Definisi
Kejang merupakan respon terhadap muatan listrik abnormal di dalam otak. Kejang dapat berupa kekakuan anggota tubuh, gerakan kejutan berulang secara periodik, atau campuran keduanya. Bila kontraksi otot hanya mengenai sebagian kecil serabut otot saja, tidak akan tampak kekejangan otot, tetapi hanya terlihat gerakan halus pada kulit.
Kejang adalah suatu gerakan anggota tubuh yang tidak disadari, dan ditimbulkan oleh kontraksi sebagian atau seluruh otot-otot tubuh. Kontraksi otot-otot secara spontan keras ini tidak dikendalikan dan biasanya disebabkan suatu rangsangan terhadap susunan syaraf.
Kejang biasanya berlangsung selama 2-5 menit. Sesudahnya penderita bisa merasakan sakit kepala, sakit otot, sensasi yang tidak biasa, linglung dan kelelahan.
Penderita biasanya tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama dia mengalami kejang.
Penderita biasanya tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama dia mengalami kejang.
2 jenis kejang yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah Kejang Infantil dan Kejang Demam.
- KEJANG INFANTIL
Seorang anak yang berbaring terlentang tiba-tiba bangun dan melipat lengannya, lehernya ditekuk dan badannya membungkuk, sedangkan tungkainya lurus. Serangan berlangsung hanya selama beberapa detik tetapi bisa terjadi beberapa kali dalam sehari. Kejang ini biasanya terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 3 tahun, dan banyak yang berkembang menjadi bentuk kejang lainnya di kemudian hari.
Sebagian anak yang mengalami kejang infantil mengalami gangguan intelektual atau perkembangan sarafnya tertunda; keterbelakangan mental biasanya terus berlanjut sampai dewasa. Kejang ini sulit dihentikan dengan obat anti-epilepsi. - KEJANG DEMAM
Kejang demam terjadi karena demam pada anak-anak yang berusia 3 bulan-5 tahun. Kejang ini terjadi pada 4% anak-anak dan cenderung diturunkan. Biasanya berlangsung kurang dari 15 menit. Anak-anak yang mengalami kejang demam lebih mudah menderita epilepsi.
Etiologi
- Demam tinggi (heatstroke, infeksi)
- Infeksi otak
- AIDS - Sifilis
- Malaria - Tetanus
- Meningitis - Toksoplasmosis
- Rabies - Ensefalitis karena virus
- Kelainan metabolik
- Hipoparatiroidisme
- Kadar gula atau natrium yang tinggi di dalam darah
- Kadar gula, kalsium, magnesium atau natrium yang rendah di dalam darah
- Gagal ginjal atau gagal hati
- Fenilketonuria - Otak kekurangan oksigen
- Keracunan karbon monoksida
- Berkurangnya aliran darah ke otak
- Hampir tenggelam
- Hampir tercekik
- Stroke - Kerusakan jaringan otak
- Tumor otak
- Cedera kepala
- Perdarahan intrakranial
- Stroke - Penyakit lainnya
- Eklamsi
- Ensefalopati hipertensif
- Lupus eritematosus - Pemaparan oleh obat atau bahan beracun
- Alkohol (dalam jumlah besar) - Overdosis kokain
- Amfetamin - Timah hitam
- Kapur barus - Pentilenetetrazol
- Klorokuin - Striknin
- Gejala putus obat
- Alkohol
- Obat tidur
- Obat penenang - Reaksi balik terhadap obat-obat yang diresepkan
- Seftazidim
- Klorpromazin
- Imipenem
- Indometasin
- Meperidin
- Fenitoin
- Teofilin
Manifestasi klinis
Kejang parsial simplek dimulai dengan muatan listrik di bagian otak tertentu dan muatan ini tetap terbatas di daerah tersebut. Penderita mengalami sensasi, gerakan atau kelainan psikis yang abnormal, tergantung kepada daerah otak yang terkena. Jika terjadi di bagian otak yang mengendalikan gerakan otot lengan kanan, maka lengan kanan akan bergoyang dan mengalami sentakan; jika terjadi pada lobus temporalis anterior sebelah dalam, maka penderita akan mencium bau yang sangat menyenangkan atau sangat tidak menyenangkan. Pada penderita yang mengalami kelainan psikis bisa mengalami déjà vu (merasa pernah mengalami keadaan sekarang di masa yang lalu).
Kejang Jacksonian gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh tertentu (misalnya tangan atau kaki) dan kemudian menjalar ke anggota gerak, sejalan dengan penyebaran aktivitas listrik di otak.
Kejang parsial (psikomotor) kompleks dimulai dengan hilangnya kontak penderita dengan lingkungan sekitarnya selama 1-2 menit. Penderita menjadi goyah, menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara yang aneh dan tanpa tujuan, mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak mampu memahami apa yang orang lain katakan dan menolak bantuan. Kebingungan berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti dengan penyembuhan total.
Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal) biasanya dimulai dengan kelainan muatan listrik pada daerah otak yang terbatas. Muatan listrik ini segera menyebar ke daerah otak lainnya dan menyebabkan seluruh daerah mengalami kelainan fungsi.
Epilepsi primer generalisata ditandai dengan muatan listrik abnormal di daerah otak yang luas, yang sejak awal menyebabkan penyebaran kelainan fungsi. Pada kedua jenis epilepsi ini terjadi kejang sebagai reaksi tubuh terhadap muatan yang abnormal. Pada kejang konvulsif, terjadi penurunan kesadaran sementara, kejang otot yang hebat dan sentakan-sentakan di seluruh tubuh, kepala berpaling ke satu sisi, gigi dikatupkan kuat-kuat dan hilangnya pengendalian kandung kemih. Sesudahnya penderita bisa mengalami sakit kepala, linglung sementara dan merasa sangat lelah. Biasanya penderita tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama kejang.
Kejang petit mal dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya sebelum usia 5 tahun. Tidak terjadi kejang dan gejala dramatis lainnya dari grand mal. Penderita hanya menatap, kelopak matanya bergetar atau otot wajahnya berkedut-kedut selama 10-30 detik. Penderita tidak memberikan respon terhadap sekitarnya tetapi tidak terjatuh, pingsan maupun menyentak-nyentak.
Status epileptikus merupakan kejang yang paling serius, dimana kejang terjadi terus menerus, tidak berhenti. Kontraksi otot sangat kuat, tidak mampu bernafas sebagaimana mestinya dan muatan listrik di dalam otaknya menyebar luas. Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi kerusakan jantung dan otak yang menetap dan penderita bisa meninggal.
Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena
Sisi otak yg terkena | Gejala |
Lobus frontalis | Kedutan pada otot tertentu |
Lobus oksipitalis | Halusinasi kilauan cahaya |
Lobus parietalis | Mati rasa atau kesemutan di bagian tubuh tertentu |
Lobus temporalis | Halusinasi gambaran dan perilaku repetitif yang kompleks misalnya berjalan berputar-putar |
Lobus temporalis anterior | Gerakan mengunyah, gerakan bibir mencium |
Lobus temporalis anterior sebelah dalam | Halusinasi bau, baik yg menyenangkan maupun yg tidak menyenangkan |
Patofisiologi
Perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel, maka tedapat perbedaan potensial yang disebut potensial membrane dari sel neuron. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl -). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya
Keseimbangan potensial membrane ini dapat berubah oleh adanya:
à Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
à Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau aliran listrik.
à Perubahan patofisiologi dari membran karena penyakit atau keturunan.
Komplikasi
Jika tidak ditanggulangi dengan cepat dan tepat maka akan baik dan tidak menyebabkan kematian. Kemungkinan berulangnya kejang antara 25%-50% pada umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Komplikasi yang dimungkinkan terjadi epilepsi, tetapi kejadiannya sangat rendah.
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan cairan cerebrospinalà dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis.
- EEG (Elektro Encephalo Graf)
- CT Scan/ MRI
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
° Pengobatan pasca akutà suhu tubuh diturunkan dengan kompres air dingin dan pemberian antipiretik diazepam. Bila kejang berhenti dengan diazepam, dilanjutkan fenobarbitol diberikan langsung setelah kejang berhenti.
° Mencari dan mengobati penyebabà pemeriksaan diagnostik
° Pengobatan profilaksis
Ada 2 yaitu:
- Profilaksis intermitten saat demam
- Profilaksis terus menerus dengan konvulsi setiap hari
b. Penatalaksanaan keperawatan
° Selama kejang
- Berikan privacy dan perlindungan pada pasien dari lingkungan luar.
- Mengamankan pasien memungkinkan jika jatuh.
- Melindungi kepala dengan bantalan untuk mencegah cidera.
- Jauhkan benda-benda tajam selama kejang.
° Setelah kejang
- Pertahankan pasien pada salah satu posisi agar tidak terjadi aspirasi.
- Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang, berikan pendekatan yang lembut dan restrain yang lembut.
° Penatalaksanaan demam
- Menurunkan suhu tubuh dengan kompres air hangat.
- Segera turunkan demam agar dapat terkendali dan kejang dapat berhenti..
Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
° Riwayat adanya faktor penyebab
- Idiopatik, tidak ada penyebab yang dapat di identifikasi
- Pasca trauma
° Dapatkan riwayat kejang
° Pemeriksaan diagnostik
- EEG
- CT scan
- Pemeriksaan metabolisme
2. Diagnosa keperawatan
° Resti penghentian pernapasan b.d. gerakan otot pernapasan berlebihan, perubahan kesadaran.
° Resti terhadap cidera b.d. aktifitas kejang
3. Rencana asuhan keperawatan
1. Resti penghentian pernapasan b.d. gerakan otot pernapasan berlebihan, perubahan kesadaran.
° Tujuan: mempertahan kan jalan napas/ fungsi napas
° KH:
- mengungkapkan pemahaman faktor yang menunjang kemungkinan trauma dan atau penghentian pernapasan dan mengambil langkah untuk memperbaiki situasi.
- Mempertahankan aturan pengobatan untuk mengontrol atau menghilangkan aktifitas kejang.
° Intervensi:
- Gali bersama keluargapasien berbagai stimulasi yang dapat mempengaruhi kejang.
R: mengetahui penyebab kejang
- Masukkan jalan napas buatan yang terbuat dari plastik
R: menurunkan terjadinya trauma mulut.
- Berikan tambahan oksigen/ ventilasi manual sesuai kebutuhan
R: dapat menurunkan hipoksia serebral
2. Resti terhadap cidera b.d. aktifitas kejang
° Tujuan: mencegah atau mengendalikan aktifitas kejang dan melindungi klien dari cidera.
° KH:
- keluarga mampu mengungkapkan pemahaman faktor yang menunjang kemungkinan trauma dan mengambil langkah untuk memperbaiki situasi.
- Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan
° Intervensi:
- Evaluasi kebutuhan untuk diberikan perlindungan pada kepala.
R: pemberian penutup kepala dapat memberikan perlindungan selama kejang.
- Gunakan termometer dengan bahan metal atau dapatkan suhu melalui lubang telinga, jika perlu
R: menurunkan resiko pasien menggigit dan menghancurkan termometer yang terbuat dari kaca jika tiba-tiba kejang
- Kolaborasi pemberian obat (diazepam, Glukosa)
R: mempercapat pasien kembali ke keadaan semula
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 1995. Nursing Care Plans & Documentation, Nursing Diagnoses and Collaborative Problem. Alih bahasa : Monica Ester, Setiawan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.
handout diktat mata kuliah Keperawatan Anak Prodi Keperawatan, Poltekkes Semarang
I Hartantyo, dkk. 1997. Pedoman Pelayanan Medik Anak. Edisi 2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak. FK Universitas Diponegoro.
Wahab, Samik. 2000.Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: EGC
0 komentar:
Posting Komentar