C.    KLASIFIKASI
Asma dapat dibedakan menjadi 3 macam, sebagai berikut :
a.       Asma alergik
Disebabkan oleh alergen-alergen yang dikenal, seperti : debu, embun berdebu, jamur, serbuk sari, bulu dan rontokan bulu binatang.
b.      Asma idiapotik atau non alergik
c.       Asma gabungan
Mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan idiapotik.

D.    MANIFESTASI KLINIS
Ada tiga gejala umum asma adalah batuk, dyspnea dan  mengi atau wheezing pada beberapa keadaan. Batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala. Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari. Penyebabnya belum diketahui pasti.
Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak di dada, disertai dengan pernapasan lambat, mengi dan larabius. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan otot-otot aksesori pernafasan. Jalan nafas yang tersumbat menyebabkan dyspnea. Batuk pada awalnya lebih susah dan kering tetapi menjadi lebih kuat. Sputum yang terdiri atas sedikit mucus mengandung masa gelakmosa bulat kecil yang dibutuhkan dengan susah payah. Tanda selanjutnya termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat dan gejala-gejala retensi karbondioksida, termasuk berkeringat, takikardia dan peleburan tekanan nadi.

E.     PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari sebagai berikut :
1.      Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki yang menyempitkan jalan nafas.
2.      Pembengkokanmembran yang melapisi bronki.
3.      Pengisian bronki dengan mucus yang kental.
Selain itu otot-otot bronkial dan kelanjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi dengan udara terperangkap didalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini  tidak diketahui. Yang diketahui adalah keterlibatan sistem imunoligis dan sistem saraf otonom. Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan. Antibodi yang dihasilkan kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi menyebarkan pelepasan produk sel-sel mast seperti histamine, brodikinin dan protoglandin serta anafilaksis dari substansi bereaksi lambat. Pelepasan mast pada jaringan mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan mucus yang sangat banyak. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon para simpatis.


F.     PATHWAYS
 





G.    PENATALAKSANAAN
1.      Agosis Beta
Agosis beta adalah medikasi awal yang digunakan dalam mengobati asma karena agen ini mendilatasi otot-otot polos bronkial.
2.      Metil Santin
Metilsantin seperti amiofilin dan teofilin, digunakan karena mempunyai efek bronkodilatasi. Agen ini merilekskan otot-otot polos bronkus, meningkatkan gerakan mucus dalam jalan nafas dan meningkatkan kontraksi diafragma.
3.      Anti kolinergik
Agen ini diberikan secara inhalasi dan bisa memberikan efek bronkodilator yang sangat baik dengan efek samping sistemik minimal.
4.      Kortikosteroid
Diberikan secara intravena, oral atau melalui inhalasi. Mekanisme keduanya mengurangi inflamasi dan bronkokontriksi.
5.      Inhibitor sel mast
Inhibitor sel mast misalnya natrium kromalin diberikan melalui inhalasi untuk mencegah pelepasan mediator kimiawi anafilaktik yang mengakibatkan bronkodilatasi dan mengurangi inflamasi jalan nafas.

H.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
2.      Tes Provokasi
a.       Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
b.       Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
c.        Tes provokasi bronkial
Seperti : tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.
d.       Tes kulit.
Untuk menunjukkan adanya antibodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.
3.      Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
4.      Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
5.      Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
6.      Pemeriksaan easinofil total dalam darah.
7.      Pemeriksaan sputum

I.       KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks, atelektasis, gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga.


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA

A.      PENGKAJIAN

a.       Identitas klien
1.      Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
2.      riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.
3.      Status mental : lemas, takut, gelisah
4.      Pernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
5.      Gastro intestinal : adanya mual, muntah.
6.      Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah
b.      Pemeriksaan fisik
Ø  Dada
1.      Contour, Confek, tidak ada defresi sternum
2.      Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal
3.      Keabnormalan struktur Thorax
4.      Contour dada simetris
5.      Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata
6.      RR dan ritme selama satu menit.
Ø  Palpasi :
1.      Temperatur kulit
2.      Premitus : fibrasi dada
3.      Pengembangan dada
4.      Krepitasi
5.      Massa
6.      Edema



Ø  Auskultasi
1.      Vesikuler
2.      Broncho vesikuler
3.      Hyper ventilasi
4.      Rochi
5.      Wheezing
6.      Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.

 

B.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan kurang

2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pertukaran O2 terhambat

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan kurang.

4.      Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

5.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan defisit protein.

6.      Pola nafas tidak teratur berhubungan dengan penyempitan saluran nafas.

7.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan dispigmentasi kulit.

 

C.      RENCANA / INTERVENSI KEPERAWATAN

1.      Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan kurang

Intervensi :

-          Jelaskan tanda-tanda perfusi jaringan kapiler

-          Anjurkan klien mengurangi kelelahan

-          Pertahankan eksteryoitas agar tetap hangat.

-          Ajarkan teknik relaksasi

 

 

 

2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pertukaran O2 terhambat

Intervensi :

-          Jelaskan pada keluarga dan klien tentang penyebab, tanda dan gejala terjadinya gangguan pertukaran gas.

-          Bantu klien latihan nafas dan latihan batuk terkontrol 5x setiap jam.

-          Bantu klien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas.

-          Berikan lingkungan yang tenang pada klien.

-          Periksa nilai GDA klien.

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan kurang.

Intervensi :

-          Jelaskan tentang pengertian nutrisi, penyebab tanda gejala kekurangan nutrisi.

-          Bantu keluarga klien untuk menentukan menu makanan yang sesuai.

-          Tentukan kebutuhan makanan harian yang realistis adekuat.

-          Konsultasikan dengan ahli gizi tentang kebutuhan makanan yang sesuai dengan klien.

4.      Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

Intervensi :

-          Jelaskan penyebab, tanda dan gejala ketidakefektifan jalan nafas.

-          Bantu klien untuk memutuskan cara yang tepat untuk mengatasi masalah.

-          Ajarkan latihan nafas abdomen atau bibir.

-          Kondisikan polusi lingkungan minimum.

5.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan defisit protein.

Intervensi :

-          Jelaskan pengertian, tanda, gejala terjadinya infeksi.

-          Kurangi kerentanan individu terhadap infeksi dengan mempertahankan kalori dan protein dalam diet.

-          Anjurkan klien mencuci tangan.

6.      Pola nafas tidak teratur berhubungan dengan penyempitan saluran nafas.

Intervensi :

-          Jelaskan pada klien untuk mengurangi hiperventilasi

-          Ajarkan bernafas pelan-pelan

-          Ajarkan teknik relaksasi

 

7.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan dispigmentasi kulit.

Intervensi :

-          Jelaskan penyebab, tanda dan gejala kerusakan kulit.

-          Bantu klien memilih cara pencegahan integritas kulit

-          Tingkatkan masukan protein dan karbohidrat

-          Cuci area kulit dengan sabun yang ringan.

 

D.      EVALUASI

1.      Suplai O2 ke jaringan kembali normal

2.      Pertukaran O2 kembali normal

3.      Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi kembali

4.      Jalan nafas kembali efektif.

5.      Tidak terjadi infeksi

6.      Pola nafas kembali efektif

7.      Integritas kulit kembali normal.

 


BAB III

PENUTUP

 

A.          KESIMPULAN

1.       Asma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon yang berlebihan dari tarakhea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru-paru.

2.       Asma dapat disebabkan oleh alergi, infeksi traktus respiratorius, emosi, paluran lingkungan, pengawet  makanan, adanya spasme otot dan oedem selaput lendir.

3.       Asma dapat dibedakan menjadi :

a.       Asma alergik

b.       Asma idiopatik atau non alergik

c.        Asma gabungan

4.       Diagnosa keperawatan pada pasien asma :

a.       Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan kurang

b.       Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pertukaran O2 terhambat

c.        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan kurang.

d.       Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

e.        Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan defisit protein.

f.        Pola nafas tidak teratur berhubungan dengan penyempitan saluran nafas.

g.        Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan dispigmentasi kulit.

 

 

 

B.          SARAN

1.       Bagi penulis

Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih kurang lengkap. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca akan kami terima dengan senang hari demi sempurnanya makalah ini.

2.       Bagi pembaca

Kami berharap pembaca bisa tertarik dan mau membaca makalah ini karena didalam makalah yang kami buat ini banyak sekali informasi tentang asma. Setelah membaca diharapkan pembaca mampu memberikan penyuluhan/pendidikan tentang asma kepada orang lain.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Brunner, Suddart. 2001. Text Book of Medical Surgical Nursing, Edisi 8 Volume:3. Jakarta : EGC

 

Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC.

 

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

 

http://www.scribd.com/doc/11066/44/asma//
Gangguan saraf otonom
 

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...