BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI merupakan makanan yang paling ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran. ASI megandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energi dalam susunan yang diperlukan, tidak memberatkan fungsi saluran cerna dan ginjal, menghasilkan pertumbuhan yang optimal, memiliki berbagai zat anti infeksi dan anti allergi, tersedia setiap saat, selalu segar(suhu ideal), bebas pencemaran kuman (steril), dan yang tidak kalah pentingnya ASI juga murah harganya. Disamping manfaat atau keunggulan ASI untuk bayi, menyusui juga mempunyai manfaat pada ibu, seperti memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak, mempercepat proses pengembalian bentuk dan ukuran alat kandungan seperti sebelum mengandung, serta dapat memperpanjang jarak kelahiran anak (Mansjoer dkk,2001).
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI merupakan makanan yang paling ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran. ASI megandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energi dalam susunan yang diperlukan, tidak memberatkan fungsi saluran cerna dan ginjal, menghasilkan pertumbuhan yang optimal, memiliki berbagai zat anti infeksi dan anti allergi, tersedia setiap saat, selalu segar(suhu ideal), bebas pencemaran kuman (steril), dan yang tidak kalah pentingnya ASI juga murah harganya. Disamping manfaat atau keunggulan ASI untuk bayi, menyusui juga mempunyai manfaat pada ibu, seperti memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak, mempercepat proses pengembalian bentuk dan ukuran alat kandungan seperti sebelum mengandung, serta dapat memperpanjang jarak kelahiran anak (Mansjoer dkk,2001).
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
A. landasan Teori
1. Konsep Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akan menentukan sikap seseorang terhadap suatu objek, semakin banyak aspek positif dari suatu objek diketahui oleh seseorang, maka semakin positif juga sikap seseorang terhadap objek tersebut (Notoatmodjo,2003).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang/perilaku (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, seseorang harus terlebih dahulu tahu apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya, dan di dalam diri orang tersebut akan terjadi suatu proses yang berurutan yaitu :
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
b. Interest (tertarik), yakni seseorang mulai tertarik kepada stimulus yang diinderanya. Pada tahap ini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial (mencoba), dimana subyek mulai mencoba berperilaku atau melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption (menerima), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Roger menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas.
2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif terdiri dari 6 tingkatan yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendifinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelas kan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja : seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada (Notoatmodjo,2005).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup (Notoatmodjo, 2006). Pendidikan mempengaruhi proses belajar dimana makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa, semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapatkan(Notoatmodjo, 2006).
b. Pengalaman
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kesehatan(Notoatmodjo, 2006).
c. Umur
Ada 2 sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup, yaitu:
1. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
2. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum
4. Konsep Air Susu Ibu (ASI)
a. Pengertian ASI
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi terutama pada bulan-bulan pertama, karena mengandung semua zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Mansjoer dkk, 2000). Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Depkes RI, 2005)
b. Komposisi ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu. Komposisi ASI ternyata tidak konstan dan tidak sama dari waktu kewaktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah Stadium laktasi, RAS, keadaan nutrisi dan diit ibu (Suraatmaja,1997).
Komposisi ASI menurut stadium laktasi adalah:
Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari hari pertama setelah bayi lahir. Berupa cairan kental yang berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum sangat menguntungkan bayi karena mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral dan vitamin (Depkes RI,2003).
Kolostrum mengandung antara lain :
1. Lebih banyak mengandung protein dibanding dengan ASI matur.
2. Lebih banyak mengandung antibodi dibanding dengan ASI matur, dapat memberikan perlindung an bagi bayi sampai umur 6 bulan.
3. Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan ASI matur.
4. Mineral, terutama natrium, kalium dan klorida lebih tinggi jka dibandingkan dengan susu matur.
5. Total energi, lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matur.
6. Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah (Suraatmaja,1997).
Air susu masa peralihan
ASI peralihan (transisi) merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur, ASI ini disekresi dari hari keempat/kelima sampai hari kesepuluh dari masa laktasi. Air susu masa peralihan ini mengandung :
1. Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi.
2. Volume akan semakin meningkat (Suraatmaja, 1997).
Air susu matang
Air susu matang (mature) merupakan ASI yang keluar pada hari kesepuluh dan seterusnya, komposisinya relatif konstan. Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup,ASI ini merupakan satu-satunya makanan yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan (Suraatmaja, 1997).
c. Keunggulan atau Manfaat ASI
Disamping zat-zat yang terkandung di dalamnya, pemberian ASI juga mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
Manfaat atau keuntungan bagi bayi
1. Steril, aman dari pencemaran
2. Selalu tersedia dengan suhu yang optimal
3. Produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi
4. Mengandung antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman atau virus
5. Tidak menimbulkan alergi (Suraatmaja,1997).
Manfaat atau keuntungan bagi ibu
1. Dengan menyusui terjalin hubungan yang erat antara bayi dan ibunya karena secara alami dengan adanya kontak kulit, bayi akan merasa aman dan nyaman.
2. Dengan menyusui menybabkan uterus berkontraksi sehingga pengembalian rahim dan alat kandungan lain ke keadaan fisiologis akan lebih cepat.
3. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
4. Dengan menyusui akan mengurangi resiko kemungkinan menderita kanker payudara di masa yang akan datang.
5. Dapat menjarangkan kehamilan (membantu keluarga berencana), karena dengan menyusui kesuburan ibu akan berkurang untuk beberapa bulan bahkan tahun.
6. Lebih praktis dan ekonomis, karena tidak merepotkan, hemat waktu dan tersedia setiap saat
7. Dan yang tidak kalah pentingnya, dengan menyusui ibu akan merasakan kepuasan batin (Suraatmaja,1997).
d. Kerugian Tidak Memberikan ASI
Kerugian pada bayi :
a. Bayi tidak memperoleh zat kekebalan tubuh, sehingga mudah mengalami sakit misalnya diare, batuk, pilek, alergi.
b. Bayi tidak mendapat makanan yang bergizi dan berkualitas tinggi sehingga akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan.
c. Hubungan kasih sayang bayi dan ibu tidak terjalin secara dini (Depkes RI,2003).
Kerugian pada ibu
1) Perdarahan setelah persalinan menjadi lebih lama
2) Cepat terjadinya kehamilan kembali
3) Beresiko terkena kanker payudara dan kanker rahim
4) Waktu ibu banyak tersita karena harus menyiapkan susu botol dan merawat bayi yang sering sakit.
5) Pengeluaran keluarga bertambah (Depkes RI, 2003).
e. Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan ASI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan ASI antara lain :
1. Perubahan sosial budaya, misalnya ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya, meniru teman atau tetangga dan orang terkemuka yang memberikan susu botol karena merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.
2. Faktor psikologis, takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita atau tekanan batin.
3. Faktor fisik ibu, misalnya mastitis, panas dan sebagainya.
4. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI.
5. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI
6. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng (Suraatmaja, 1997).
5. Makanan Tambahan
a. Defenisi Makanan Tambahan
Makanan tambahan pada bayi adalah makanan atau minuman yang
mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak berusia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes RI, 2006). Makanan tambahan adalah memberi makanan lain selain ASI oleh karena ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 6 bulan (WHO, 2003). Makanan tambahan atau makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Dinkes propinsi, 2006). Makanan tambahan pada bayi adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6-24 bulan (Krisnatuti, 2000).
Menurut Depkes RI (2004) menyatakan bahwa makanan tambahan atau makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang diberikan kepada bayi disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6–24 bulan, dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga, pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP-ASI. Istilah untuk makanan pendamping ASI bermacam-macam yakni makanan pelengkap, makanan tambahan, makanan padat, makanan sapihan,weaning food,makanan peralihan, beiskot(istilah dalam bahasa Jerman yang berarti makanan selai dari susu yang diberikan pada bayi). Keseluruhan istilah ini menunjuk pada pengertian bahwa ASI maupun pengganti ASI (PASI) untuk berangsur diubah ke makanan keluarga atau orang dewasa (Depkes RI, 2004).
b. Tujuan dan Manfaat Pemberian Makanan Tambahan
Tujuan pemberian makanan tambahan pada bayidiantaranya untuk melengkapi zat-zat gizi yang kurang karena kebutuhan zat gizi akan semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia bayi atau anak, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai bentuk, tekstur dan rasa, melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi, serta mengembangkan kemampuan untuk mengunyah dan menelan bayi (Depkes, 1992).
Pemberian makanan tambahan pada bayi juga bertujuan untuk melengkapi ASI (mixed feeding) dan diperlukan setelah kebutuhan energi dan zat-zat gizi tidak mampu dipenuhi dengan pemberian ASI saja. Pemberian makanan tambahan tergantung jumlah ASI yang dihasilkan oleh ibu dan keperluan bayi yang bervariasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya diantaranya untuk mempertahankan kesehatan serta pemulihan kesehatan setelah sakit, untuk mendidik kebiasaan makan yang baik mencakup penjadwalan waktu makan, belajar menyukai, memilih dan dapat merugikan karena tumbuh kembang bayi akan terganggu (Sembiring, 2009). Pertumbuhan dan perkembangan bayi yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan anak (Krisnatuti, 2000).Makanan tambahan pada bayi bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizibayi, penyesuaian kemampuan alat cerna dalam menerima makanan tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi, pemberian makanan tambahan merupakan salah satu proses pendidikan dimana bayi diajar untuk mengunyah dan menelan makanan padat, sertamembiasakan selera-selera baru (Sohardjo, 1992).
Pemberian makanan tambahan dilakukan secara bertahap untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima bermacam-macam makanan. Pemberian makanan tambahan harus bervariasi, dari bentuk bubur cair kebentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat (Sulistijani, 2001).
c. Komposisi Makanan Tambahan
Bahan makanan tambahan pada bayidibedakan atas 2 golongan yaitu hewani dan nabati. Golongan hewaniterdiri dari ikan, telur, daging. Golongan nabati terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran, padi-padian (Baso, 2007).
Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang mengandung sejumlah kalori atau energi (karbohidrat, protein dan, lemak), vitamin, mineral dan serat untuk pertumbuhan dan energi bayi, disukai oleh bayi, mudah disiapkan dan harga terjangkau (Judarwanto, 2004), makanan harus bersih dan aman, terhindar dari pencemaran mikroorganisme dan logam, serta tidak kadaluwarsa (Kepmenkes RI, 2007).
Karbohidrat diperlukan sebagai sumber energi yang paling murah. Untuk mencukupi kebutuhan energi dianjurkan sekitar 60-70% energi total berasal darikarbohidrat. Pada ASI dan sebagian besar susu formula bayi, 40-50% kandungan kalorinya berasal dari karbohidrat terutama laktosa (Krisnatuti, 2000).
Protein ASI rata-rata sebesar 1,15g/100ml sehingga apabila bayi mengkonsumsi ASI selama 4 bulan pertama (sekitar 600-900ml/hari).
Bertambahnya usia bayi maka suplai protein yang dibutuhkan oleh bayi semakin meningkat. Pertambahan protein pada bayi yang diberi makanan tambahan ASI untuk pertama kalinya (usia 6-12 bulan) pertambahan proteinnya tidak terlalu besar. Setelah menginjak usia satu tahun bayi membutuhkan protein sekitar dua kali lipat pada masa sebelumnya (Krisnatuti, 2000).Kacang-kacangan merupakan sumber protein nabati yang baik untuk bayi dan sebagai bahan campurannya digunakan tempe kedelai, kacang tanah, dan tempe koro benguk (Baso, 2007).
Lemak merupakan sumber energi dengan konsentrasi cukup tinggi. Lemak berfungsi sebagai sumber asam lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E, dan K, serta pemberi rasa gurih dan sedap pada makanan. Apabila energi dan protein sudah terpenuhi maka kecukupan gizi lemak yang dianjurkan tidak dicantumkan karena secara langsung kecukupan lemak sudah terpenuhi (Krisnatuti, 2000).
Vitamin yang dibutuhkan terdiri dari vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak terdiri atas vitamin A, D, E, dan K, sedangkan vitamin yang larut dalam airterdiri dari vitamin C, B1, riboflavin, niasin, B6, B12, asam folat, dan vitamin lain yang tergolong vitamin B kompleks (Krisnatuti, 2000). ASI tidak mengandung vitamin D dalam konsentrasi yang dibutuhkan bayi. Vitamin ini secara alami dihasilkan oleh kulit ketika terpapar sinar matahari, dan bila bayi dibiarkan sering berjemur di daerah panasatau matahari beberapa kali seminggu maka kulitnya akan menghasilkan semua vitamin D yang dibutuhkan bayi (Satyanegara, 2004).
d. Jenis Makanan Tambahan
Makanan Tambahan Lokal
Makanan tambahan lokal adalah makanan tambahan yang diolah dirumah tangga atau di Posyandu, terbuat dari bahan makanan yang tersedia setempat, mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh masyarakat, dan memerlukan pengolahan sebelum dikonsumsi oleh bayi. Makanan tambahan lokal ini disebut juga dengan makanan pendamping ASI lokal (MP-ASI lokal) (Depkes RI, 2006).
Pemberian makanan tambahan lokal memiliki beberapa dampak positif, antara lain ibu lebih memahami dan terampil dalam membuat makanan tambahan dari pangan lokal sesuai dengan kebiasaan dan sosial budaya setempat, sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian makanan tambahan secara mandiri, meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta memperkuat kelembagaan seperti Posyandu, memiliki potensi meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan hasil pertanian, dan sebagai sarana dalam pendidikan atau penyuluhan gizi (Depkes RI, 2006).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan makanan bayi di rumah diantaranya menyiapkan makanan bayi dengan mengikuti cara-cara yang bersih dan higiene, menggunakan bahan makanan yang segar dan beku, melakukan metode masak yang baik diantaranya pengukusan lebih baik dari perebusan dan penyaringan lebih baik dari penggorengan, menambahkan sedikit gula bila dibutuhkan dan tidak memberikan madu pada tahun pertama usia bayi karena ada kemungkikann madu mengandung Clostridium botulinumyang tidak aman bagi bayi, menghaluskan atau membuat pure(bubur) buah segar yang telah dicuci bersih dan dikupas seperti pisang, pepaya, pir dan melon, serta makanan bayi yang dimasak di rumah dapa segera dibekukan atau disimpan dalam wadah tertutup dan disimpan di dalam lemari es selamasatu atau dua hari kemudian dipanaskan dan segera diberi kepada bayi (Krisnatuti, 2000).
Makanan Tambahan Olahan Pabrik
Makanan tambahan hasil olahan pabrik adalah makanan yang disediakan dengan olahan dan bersifat instan dan beredar dipasaran untuk menambah energi dan zat-zat gizi esensial pada bayi (Depkes RI, 2006). Makanan tambahan pabrikan disebut juga makanan pendamping ASI pabrikan (MP-ASI pabrikan) atau makanan komersial. Secara komersial, makanan bayi tersedia dalam bentuk tepung campuran instan atau biskuit yang dapat dimakan secara langsung atau dapat dijadikan bubur (Krisnatuti, 2000).
Formula
Formula harus dibuat berdasarkan angka kecukupan gizi bayi dan balita, bahan baku yang diizinkan, kriteria zat gizi protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
Teknologi proses
Pemilihan teknologi proses berkaitan dengan spesifikasi produk yang diinginkan, tingkat sanitasi dan higienitas yang dikehendaki, faktor keamanan pangan, serta mutu akhir produk.
Higiene
Produk jadi makanan tambahan ASI harus memenuhi syarat-syarat seperti bebas dari mikroorganisme patogen, bebas dari kontaminan hasil pencemaran mikroba penghasil racun atau alergi, bebas racun, harus dikemas tertutup sehingga terjamin sanitasinya dan disimpan di tempat yang terlindung.
Pengemas
Kemasan yang dipakai harus terbuat dari bahan yang kuat, tidak beracun, tidak mempengaruhi mutu inderawi produk (dari segi penampakan, aroma, rasa dan tekstur), serta mampu melindungi mutu produk selama jangka waktu tertentu.
Label
Persyaratan label makanan bayi harus mengikuti codex standard 146-1985, dengan informasi yang jelas, tidak menyesatkan konsumen, komposisi bahan-bahan tercantum dalam kemasan, nilai gizi produk dan petunjuk penyajian.Makanan tambahan pabrikan seperti bubur susu diperdagangkan dalam keadaan kering dan pre-cooked, sehingga tidak perlu dimasak lagi dan dapat diberikan pada bayi setelah ditambah air matang seperlunya. Bubur susu terdiridari tepung serealia seperti beras, maizena, terigu ditambah susu dan gula, dan bahan perasa lainnya. Makanan tambahan pabrikan yang lain seperti nasi tim yakni bubur beras dengan tambahan daging, ikan atau hati serta sayuran wortel dan bayam, dimana untuk bayi kurang dari sepuluh bulan nasi tim harus disaring atau diblender terlebihdahulu. Selain makanan bayi lengkap (bubur susu dan nasi tim) beredar pula berbagai macam tepung baik tepung mentah maupun yang sudah matang (pre-cooked) (Pudjiadi, 2000).
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan rancang bangun penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.
(Notoatmodjo, 2005)
Sedangkan menurut jenis penelitian deskriptif penelitian ini menggunakan metode survei ( survey ) yaitu suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Dan penelitian ini termasuk survei pendapat umum ( public opinion survey ) yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pendapat umum terhadap suatu program pelayanan kesehatan yang cukup berjalan dan yang menyangkut seluruh lapisan masyarakat. (Notoatmodjo, 2005)
B. Variabel
1. Jenis Variabel
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan untuk satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. (Notoatmodjo, 2005)
a. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan vareabel lain (Nursalam, 2003 : 48). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah “Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran”
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan. (Nursalam, 2003)
Table 3.1 Definisi Operasional Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran.
Tabel. 3.1 : Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala
Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran. Hasil tahu dan memahami ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan.
(Nursalam,2003)
1. Baik : bila responden menjawab ≥ 16 soal
2. Cukup : bila responden menjawab 12-15 soal
3. Kurang : bila responden menjawab p ≤ 11 soal.
Ordinal
C. Populasi
Populasi adalah kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu (Eko Budiarto, 2002 : 7). Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2002 : 79), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang diteliti.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Paleran Kabupaten Jember, yaitu sebanyak 60 orang.
D. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat dipergunakan sebagai penelitian melalui sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2003). Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2002 : 79), sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.
Pada penelitian ini sampel dalam penelitian ini adalah jenuh atau total sampling dari populasi adalah 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Paleran Kabupaten Jember Tahun 2010 berjumlah 60 orang.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Paleran Kabupaten Jember.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian secara keseluruhan, mulai dari pembuatan proposal hingga selesainya Penelitian dilakukan pada tanggal 18 Oktober – 20 November 2010.
F. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan data
1. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian. (Nursalam, 2003 : 115).
Dalam hal ini, peneliti melakukan hal – hal dibawah ini dalam proses pengumpulan data yaitu :
a. Peneliti mengajukan surat ijin meneliti dari Universitas Bakti Indonesia Kepada Puskemas Paleran Kabupaten Jember.
b. Peneliti memberikan lembar informed consent kepada responden
c. Peneliti memberikan lembar kuisioner kepada responden
d. Peneliti memberikan penjelasan mengenai cara mengisi kuisioner
e. Peneliti mengumpulkan hasil kuisioner
f. Hasil yang didapatkan dikumpulkan dengan pemberian kode dan dilakukan skoring.
2. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal – hal yang ia ketahui (Arikunto, 1998 ; 1407). Instrumen yang digunakan adalah bentuk kuesioner tertutup dengan daftar pertanyaan yang disusun dan dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian dimana responden tinggal memberikan jawaban dengan tanda – tanda tertentu. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberi tanda – tanda pada tiap – tiap dari kuesioner tersebut (Arikunto, 2002).
G. Teknik Analisis data
1. Editing
Proses editing dengan memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan rekam medik ini berarti data harus diteliti kelengkapan data yang diberikan.
2. Scoring
Untuk memudahkan dalam pengolahan data maka untuk setiap jawaban
dari kuesioner yang telah disebarkan diberi kode sesuai denah karakter.
Dilakukan skoring dengan rumus : ( Arikunto, 2006 ).
Keterangan:
N : Menyatakan persentase
SP : Skore diperoleh responden
SM : Skore tertinggi yang diharapkan pada semua responden
Untuk jumlah soal adalah 20 soal favorouble ( pertanyaan mendukung ) dengan :
Nilai maksimal : (20 x 5 ) = 100
Nilai minimal : (20 x 1) = 20
Jumlah prosentase nilai maksimal :
Kriteria :
a. Baik : Bila menjawab pertanyaan ≥ 16
b. Cukup : Bila menjawab pertanyaan 12 -15
c. Kurang : Bila menjawab pertanyaan ≤ 11 ( Nursalam, 2003 )
3. Tabulasi
Mentabulasi dengan memuat tabel - tabel sesuai dengan analisa yang
dibutuhkan.
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mengajukan permohonan izin kepada pihak terkait. Setelah mendapatkan persetujuan, barulah kuesioner diberikan kepada responden yang akan diteliti dan menekankan masalah etika.
Menurut Nursalam, (2003:86) etika penelitian antara lain:
1. Informed Concent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti yang dilakukan pada para responden yang bersedia diteliti, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut , bila subjek menolak maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak - hak subjek.
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden cukup diberi kode tertentu pada masing - masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti.
I. Keterbatasan
Beberapa keterbatasan dalam melakukan penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :
1. Waktu penelitian terlalu singkat
2. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang saya buat sendiri dan belum pernah diuji cobakan sehingga reabilitas dan validitasnya perlu disempurnakan.
3. Peneliti adalah peneliti pemula jadi masih banyak kekurangannya
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran pada tanggal 18 Oktober – 20 November 2010, hasil ini akan dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu data umum dan data khusus dalam bentuk tabel, data umum menampilkan karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, paritas.
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Paleran terletak di jalan Semboro No 187 Paleran Umbulsari, dengan luas wilayah 3,51 km2. Jarak tempuh dari pusat kota Jember kurang lebih dari 26 km, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah ini dapat dengan mudah menjangkau sarana pendidikan, kesehatan dan mengakses segala kebutuhan dengan mudah.
Keadaan sosial ekonomi penduduk diwilayah kerja Puskesmas Paleran dapat dikatakan masih berada pada tingkat yang masih rendah, hal ini dapat dilihat dari mata pencaharian penduduk yang sebagian besar buruh tani, buruh bangunan, tukang, penjaga toko dan pedagang di pasar tradisional. Mereka mendapatkan penghasilan yang masih kurang dari yang diharapkan setiap tahunnya.
Keadaan sosial budaya penduduk di wilayah kerja Puskesmas Paleran umumnya mempunyai sifat gotong royong dan kekeluargaan yang cukup kuat yang dipengaruhi oleh adat istiadat dan keagamaan. Adapaun wadah sosial budaya yang ada dimasyarakat adalah Rukun Kematian, Arisan, Yasinan, LKMD, LMD, Karang Taruna dan lain-lain.
2. Data Umum
Penyajian data yang ditampilkan pada data umum meliputi karakteristik ibu menyusui sampai MP ASI berdasarkan: umur, pekerjaan, penghasilan, frekuensi mendapat informasi dan sumber informasi yang akan di jabarkan lebih lanjut sebagai berikut:
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di
Puskesmas Paleran pada tanggal 18 Oktober – 20 November
2010
No Umur Jumlah responden Persentase (%)
1.
2.
3. < 20 th
20-35 th
> 35 th 10
38
12 16,7
63,3
20
Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer November 2010
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 60 responden yang paling banyak adalah responden yang berumur 20-35 tahun sebanyak 38 responden (63,3%), dan yang berumur 20-35 tahun sebanyak 12 responden (20%) sedang yang paling sedikit adalah responden yang berumur < 20 tahun sebanyak (16,7%) 10 responden.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di
Puskesmas Paleran pada tanggal 18 Oktober – 20 November
2010
No Pendidikan Jumlah responden Persentase (%)
1.
2.
3.
4. SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi 8
12
34
6 13,3
20
56,7
10
Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer November 2010
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 60 responden yang paling banyak adalah responden yang berpendidikan SMA sebanyak 34 responden (56,7%), sedang yang paling sedikit adalah responden yang berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 6 responden(10%).
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di
Puskesmas Paleran pada tanggal 18 Oktober – 20 November
2010
No Pekerjaan Jumlah responden Persentase (%)
1.
2.
3.
4. Masih sekolah
Ibu rumah tangga
Wiraswasta
PNS 10
39
8
3 16,7
65
13,3
5
Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer November 2010
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 60 responden yang paling banyak adalah responden ibu rumah tangga sebanyak 39 responden (65%), sedang yang paling sedikit adalah responden yang berkerja sebagai PNS sebanyak 3 responden (5%).
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas
Tabel 4.4: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan paritas di
Puskesmas Paleran pada tanggal 18 Oktober – 20 November
2010
No Paritas Jumlah responden Persentase (%)
1.
2.
3.
4. Tidak Punya anak
Primipara
Multipara
Grandemultipara 12
16
28
4 20
26,7
46,7
6,6
Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer November 2010
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 60 responden yang paling banyak adalah responden pada multipara sebanyak 28 responden (46,7%), sedang yang paling sedikit adalah responden pada grandemultipara sebanyak 4 responden (6,6%).
3. Data Khusus
Penyajian data yang di tampilkan pada data khusus meliputi: Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran.
a. Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Ekslusif sampai MP-ASI usia 6-12 bulan
Tabel 4.5: Distribusi Frekuensi pengetahuan ibu menyusui tentang
pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Paleran pada tanggal 18 Oktober –
20 November 2010
No Pengetahuan Jumlah responden Persentase (%)
1.
2.
3. Baik
Cukup
Kurang 9
23
28 15
38,3
46,7
Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer November 2010
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 60 responden sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang yaitu sebanyak 28 responden (46,7%), sedang sebagian kecil mempunyai pengetahuan baik sebanyak 9 responden (15%).
b. Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif sampai MP-ASI usia 6-12 bulan Berdasarkan Umur
Tabel 4.6: Tabulasi Silang Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian
ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan Berdasarkan
Umur di Puskesmas Paleran
No Umur Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif sampai MP-ASI usia 6-12 bln Jumlah (F) Persentase (%)
Baik Cukup Kurang
n % n % n %
1.
2.
3. < 20 th
20-35 th
> 35 th 0
6
3 0
15,8
25 0
15
8 0
39,5
66,7 10
17
1 100
44,7
8,3 10
38
12 100
100
100
Jumlah 9 13,6 23 35,4 28 51 60 100
Sumber : Data Primer November 2010
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik paling banyak pada usia > 35 tahun sebanyak 3 responden (25%), dan yang mempunyai pengetahuan cukup juga pada usia > 35 tahun yaitu sebanyak 8 responden (66,7%), sedang untuk pengetahuan kurang paling banyak pada usia < 20 tahun yaitu sebanyak 10 responden (100%).
c. Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif sampai MP-ASI usia 6-12 bulan Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.7: Tabulasi Silang Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian
ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan Berdasarkan
Pendidikan di Puskesmas Paleran
No Pendidikan Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif sampai MP-ASI usia 6-12 bln Jumlah (F) Persentase (%)
Baik Cukup Kurang
n % n % n %
1.
2.
3.
4. SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi 0
0
6
3 0
0
17,6
50 2
5
13
3 25
41,7
38,2
50 6
7
15
0 75
58,3
44,2
0 8
12
34
6 100
100
100
Jumlah 9 16,9 23 38,7 28 44,4 60 100
Sumber : Data Primer November 2010
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa responden perguruan tinggi yang mempunyai pengetahuan baik 3 responden (50%), yang mempunyai pengetahuan cukup berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 3 responden (50%), dan yang berpengetahuan kurang yang berpendidikan SD sebanyak 6 responden (75%).
d. Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif sampai MP-ASI usia 6-12 bulan Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.8: Tabulasi Silang Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian
ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan Berdasarkan
Pekerjaan di Puskesmas Paleran
No Pekerjaan Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif sampai MP-ASI usia 6-12 bln Jumlah (F) Persentase (%)
Baik Cukup Kurang
n % n % n %
1.
2.
3.
4. Sekolah
Iburumah tangga
Swasta
PNS 0
5
2
2 0
12,8
25
66,7 0
20
2
1 0
51,3
25
33,3 10
14
4
0 100
35,9
50
0 10
39
8
3 100
100
100
100
Jumlah 9 26,1 23 27,4 28 46,5 60 100
Sumber : Data Primer November 2010
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik yang bekerja sebagai PNS sebanyak 2 responden (66,7%), yang mempunyai pengetahuan cukup yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 20 responden (51,3%), yang mempunyai pengetahuan kurang yang masih sekolah sebanyak 10 responden (100%).
e. Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif sampai MP-ASI usia 6-12 bulan Berdasarkan Paritas
Tabel 4.9: Tabulasi Silang Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian
ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan Berdasarkan Paritas di Puskesmas Paleran
No Paritas Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif sampai MP-ASI usia 6-12 bln Jumlah (F) Persentase (%)
Baik Cukup Kurang
n % n % n %
1.
2.
3.
4. Tidak punya anak
Primipara
Multipara
Grande multipara 1
1
6
1 8,3
6,2
21,4
25 0
9
11
3 0
56,3
39,3
75 11
6
11
0 91,7
37,5
39,3
0 12
16
28
4 100
100
100
100
Jumlah 9 15,2 23 42,6 28 42,2 60 100
Sumber : Data Primer November 2010
Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai pengetahuan paling baik pada grande multipara sebanyak 1 responden (25%), yang mempunyai pengetahuan cukup paling banyak juga pada grande multipara sebesar 3 responden (75%), yang mempunyai pengetahuan kurang paling banyak pada responden yang tidak punya anak sebanyak 11 responden (91,7%).
B. Pembahasan
1. Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif sampai MP-ASI usia 6-12 bulan
Secara umum pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan sebagian besar berpengetahuan kurang sebesar 28 responden (46,7%) dari total kesluruhan responden 60 responden. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan adalah kurang.
Sebagaimana menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Semakin banyak informasi yang didapat maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat karena informasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Dari hasil di lapangan menunjukkan bahwa pengetahuan responden ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif sampai MP-ASI usia 6-12 bulan sebagian besar adalah kurang, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kurang mengetahui tentang ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan. Sehingga perlu adanya informasi serta penyuluhan dari petugas kesehatan di lapangan.
2. Tingkat Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan Berdasarkan Umur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan kurang adalah yang berumur < 20 tahun sebesar 10 responden (100%).
Menurut Nursalam (2001) semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Sedangkan menurut Hurlock (1997) yang dikutip dari buku Soekidjo Notoatmodjo (2003) bahwa kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru seperti misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analisis dan berfikir, kreatif mencapai puncaknya dalam usia dua puluhan kemudian menurun sedikit demi sedikit.
Kenyataan dari hasil di lapangan menunjukkan bahwa yang berumur < 20 tahun memiliki tingkat pengetahuan kurang, dimana pada usia < 20 tahun kurang mengerti ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan, pada usia tersebut banyak dipengaruhi dengan emosional, dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih percaya pada kebiasaan yang sudah lama dilakukannya, sehingga lebih mudah untuk menerima informasi yang baru tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan.
3. Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan Perguruan Tinggi sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan baik sebesar 3 responden (50%).
Menurut Nursalam dan Siti Pariani (2001) makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi baik dari orang lain maupun dari media massa, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, mereka akan berfikir maju dan sangat ingin mencoba hal-hal atau cara-cara baru. Dengan sifat yang dimiliki ini mendorong mereka keluar dari lingkungan dan masuk ke lingkungan pergaulan yang lebih luas.
Pendidikan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pengetahuan seseorang, makin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi, makin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki orang tersebut. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi dari media massa atau orang lain, sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pengetahuannya.
Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan yang dimiliki responden mempengaruhi dalam menjawab pertanyaan dimana responden yang mempunyai pendidikan yang rendah sulit untuk memahami penjelasan yang disampaikan oleh petugas kesehatan dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi.
4. Tingkat Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan Berdasarkan Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah yang bekerja PNS sebesar 2 responden (66,7%).
Menurut Notoatmodjo (2005) bahwa dengan adanya pekerjaan seseorang akan memerlukan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaannya. Masyarakat yang sibuk hanya memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi, akan tetapi ibu yang bekerja bisa menerima informasi dari luar atau dari lingkungan bekerja.
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa pekerjaan seseorang tidak menghambat untuk memperoleh informasi. Dari hasil di lapangan menunjukkan yang bekerja PNS memiliki waktu yang sedikit, tetapi informasi dapat diterima dari luar maupun dari lingkungan bekerja.
5. Tingkat Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan Berdasarkan Paritas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah pada grande multipara yaitu sebesar 1 responden (25%).
Menurut Notoadmodjo (2005), mengemukakan bahwa pengetahuan dan perilaku individu dipengaruhi oleh pengalaman. Pengetahuan akan bertambah jika melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi oleh individu tersebut.
Sebagaimana menurut Notoatmodjo (2005) pengalaman dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh pada masa lalu.
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa pengetahuan seseorang yang dipengaruhi oleh unsur pengalaman. Semakin banyak pengalaman seseorang terhadap objek atau peristiwa makin luas pula pengetahuan yang didapat, sehingga ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI usia 6-12 bulan mampu mengambil keputusan dengan tepat sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan diharapkan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran hasil penelitian Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran.
A. Simpulan
1. Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran sebagian besar berpengetahuan kurang.
2. Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran sebagian besar yang berumur < 20 tahun berpengetahuan kurang
3. Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran sebagian besar yang pendidikan perguruan tinggi berpengetahuan baik
4. Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran sebagian besar yang bekerja PNS berpengetahuan baik.
5. Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran sebagian besar berpengetahuan baik pada grande multipara.
B. Saran
1. Bagi Tempat Penelitian
Hendaknya agar lebih meningkatkan komunikasi, informasi, edukasi, dan motivasi pada ibu menyusui tentang pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran.
2. Bagi Responden
Bagi ibu menyusui lebih meningkatkan tentang tingkat pengetahuan pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paleran..
3. Bagi penelitian lain
Agar lebih menambah wawasan dan pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI usia 6-12 bulan. Untuk itu peneliti menyarankan diadakan penelitian lanjutan yang lebih sempurna sehingga hasil yang diperoleh lebih signifikan.
0 komentar:
Posting Komentar