Jumat, 29 April 2011

KTI TBC BAB II


A.       Pengertian
Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi yang terutama menyerang parinkin paru. (Smalzer and Bare, 2000).
Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh hasil mycobacterium dengan gejala yang sangat bervariasi (Mansjoer,  1999).

B.        Etiologi
Penyebab penyakit Tuberculosis Paru adalah mycrobacterium tuberculosis (Price, 1995).

C.       Manifestasi Klinis (Amin, 1998)
1.        Batuk.
2.        Dahak.
3.        Batuk darah
4.        Dyspnea
5.        Badan panas.
6.        Keringat malam.
7.        Menggigil.
8.        Berat badan turun.
Menurut Mansjoer (1999) gejala umum :
1.        Batuk lebih dari 4 minggu tanpa sputum.
2.        Malaise.
3.        Gejala Fh.
4.        Demam derajat rendah.
5.        Nyeri dada.
6.        Batuk berdarah.

D.       Patofisiologi
Basil tuberculosis mula-mula memasuki paru-paru atau  tempat lain yang belum terinfeksi sebelumnya, membangkitkan respon peradangan alat spesifik yang jarang diperhatikan pasien dan biasaya disertai dengan sedikit atau tanpa gejala.
Perdangan dapat terjadi karena pirogen yang diaktivasi oleh fagosit ke hipotalamus sehingga dapat mengakibatkan peningkatan suhu tubuh. Peningktan suhu tubuh juga meningkatkan kebutuhan tubuh terhadap energi dan terdapat gejala anoreksia, mual, batuk, malaise, kemudian menyebabkan intake yang kurang selanjutnya terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Basil yang melakukan peradangan tersebut kemudian mencapai alveolus paru melalui jalan udara dan dapat menjadi aktif keluar menjadi droplet nuclear dalam udara ketika pasien batuk, bicara, bersin-bersin. Hal ini dapat menimbulkan resiko penularan terhadap orang lain.
Basil dalam alveolus tersebut menimbulkan peradangan dan menjadi lesi primer, kemudian difagosit oleh makrofag dan diangkut ke kelenjar limpa regional. Lesi primer menyebabkan penumpukkan secret pada jalan nafas sehingga bersihan jalan nafas tidak efektif. Lesi primer dan kelenjar limpa ragional (kompleks primer) kemudian mengalami fibrosis menjadi jaringan parut dan mengalami pengkapuran. Fibrosit pada jaringan paru menyebabkan jumlah jaringan paru ragional berkurang sehingga pertukaran O2 dan CO2 diantara alveoli dan kapiler tidak adekuat mengakibatkan resiko terhadap kerusakan pertukaran gas, serta kelebihan O2 tidak adekuat mengakibatkan intoleransi aktivitas.
Apabila daya tahan tubuh kuat maka komplek primer dapat sembuh dengan sendirinya,namun apabila daya tahan tubuh lemah, maka akan timbul tulus reinfeksi endogen yang menyebabkan kembali aktifnya lesi dan terjadi infeksi ulang sehingga menimbulkan penyebaran yang luas (tuberculosis sekunder) (Pria, 1995).










E.       

Intoleran aktivitas
 


Resiko terhadap gangguan pertukaran gas
 

Resiko terhadap transfuse infeksi
 

Batuk, bersin-bersin, udara
 

Droplet Nuclear tersebar ke udara
 

TB aktif
 

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 

Anorexia, mual, batuk, malaise
 

Intake berkuraang
 

Kebutuhan terhadap energi meningkat
 

Suhu badan meningkat
 

Termoregulasi hipotalamus
 

Melepaskan pirogen
 

Perubahan Suhu tubuh
 

Respon Peradangan
 

Kurang pengetahuan
 

Tidak Efektifnya Penatatalaksanaan terapeutik
 

Keleeeetihan
 

Butuh energi banyak
 

Sesak nafas
 

O2 ke jaringan tidak adekuat
 

O2 berkuraang
 

Pertukaran O2 dan CO2 tidak adekuat
 

Daya tahan tubuh
 

TB Skunder
 

Infeksi langsung
 

Lemah dan diit kurang baik
 

Perkapuran
 

Jumlah jaringan paru fungsional berkurang
 

Bersihan jalan nifas tidak efektif
 

Penumpukan Scret
 

Fibrosis di jaringan paru
 

Terbentuk tuberkel
 

Difagosi makrofag
 

Ditransfer ke kelenjar linpa regionaal
 

Difagosi makrofag
 

Lesi Primer
 

Bakteri masuk paru melalui jalan nafas
 

Tempat yang belum terinfeksi
 

Paru-paru
 

Tuberculosis
 
Patways


F.        Klasifikasi
1.        Pembagian secara patologis
a.         Tuberculosis Primer
Terjadinya karena kuman dibatukkan / dibersinkan keluar menjadi droplet dalam udara.
b.        Tuberculosis post primer
Terjadinya karena imunitas seperti mual nutrisi, alcohol, penyakit maligna, DM, GG.
2.        Pembagian secara aktivitas radiologis
a.         Tuberculosis paru aktif.
b.        Tuberculosis non aktif.
c.         Tuberculosis quiscant (batuk aktif mulai menyembuh)
3.        Pembagian secara radiology (luas lesi)
a.         Tuberculosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrasi non aktivitas pada satu paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
b.        Moderately advanced tuberculosis.
Ada kalanya dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru.
c.         Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kaukas yang melebihi keadaan pada moderately advantage tuberculosis.
G.       Penatalaksanaan
Dilakukan pemeriksaan diagnostic yaitu :
1.        Kultus Sputum
Positif untuk mecotaiteterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit.
2.        Positif untuk basil tahan asam
3.        Test kulit nontonx
Reaksi signifikan pada individu yang sehat biasanya menunjukkan tuberculosis dorman atau infeksi yang disebabkan oleh mycrobakterium yang berbeda.
4.        Rongent
Menunjukkan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas paru deposit calcium dari lesi yang telah sembuh atau cairan di suatu efusi.
5.        Biopsi jaringan paru
Positif untuk granuloma tuberculosis.

H.       Komplikasi
1.        Komplikasi dini
a.         Pleutiris.
b.        Ekusi pleura.
c.         Empiena.
d.        Laryngitis.
e.         Menjalar ke organ usus.
2.        Kmplikasi lanjut
a.         Obstruksi jalan nafas.
b.        Amitoidosis.
c.         Kerusakan perentium berat.
d.        Karsinoma paru.
e.         ARDS.

I.         Evaluasi Diagnostik
Menurut Mansjoer, 1999
1.        Anamnesa dan pemeriksaan fisik.
2.        Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat limfositosis).
3.        Foto therapy PA dan lateral.
4.        Pemeriksaan spintum BT4.
5.        Test PAP (Peroksidosa Diokinson Diagnostik Instrumen Sistem)
6.        Tes Mantoux / tuberculosis.
7.        Teknik PCR (Polymeras Chaart Reachtion).
8.        Bakter (Peroksidosa Diakinson Diagnostik Instrumen Sistem)
9.        Elisa (Enzim Linked Imunosorbet Assy)
10.     Mycudol

J.        Fokus Pengkajian
1.        Aktifitas dan istirahat
Gejala                   :   a.      Kelemahan.
                                 b.     Nafas pendek karena kerja.
                                 c.      Kesulitan tidur pada malah hari atau demam malam hari.
                                 d.     Menggigil dan berkeringat.
Tanda                   :   Takikardi, takipnea, dispnea pada kerja kelelahan otot nyeri dan sesak.
2.        Entegritas Ego
Gejala                   :   a.      Adanya faktor stres lama.
                                 b.     Masalah kenangan.
                                 c.      Perasaan tak berdaya.
Tanda                   :   Ancietas, ketakutan, mudah terguncang.
3.        Makanan atau cairan
Gejala                   :   Anoreksia, tidak dapat makan, penurunan berat badan.
Tanda                   :   Targor kulit buruk, kering dan bersisik.
4.        Nyeri atau tidak nyaman
Gejala                   :   Nyeri dada naik karena batuk keras.
Tanda                   :   Berhati-hati area yang sakit perilaku distraksi selisah.
5.        Pernapasan.
Gejala                   :   Batuk produktif / tidak produktif, nafas pendek.
Tanda                   :   Peningkatan frekuensi pernapasan, pengembangan pernapasan tidak simetris (efusi pleura)perfeksi pekak.
6.        Keamanan
Gejala                   :   Adanya kondisi penekanan umum.
Tanda                   :   Demam rendah / sakit panas akut.
7.        Intekasi sosial
Gejala                   :   Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda                   :   Berhati-hati pada area yang sakit perilaku distruksi, gelisah.
8.        Riwayat Kesehatan
Gejala                   :   Riwayat keluarga TB, Status kesehatan buruk.

K.       Diagnosa Keperawatan
1.        Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan adanya sekret.
Kriteria Hasil        :Individu akan menunjukkan batuk yang efektif dalam peningkatan pertukaran udara dalam paru-paru.
Intervensi                  :
a.         Berikan posisi semi fowler, bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas dalam dengan cara memaksimalkan ekspirasi yang tepat.
b.        Instruksikan individu untuk melakukan batuk terkontrol yang tepat.
c.         Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml / hari kecuali kontra individu.
Rasional  :
a.         Dengan posisi semi fowler sekret menumpak di bagian paru atas kebutuhan sehingga paru atas akan berfungsi maksimal dan paru akan bebas mengembang tanpa ada tekanan dari teosta.
b.        Dengan batuk terkontrol akan menghasilkan batuk yang efektif untuk mengeluarkan sekret.
2.        Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Kriteria Hasil        :Menujukkan berat badan yang naik mencapai tujuan dengan menilai laboratoium normal dan bebas tanda malnutrisi.
Intervensi                  :
a.         Pastikan pola diet biasa yang disukai / tidak disukai pasien.
b.        Awasi pemasukan / pengeluaran dan BB secara periodik.
c.         Sedikit anoreksia, mual, muntah, dan catat kemungkinan hubungan dengan obat, awasi frekuensi, volume, konsistensi feses.
d.        Dorong makanan sedikit tapi sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
Rasional  :
a.         Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan / kekuatan khusus.
b.        Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
c.         Dapat mempengaruhi diit dan mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan atau pengeluaran keutrien.
d.        Maksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu / kelebihan nutrisi dimakanan banyak.
3.        Hipetermi
Kriteria Hasil        :Mempertahankan suhu tubuh normal.
Intervensi                :
a.         Beri kompres hangat.
b.        Kaji TTV dan KU.
c.         Anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.
d.        Kolaborasi dalam pemberian anti piretik.
Rasional  :
a.         Dengan kompres diharapkan panas akan turun.
b.        Mengetahui perubahan dan perkembangan penyakit.
c.         Pakaian yang menyerap keringat dapat mengurangi rasa panas.
d.        Anti piretik dapat menurunkan suhu tubuh.
4.        Kurang pengetahuan  berhubungan dengan kurangnya infomasi tentang penyakit
Kriteria Hasil        :-  Pasien memahami tentang penyakit dan pengobatan.
-           Pasien menunjukkan penyebab tingkah laku dan gaya hidup dengan kondisi penyakit yang sekarang dihadapi.
Intervensi                :
a.         Jelaskan pentingnya higien dini dan lingkungan.
b.        Beritahukan pasien tentang pengertian dan penyebab penyakit.
c.         Mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit pasien.
d.        Pasien tidak menularkan penyakit pada orang lain.
e.         Pasien mengetahui tentang penyakit.
f.         Mempermudah penyampaian informasi.
5.        Potensial terhadap infeksi yang  berhubungan dengan kurangnya pengetahuan resiko patogen.
Tujuan                  :   Pasien mengalami penurunan resiko untuk menularkan penyakit
Tindakan              :
a.         Diskusikan tentang pentingnya mempertahankan isolasi pernapasan.
b.        Hindari kontak langsng dengan sputum.
c.         Anjurkan pasien agar batuk ditutup dengan tisu.
d.        Memalingkan kepala saat batuk.
e.         Membuang tisu dengan tepat.
6.        Toleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan transpot O2 sekunder terhadap gangguan pernapasan.
Tujuan                  :   Pasien memperlihatkan penurunan tanda-tanda hipoksia terhadap peningkatan aktivitas (nadi, TD, RR)
Tindakan              :
a.         Kaji respon individu terhadap aktivitas.
b.        Dorong pasien untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap.
c.         Anjurkan klien untuk penghematan energi untuk aktivitas.
d.        Hentikan aktivitas jika terjadi kelebihan / tanda hipoksia.
7.        Resti terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan gas O2 dalam udara inspirasi.
Tujuan                  :   Pertukaran gas terjadi secara normal / adekuat
Tindakan              :
a.         Kaji dispnea, takipnea, tidak atau menurunnya bunyi napas upaya pernapasan, kelemahan, ekspansi dinding dada.
b.        Evaluasi perubahan, tingkat kesadaran, catat sianosis,.
c.         Perubahan warna kulit, membran mukosa.
d.        Dorong pasien bernafas bibir selama ekshalasi.
e.         Tingkatkan tirah baring / batasi aktifitas diri sesuai aktivitas.
f.         Kolaborasi dengan pemberian O2 yang sesuai.
8.        Tidak efektifnya penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan kompleksitas aturan terapeutik
Tujuan                  :   Agar kesehatan pasien kembali pulih dari penyakit dan tidak terjadi kekambuhan / komplikasi.
Tindakan              :
a.        Jelaskan aturan pengobatan (pengobatan, diet, prosedur peralatan yang digunakan).
b.        Ceritakan tentang keberhasilan orang lain dalam pengobatan.
c.        Tingkatkan percaya diri.
d.        Terima individu sesuai adanya.
e.        Identifikasi rujukan / layanan komunitas yang diperlukan untuk tindak lanjut.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...